Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
(Dok. Group TAC, Capcom/Street FIghter II The Animated Movie)
(Dok. Group TAC, Capcom/Street FIghter II The Animated Movie)

Intinya sih...

  • Street Fighter (1994)

  • Adaptasi live-action Hollywood yang menuai banyak kritik.

  • Penampilan Raul Juliá sebagai Bison dianggap sebagai highlight utama dari film ini.

  • Street Fighter II: The Animated Movie (1994)

  • Film animasi dengan desain karakter setia pada versi game.

  • Kerap dianggap sebagai adaptasi layar lebar terbaik Street Fighter hingga saat ini.

  • Street Fighter: The Legend of Chun-Li (2009)

  • Mengambil jalur “realistis” yang menjauh dari identitas Street Fighter.

  • Dipandang sebagai film yang gagal total tanpa elemen

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sejak Street Fighter II dirilis, franchise fighting legendaris ini langsung mengakar kuat di dunia pop culture. Bukan cuma lewat game, tapi juga anime, komik, hingga film layar lebar.

Sejauh ini, Street Fighter sudah melahirkan empat film layar lebar dengan pendekatan yang sangat berbeda. Mulai dari dua adaptasi live-action Hollywood yang menuai banyak kritik, satu film animasi yang dianggap paling mendekati jiwa Street Fighter, hingga satu film live-action baru yang dijadwalkan rilis pada 2026.

Lalu, apa saja empat film layar lebar Street Fighter tersebut?

Simak daftar lengkapnya di bawah ini!

1. Street Fighter (1994)

Street Fighter 1994. (Dok. Capcom/Street Fighter)

Street Fighter mengisahkan Jenderal Bison (Raul Julia), diktator kejam penguasa Shadaloo, yang menculik sekelompok pekerja bantuan kemanusiaan untuk dijadikan sandera dan meminta tebusan. Untuk menghentikannya, Kolonel Guile (Jean-Claude Van Damme) memimpin pasukan internasional dalam misi penyerbuan ke wilayah Shadaloo.

Dalam perjalanannya, Guile bekerja sama dengan Chun-Li (Ming-Na Wen), seorang reporter sekaligus ahli bela diri yang menyimpan dendam pribadi pada Bison, dua penipu muda (Damian Chapa dan Byron Mann), serta seorang pegulat sumo bertubuh raksasa (Peter Navy Tuiasosopo).

Seperti yang sudah terasa dari sinopsisnya, film ini memang lebih menyerupai film aksi militer ala G.I. Joe versi KW ketimbang adaptasi Street Fighter. Jika Guile diganti Duke dan Bison diganti Cobra Commander, alur ceritanya saya rasa akan nyaris tetap berjalan tanpa banyak perubahan.

Tak heran jika film ini mengecewakan banyak penggemar game-nya. Terlalu banyak perubahan karakter, desain, dan dinamika yang jauh dari sumber aslinya. Namun di tengah segala kekurangannya, satu hal hampir selalu diakui: penampilan Raul Juliá sebagai Bison.

Dengan dialog teatrikal dan karisma yang luar biasa, Juliá memberikan performa total, yang sekaligus menjadi penampilan terakhirnya di layar lebar—dan hingga kini tetap dikenang sebagai highlight utama dari film ini.

2. Street Fighter II: The Animated Movie (1994)

(Dok. Group TAC, Capcom/Street FIghter II The Animated Movie)

Street Fighter II: The Animated Movie menghadirkan kisah tentang sekelompok petarung profesional yang mulai menyadari adanya konspirasi besar oleh Shadowlaw, organisasi kriminal yang berambisi menguasai dunia.

Di sisi lain, Ryu justru berkelana dari satu negara ke negara lain untuk menguji dan memahami batas kemampuannya sendiri. Namun dia pun akan terlibat dalam konflik dengan Bison...

Dengan fokus utama pada Ryu, desain karakter yang setia pada versi game, nuansa yang lebih dewasa, serta penggambaran Bison yang benar-benar terasa kuat dan mengintimidasi, film ini kerap dianggap sebagai adaptasi layar lebar terbaik Street Fighter hingga saat ini. Bahkan, gaya visual dan tone ceritanya kemudian terasa menjadi fondasi bagi seri Street Fighter Alpha.

Jika harus mencari kelemahan, mungkin terletak pada fokus ceritanya yang cukup sempit. Dengan durasi sekitar 102 menit, tidak semua karakter ikonik Street Fighter II bisa mendapatkan porsi sorotan yang setara.

Meski begitu, sebagai film, Street Fighter II: The Animated Movie tetap menjadi representasi paling solid tentang bagaimana dunia, karakter, dan atmosfer Street Fighter seharusnya disajikan di layar lebar.

3. Street Fighter: The Legend of Chun-Li (2009)

Street Fighter the legend of chun-li. (Dok. 20th Century Fox/Street Fighter: The Legend of Chun-Li)

Street Fighter: The Legend of Chun-Li mengambil latar di Bangkok. Bison (Neal McDonough), seorang bos kriminal, bersama anak buahnya (Michael Clarke Duncan, Josie Ho, dan Taboo) menjalankan perebutan kekuasaan di kawasan kumuh kota, menghancurkan siapa pun yang menghalangi ambisi mereka.

Di tengah eskalasi kekerasan tersebut, muncullah perlawanan dari pihak “kebaikan”: Chun-Li (Kristin Kreuk), master bela diri Gen (Robin Shou), agen Interpol Charlie Nash (Chris Klein), serta rekannya Maya Sunee (Moon Bloodgood).

Ketika film ini diumumkan, banyak penggemar berharap tim kreatifnya telah belajar dari kritik keras terhadap Street Fighter (1994). Sayangnya, harapan itu tidak terwujud.

Alih-alih memperbaiki pendekatan, film ini memilih jalur “realistis” yang justru menjauh dari identitas Street Fighter. Banyak karakter nyaris tak lagi terasa seperti versi game-nya, naskah ceritanya lemah, dan efek visualnya tampak ketinggalan zaman bahkan untuk standar 2009.

Jika Street Fighter (1994) masih dikenang berkat dialog ikonik dari karakter seperti Bison dan Zangief, The Legend of Chun-Li kerap dipandang sebagai film yang gagal total, tanpa elemen menonjol yang bisa diselamatkan atau dikenang dengan nostalgia.

4. Street Fighter (2026)

Dok. Legendary Picture/Capcom (Street Fighter 2026)

Berlatar tahun 1993, dua petarung Street Fighter yang terasing, Ryu (Andrew Koji) dan Ken Masters (Noah Centineo), kembali terlibat dalam pertarungan ketika Chun-Li (Callina Liang) yang misterius merekrut mereka untuk Turnamen World Warrior berikutnya: sebuah pertarungan brutal antara tinju, takdir, dan amarah. Namun di balik pertarungan sengit ini terdapat konspirasi mematikan yang memaksa mereka untuk saling berhadapan dan melawan iblis masa lalu mereka. Dan jika mereka tidak berhasil, maka permainan berakhir!

Itulah sinopsis yang beredar untuk Street Fighter (2026). Dari informasi awal yang ada, film ini terlihat menjanjikan: desain kostumnya mendekati versi game (karakter seperti Guile bahkan tampil dengan rambut sapu ikoniknya!), ceritanya berfokus pada Ryu dan Ken, dan latar turnamen kembali menjadi pusat konflik.

Pilihan latar tahun 1993 juga menarik, karena berpotensi memberi sentuhan retro yang kuat, mendekati era keemasan Street Fighter II.

Meski begitu, satu hal tetap tak bisa dihindari: kita masih harus menunggu dan melihat sendiri apakah Street Fighter (2026) benar-benar mampu menepati semua potensi tersebut.

Nah itu empat film layar lebar Street Fighter.

Favoritmu yang mana?

Sampaikan di komunitas Warga Duniaku:

Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku

Tele: https://t.me/WargaDuniaku

Editorial Team