Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dunia animasi 3D Hollywood dipenuhi dengan nama-nama besar seperti Disney, Pixar, DreamWorks, Illumination, hingga Sony. Untuk Sony mereka akhir-akhir ini berhasil mengejar ketertinggalannya berkat Spider-Verse.
Pada sisi lainnya ada studio Warner Bros yang sebenarnya memiliki prestasi tersendiri di bidang live-action animated, maupun animasi 2D klasik.
Mummies ini adalah salah satu upaya Warner Bros untuk menjejakan kaki di dunia animasi 3D. Disutradarai oleh Juan Jesús García Galocha, film ini merupakan debut pertamanya setelah bekerja sebagai art director pada film-film seperti "Tad: The Lost Explorer" dan "Tad: The Lost Explorer, and The Secret of King Midas”.
Naskahnya sendiri ditulis bersama oleh Jordi Gasull dan Javier Barreira, pemenang Penghargaan Goya untuk Skenario Terbaik untuk "Tad: The Lost Explorer".
1. Tiga mumi pergi ke dunia manusia
Film Mummies mengikuti petualangan dari tiga mumi Mesir yang tinggal di kota rahasia bawah tanah, tersembunyi di Mesir kuno.
Ketiganya termasuk diantaranya seorang putri, Nefer (Eleanor Tomlinson), mantan kusir pembalap, Thut (Joe Thomas), dan adik laki-lakinya, Sekhem (Santiago Winder) bersama bayi buaya peliharaan mereka, Crocs.
Thut adalah seorang kusir pembalap yang berhenti melakukan balapan karena sebuah kecelakaan yang membuat dirinya trauma pada kecepatan. Sementara Nefer adalah tipikal putri pemberontak yang selalu dipaksa patuh terhadap aturan kerajaan. Terakhir adalah Sekhem yang harus selalu patuh pada perintah sang kakak.
Dalam sebuah peristiwa yang tidak menguntungkan, Thut harus bertunangan dengan Nefer. Sayang cicin pertunangan mereka dicuri oleh arkeolog Lord Carnaby (Hugh Bonneville) yang ambisius. Akhirnya mereka bertiga dan Crocs, harus memasuki dunia manusia demi mengambil cincin pertunangan tersebut.
Apakah mereka bertiga bisa mendapatkan cincin tersebut? Apakah Thut dan Nefer benar-benar harus menikah?
Baca Juga: Review A Man Called Otto, Saat Tom Hanks Memerankan Kakek Galak
2. Kisah yang tidak lancar
Mungkin ini pengaruh dari sutradara atau penulis cerita, yang jelas film ini terasa kurang lancar dalam bercerita. Ada banyak sekali momen yang terasa tidak nyambung atau hadir begitu saja sehingga kesannya garing. Selain itu beberapa bagian juga terasa disusun secara acak sehingga kurang terhubung.
Film ini juga mencoba untuk menjadi sebuah musikal yang apik dengan seluruh musik dan soundtrack yang disusun oleh pemenang Penghargaan Goya Fernando Velazquez, yang sering berkolaborasi dengan sutradara terkenal Spanyol, J.A. Bayona. Film ini menampilkan tiga lagu asli termasuk "I Am Today", "New Song" dan "Ring Song". Yang terakhir menampilkan lirik oleh penulis/produser Jordi Gasull.
Sayangnya musik-musik tersebut kerap masuk tanpa “cue” yang jelas sehingga kurang pas di dalam adegan. Hasilnya, semakin banyak kubangan atau cekungan cerita yang harus dilalui oleh para penonton yang menyaksikan Mummies.
Untungnya Mummies memiliki beberapa pesan moral yang bisa tersampaikan dengan cukup apik. Sehingga semua orang masih merasa mendapatkan pengalaman positif ketika melihat film animasi sepanjang 1 jam 28 menit ini. Salah satunya adalah kebaikan dan ketulusan hati Thut, meskipun dia cukup terkenal berkat prestasi balapannya.
3. Kesimpulan
Menyaksikan Mummies itu seperti melihat animasi 3D apik yang sayangnya dengan desain karakter kelewat generik. Hasilnya, kami tidak bisa mengingat nama-nama karakternya dengan baik meskipun film ini sudah menghibur kami selama satu setengah jam. Paling satu-satunya yang kami ingat adalah Crocs, itupun karena dia seekor buaya kecil yang lucu.
Sebenarnya animasi ini memiliki potensi lebih untuk dikembangkan lagi. Apalagi Juan Jesús García Galocha seperti berusaha menjelaskan semua elemen yang terjadi di dunia para mumi. Hal ini membuat kami menerka-nerka, apakah bagian tersebut sangat penting? Atau jangan-jangan Warner Bros sedang membangun franchise animasi Mummies?
Pada akhirnya film ini hanya mampu mendapatkan 3 dari 5 bintang review dari kami. Film yang tersendat-sendat karena minimnya pengalaman sang sutradara dalam mengatur jalan dan jalinan cerita.
Baca Juga: Review High and Low: The Worst X, Sekuel yang Seru dan Penuh Aksi!