IMS 2020: Curhat Industri Film Bersama Produser dan Sutradara Lokal!
Dewasa ini, bikin film makin enteng!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, duniaku.com- Dalam acara Indonesia Millennial Summit 2020, ada obrolan seru tentang industri film bersama para penggiatnya di panggung talent trifecta! Seperti apa sih, curhatannya tentang industri ini?
1. Kumpulkan narasumber keren!
Bertempat di The Tribrata Dharmawangsa, dalam panggung Talent Trifecta Indonesia Millennial Summit 2020 memiliki tajuk spesifik yang menarik soal dunia film, yang dinamakan You Have the Idea, Let's Execute: Pitching film & TV!
Diskusi ini melibatkan Anggy Umbara, Fajar Nugros, Susanti Dewi sebagai CEO Demi Istri Indonesia, dan juga mengajak Manoj Punjabi sang CEO dan dalam menyampaikan hal yang bisa menjadi pertimbangan sebelum kamu maju menyampaikan ide filmmu!
2. Film Indonesia berkembang pesat, tapi masih belum cukup!
"Dulu 'kan kita lihat film itu sesuatu yang sangat mahal," ujar Fajar, sutradara Yowis Ben tersebut saat mengutarakan mudahnya akses dan kesempatan untuk para sineas film dewasa ini untuk membuat film. "Sekarang ini pun kesempatannya sangat luas buat siapapun menjadi sutradara. Hanya, goodwill atau keberanian dari para produser untuk melihat (menerima) cerita yang berbagai macam ragam."
"Perkembangan film di Indonesia sudah sangat baik, tapi belum cukup baik," sebut Anggy Umbara, yang mengacu pada pesatnya perkembangan penonton film layar lebar, namun belum cukupnya variasi-variasi film Indonesia yang bisa dijelajahi.
Baca Juga: Joker Dapat 11 Nominasi Oscar, Termasuk Film Terbaik!
3. Mayoritas Penonton Jawa Penggemar Komedi
"Nomor satu itu komedi. Nomor dua, horor. Nomor tiga, drama, terus nomor empat, laga di bawah, biopik (juga) porsinya di sana, religi juga," sebut Manoj Punjabi, founder MD Entertainment saat menyebutkan preferensi penonton film, terutama di area Jawa dan Jakarta.
"Orang Indonesia tidak menonton bukan karena film Indonesia itu busuk, tapi fakta bahwa harga tiketnya yang mahal." Kata Susanti Dewi mengacu pada hasil survey yang sama. "Banyak juga produk-produk baik tidak sampai ke penontonnya, aku rasa bukan karena tidak bangga... tapi karena mereka tidak mau untuk membayar sesuatu yang mahal tersebut," lanjutnya dalam menjelaskan faktor-faktor lain bagaimana film-film lokal masih relatif rendah ditonton dengan segmen yang ditargetkan.
Apa pendapatmu tentang curhat industri film Indonesia bersama para sineas lokal ini? Sampaikan opinimu melalui kolom komentar di bawah ini!
Baca Juga: IMS 2020: Ini Fakta Manoj Punjabi, Veteran Produksi Film Indonesia!