Rocks D. Xebec dan Luffy. (Dok. Shueisha/Weekly Shonen Jump)
Tidak berlebihan rasanya mengatakan: 2025 adalah tahunnya Rocks D. Xebec.
Selama puluhan tahun, Rocks D. Xebec hanya hidup sebagai legenda gelap. Namun di tahun 2025, Oda membongkar seluruh persepsi itu.
Sejak Juli hingga klimaks tragisnya di November, kita akhirnya melihat kilas balik utuh kehidupan Rocks. Dan yang muncul bukan sekadar monster haus kekuasaan, melainkan sosok yang jauh lebih kompleks, bahkan, dalam banyak aspek, terhormat.
Ya, Rocks memang buas dan kejam di medan tempur. Tapi ia punya batas. Ia menolak menggunakan kekuatan untuk memaksa sahabatnya, seperti Raja Harald, agar mengikuti jalannya. Dalam hal prinsip, ia justru terasa lebih beretika dibanding anaknya sendiri, Marshall D. Teach alias Kurohige, yang tak segan memanipulasi dan mengkhianati siapa pun demi ambisi.
Tragedi Rocks mencapai puncaknya ketika ia menjadi korban Domi Reversi.
Dipaksa oleh Imu, Rocks harus: memburu anak dan istrinya sendiri, menyerang tiga anak buah yang paling loyal kepadanya (Edward Newgate, Kaido, dan Charlotte Linlin,) dan akhirnya dihentikan oleh Gol D. Roger dan Monkey D. Garp, bukan karena mereka ingin membunuhnya, tetapi karena mereka menyadari ada sesuatu yang “salah” dengan dirinya.
Ironisnya, ketika Roger dan Garp berhasil membebaskan Rocks dari kutukan, ia justru dibunuh oleh Figarland Garling, sebuah akhir pahit bagi seseorang yang akhirnya kembali menjadi dirinya sendiri.
Dari legenda monster menjadi korban terbesar sistem dunia, Rocks D. Xebec di 2025 bukan hanya karakter paling berkesan, ia adalah salah satu tragedi paling kuat yang pernah ditulis Oda.