Nah, ini yang membuat saya merasa dunia yang Stain inginkan bisa terwujud.
Bayangkan, situasi dunia sedang buruk. Persepsi publik pada hero turun. All For One bisa jadi akan sukses kabur dan menjadi ancaman. Banyak hero yang gugur, semakin menegaskan betapa berbahayanya situasi sekarang.
Sementara itu, mulai ada hero yang terpukul dengan situasi parah dan berpikir untuk mundur.
Dalam situasi seperti itu, saat seorang hero beraksi, ia bisa jadi tak akan memperoleh apapun. Publik mungkin tak percaya pada mereka, mereka pun bakal diserang oleh kriminal-kriminal kuat dan menakutkan. Kematian adalah ancaman yang nyata.
Jadi kalau memang masih ada hero yang beraksi, sang hero otomatis bisa dianggap sebagai hero ideal oleh Stain. Para pahlawan yang berjuang memang untuk menolong, bukan karena mereka mengharapkan timbal balik. Meski nyawa adalah taruhannya.
Dengan kata lain, dunia untuk beberapa waktu hanya bakal diisi hero sejati, melawan ancaman penjahat yang mengerikan.
Mungkin masih bakal ada pengecualian. Seperti hero yang beraksi untuk balas dendam. Itu juga tak disukai Stain. Tapi saya rasa itu jumlahnya tidak akan terlalu banyak.
Situasi ini pun jadi terasa seperti tes untuk para hero pro. Akankah mereka memutuskan mundur karena sudah tak lagi menguntungkan menjadi pahlawan? Ataukah mereka akan tetap bertahan karena mereka jadi hero karena ingin menolong orang? Atau mereka hanya ingin balas dendam?
Saya terutama penasaran dengan murid seperti Ochako, yang memang masuk jadi hero buat cari uang. Ochako bahkan melihat sendiri sang hero yang terpukul dan berpikir ganti kerjaan. Akankah dia melakukan hal yang sama? Ataukah dia akan menapak menjadi hero sejati juga?