Kembalinya Mahoraga (Dok. Shueisha/Jujutsu Kaisen Modulo)
Berdasarkan penjelasan di atas, efek Deadly Sentencing masih berpengaruh pada makhluk kutukan seperti Sukuna, Kenjaku, Jogo, dan lainnya. Begitu terkena, mereka harus mengikuti jalannya pengadilan dan tak bisa menyerang Higuruma sampai efek domainnya berakhir.
Namun berbeda dengan Mahoraga, celah Deadly Sentencing justru terlihat paling jelas. Sebagai shikigami hasil dari Ten Shadows Technique, Mahoraga bukan entitas dengan kehendak moral atau kesadaran hukum, melainkan manifestasi mekanisme adaptasi murni. Ia tidak memiliki konsep dosa, pengakuan, atau pembelaan diri yang menjadi fondasi persidangan Judgeman.
Akibatnya, Mahoraga tidak memenuhi syarat sebagai “terdakwa” dalam sistem Deadly Sentencing. Tanpa subjek yang bisa diadili, proses pengadilan kehilangan pijakan dasarnya. Bahkan jika domain tetap aktif, Mahoraga tidak memiliki alasan untuk patuh pada aturan persidangan, karena seluruh eksistensinya digerakkan oleh fungsi adaptasi, bukan pilihan atau niat.
Inilah yang membuat Mahoraga berpotensi menjadi counter alami bagi Deadly Sentencing. Berbeda dengan kutukan tingkat tinggi seperti Sukuna atau Kenjaku yang masih memiliki identitas dan kehendak, Mahoraga berada di luar kerangka hukum yang menjadi inti kekuatan Higuruma. Dalam skenario ini, domain yang biasanya memaksa musuh tunduk pada aturan justru kehilangan taringnya, menjadikan Deadly Sentencing situasional, bukan solusi mutlak untuk semua lawan.