Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Akhirnya setelah sekian lama menunggu, kita bisa menikmati salah satu anime yang diadaptasi dari manga shounen karya Kore Yamazaki : Mahoutsukai no Yome.
Kamu mau kisah cinta yang romantis tapi anti-mainstream? Atau kalian adalah pecinta fantasi ala barat? Anime yang berjudul Mahotsukai no Yome ini mungkin cocok menjadi tontonan mingguan kalian.
Anime ini berada di tangan studio yang cukup menjanjikan Wit Studio. Selain itu, Mahoutsukai no Yome juga memiliki beberapa pengisi suara kelas atas seperti Atsumi Tanezaki sebagai Hattori Chise, Ryota Takeuchi sebagai Elias Ainsworth, dan Kouki Uchiyama sebagai Ruth.
Skripnya sendiri ditangani dan disutradarai oleh Norihiro Naganuma dan dibantu oleh Aya Takaha. Desain karakternya akan menjadi tanggung jawab dari Hirotoka Katou. Sebuah kombinasi sempurna untuk menciptakan adaptasi dari manga yang memang sangat terkenal di Jepang ini.
Jadi, kalian ingin tahu apa saja nilai tambah anime ini? Jika ingin, simak ulasannya di bawah ini!
Sinopsis
Mahoutsukai no Yome bercerita tentang kisah asmara antar spesies(?) yang berbeda: Hatori Chise dan Elias Ainsworth. Hatori Chise adalah seorang gadis yang kebetulan apes menjadi budak belian yang diperebutkan para penyihir di Eropa karena statusnya yang spesial. Dia memiliki nama julukan “Slay Vega” karena ia memiliki kemampuan supernatural yang diinginkan banyak pelaku okultis saat itu.
Nasibnya berubah seratus delapan puluh derajat ketika seorang penyihir kuno berwajah tengkorak kambing membelinya dan mengangkatnya sebagai murid. Namun motif Elias ternyata tak sesederhana itu. Ia tertarik pada Chise bukan karena sekedar status Slay Vega-nya atau memang lagi kebelet menjadi guru sihir.
Elias sendiri membeli Chise untuk menjadikannya sebagai istri masa depannya. Entah memang karena bosan menjomblo terlalu lama atau demi melanjutkan kelestarian golongan penyihir (iykwim) sampai-sampai si penyihir rela mengeluarkan uang lima juta pounds.
Benarkah Elias menjadikan Chise sebagai murid dan sekaligus juga istrinya atas dasar cinta belaka? Ataukah ada motif tersembunyi yang berada di dalam tengkoraknya?
Efek Visual yang Menenangkan
Tidak hanya artwork yang memanjakan mata, sajian CGI yang tak berlebihan juga turut menghiasi perjalanan cerita Chise dan Elias. Efek-efek untuk adegan penggunaan sihir yang digunakan Elias, Chise dan Angelica di episode ketiganya mampu membuat penulis terpukau. Porsinya pas dan juga tampilan efeknya juga tak sekaku anime CGI kebanyakan seperti anime Berserk dan Kado The Right Answer.
Plot yang Mengalir Bagaikan Sungai yang Tenang
Sepertinya Wit Studio tak mau terburu-buru dalam memunculkan konflik yang menjadi bumbu utamanya. Penonton dipandu terlebih dahulu untuk mengetahui seluk-beluk dunia Chise dan Elias sebelum menikmati konflik yang akan dihadapi sang penyihir dan Slay Vega tesebut.
Tiga episode merupakan jumlah ideal bagi anime ini untuk memperkenalkan dunia mereka ke penonton. Jadi, kemungkinan episode minggu depan bisa jadi merupakan permulaan dari “badai” yang merintangi kisah romantis antara guru dan murid satu ini.
Yah di episode terbarunya sendiri, akhirnya kemampuan Elias dan Chise harus diuji ketika harus menghadapi dua antagonis baru yang mengklaim dirinya sebagai “majutsushi” daripada “mahoutsukai” seperti Elias dan Angelica.
Ada alasan lain kenapa kamu harus mengikuti anime ini sampai akhir. Penasaran? Klik halaman selanjutnya!
Kualitas Seiyuu yang Tak Perlu Diragukan
Menurut penulis, penempatan posisi para pengisi suara dengan karakter yang akan diperankan sudah pas dan tepat sasaran. Masing-masing dari pengisi suara mampu menghidupkan para tokoh dengan alami dan tanpa ada kesalahan berarti.
Astumi Tanezaki mampu mengeluarkan aura gadis yang masih dalam tahap pendewasaan dari cara berbicaranya saat menyingkapi situasai yang berada di sekitarnya. Selain itu ia juga berhasil membangun suasana kelam yang selama ini melingkupi karakter Hattori Chise melalui beberapa monolog yang menggambarkan perasaannya.
Ryota Takeuchi juga mampu membuat karakter Elias menjadi terlihat berwibawa dan sekaligus penuh kebapakan dengan suara rendahnya. Setelah diselidiki, ternyata Ryota Takeuchi memang tergolong spesialis karakter gentlemen. Sudah banyak karakter pria paruh baya seperti seperti Darui (Boruto : Naruto Next Generations), Kengo (3-gatsu no Lion Season 2), dan Albion (Highschool DxD) sukses diperankannya.
Opening dan Ending Song yang Menentramkan Jiwa
Lagu pembuka Mahoutsukai no Yome yang berjudul “Here” yang dibawakan oleh Junna. Permainan gitar akustik gitar dan tabuhan cepat dari drum yang diselingi alunan gesekan biola membuat suasana khas fantasi ala negeri-negeri Eropa langsung terbayang di benak setiap pendengarnya.
Selain itu, petikan gitar akustik yang mendominasi memiliki pengaruh “menenteramkan” siapapun yang mendengar lagu satu ini. Kemudian, gaya vokal Junna saat menyanyikan lagu ini terasa penuh oleh emosi yang berasal dari lirik-liriknya yang sederhana namun puitis. Tempo cepat dan lambatnya lagu ini juga seimbang, tak terlalu cepat maupun lambat.
[read_more link="https://www.duniaku.net/2017/10/13/sambut-halloween-dengan-marshmallow-berbentuk-kucing-nan-imut/" title="Sambut Halloween dengan Marshmallow Kucing yang Imut!"]
Untuk lagu penutupnya sendiri berjudul “Wa–cycle”yang dinyanyikan oleh Hanna Itoki lebih seperti pengantar tidur. Temponya yang lambat seolah menidurkan para penonton setelah cerita selesai. Namun kesan folklore dari “Wa-cycle” sendiri jauh lebih kuat dari “Here”. Sebuah penutupan yang pas untuk anime bertema fantasi barat.
Kesimpulan
Meskipun sejauh ini belum ada perkembangan konflik yang berarti, jangan salah kalau Mahoutsukai no Yome bisa jadi berujung menjadi cerita yang gelap seperti Made in Abyss yang sudah tamat musim lalu. Jika kalian membaca manganya mungkin sudah mengetahui apa yang terdapat di anime ini bukan hanya sekedar petualangan sihir belaka.
Diedit oleh Snow