Kokushibo Katana(dok. Shueisha/Demon Slayer/Demon Slayer Wiki)
Untuk komparasi yang lebih frontal, mari kita sorot para Iblis Bulan Atas lain.
Di antara para Iblis Bulan Atas, hanya sedikit yang menunjukkan sisi simpatik atau sisa kemanusiaan. Bahkan yang punya latar belakang tragis pun tetap tenggelam dalam kekejaman tanpa kendali moral. Berikut komparasinya:
Kokushibo:
Kakak dari pendekar legendaris Yoriichi ini memang punya lapisan emosional seperti perasaan iri, kehilangan arah, dan rasa menyesal yang muncul di akhir hayat. Tapi selama hidupnya sebagai iblis, ia terus melakukan kejahatan besar demi mengejar kekuatan. Motivasi utamanya adalah inferiority complex terhadap Yoriichi, bukan empati.
Doma:
Dari awal hingga akhir, Doma adalah iblis tanpa rasa bersalah. Bahkan saat masih manusia, ia sudah jadi sosok psikopat yang tidak merasakan emosi. Ia membunuh pengikutnya sambil tersenyum, suka sekali memangsa perempuan, dan tak menunjukkan sedikit pun kemanusiaan.
Hantengu:
Pribadi pengecut yang terus menerus menyalahkan orang lain atas semua kesalahannya. Bahkan setelah menjadi iblis, ia memecah dirinya menjadi aspek-aspek emosi negatif, dan tidak pernah benar-benar mau menghadapi konsekuensi atas perbuatannya.
Gyokko:
Karakternya tidak terlalu dalam, digambarkan sebagai brutal, eksentrik, dan mengerikan. Ia menjadikan manusia sebagai bahan seni dengan cara yang sangat sadis. Tidak ada tanda penyesalan, hanya kegilaan terhadap “keindahan”.
Daki dan Gyutaro:
Mereka memiliki masa lalu yang sangat menyedihkan sebagai anak-anak yang dibuang masyarakat. Kalau soal sedih doang, mereka termasuk yang paling mendekati Akaza. Namun sebagai iblis, keduanya tetap haus darah dan telah menumpahkan banyak nyawa. Daki bahkan terlalu emosional dan tidak stabil, sedangkan Gyutaro penuh kebencian. Meski ada ikatan saudara yang kuat, mereka tidak memiliki kendali diri sebaik Akaza, apalagi kode moral.
Kaigaku:
Seorang mantan pembasmi iblis yang berubah menjadi iblis karena kesombongan dan rasa rendah diri. Bahkan menjelang kematian, ia tetap tidak mengakui kesalahannya, dan mati dengan kebencian.
Nakime:
Kurang sorotan di versi manga, jadi tidak bisa dikomentari.
Di tengah parade kekejaman ini, Akaza tampil sebagai anomali. Meski telah menumpahkan banyak nyawa, termasuk Rengoku, ia tetap menunjukkan sisa-sisa moralitas yang tak dimiliki oleh Iblis Bulan Atas lain. Ia tidak pernah menyakiti perempuan, masih memiliki prinsip, dan pada akhirnya memilih mati demi mempertahankan kemanusiaannya.
Nah itu lima alasan Akaza adalah Iblis Bulan Atas paling tragis, setidaknya menurut saya.
Apa kamu setuju?
Atau mungkin kamu masih kesal karena dia membuat Kyojuro Rengoku mati muda?
Sampaikan di kolom komentar!
Diterbitkan pertama 06 Agustus 2025, diterbitkan kembali 16 Agustus 2025.
Untuk informasi yang lebih lengkap soal anime-manga, film, game, dan gadget, yuk gabung komunitas Warga Duniaku lewat link berikut:
Discord: https://bit.ly/WargaDuniaku
Tele: https://t.me/WargaDuniaku