Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
Featured image video galactus.jpg
Featured image video galactus. (Dok. tiktok.com/@fahrulrazi313)

Intinya sih...

  • Channel pribadi kecil dengan hit puluhan ribu views bukan hal asing

  • Algoritma TikTok bergantung pada caption, hashtag, dan audio untuk visibilitas

  • Storytelling yang kuat dan speed dalam unggah video memberi performa tinggi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pada Selasa malam, 22 Juli 2025, saya mendapat kesempatan untuk meliput drone show The Fantastic Four: First Steps.

Saya hadir mewakili Duniaku.com, dan fokus utama saya tentu saja adalah merekam seluruh pertunjukan berdurasi 10 menit itu untuk keperluan konten media sosial redaksi. Videonya sendiri sudah bisa kamu lihat di kanal TikTok Duniaku.com.

Namun, demi sedikit menghibur teman-teman dan followers pribadi saya (yang saat itu hanya berjumlah sekitar 170 orang) saya memotong satu bagian kecil dari footage tersebut, lalu mengunggahnya ke akun TikTok saya sendiri.

Seminggu berlalu, dan video itu… meledak. Tiba-tiba masuk FYP global dan kini telah ditonton lebih dari 4 juta kali. Memang, laju pertumbuhannya mulai melambat, tapi angka itu tetap terasa gila dan nyaris di luar nalar bagi saya.

Dari peristiwa viral yang tak terduga ini, saya belajar beberapa hal penting, baik soal algoritma TikTok, strategi konten, hingga pentingnya timing dan interaksi. Di bawah ini saya akan membagikan opini dan analisis saya.

1. Pertama-tama, channel pribadi saya mungkin kecil, tapi hit puluhan ribu views bukan hal asing

Sebelum masuk ke cerita utama, ada baiknya kamu tahu sedikit konteks tentang channel saya.

Sepekan lalu, jumlah followers saya di TikTok hanya sekitar 170 orang. Tapi meskipun tergolong kecil, channel ini bukan akun yang benar-benar “mati” lalu tiba-tiba viral begitu saja. Sebelumnya, saya sudah pernah mencicipi beberapa video dengan performa cukup bagus.

Contohnya, meme Shorekeeper dari game Wuthering Waves sempat menembus 80 ribu views. Video penjelasan sederhana tentang cara menerbangkan Tazos dari Chiki juga pernah menyentuh angka serupa. Bahkan sejak video Galactus meledak, dua video tersebut ikut naik dan kini sudah lebih tinggi lagi performanya.

Saya juga minimal rutin mengunggah video mingguan sejak 2025 ini, tak peduli apa hasilnya bakal 80 ribu atau hanya 300 views.

Artinya, channel ini bukan benar-benar dari nol. Saya pikir “track record” kecil tapi konsisten ini mungkin membantu algoritma TikTok lebih percaya ketika ada satu video saya yang mulai menunjukkan potensi viral.

Ini bisa dibilang menjadi fondasi awal dari keajaiban 4 juta views tersebut.

2. Ilmu basic yang saya terapkan

Screenshot Galactus di video Galactus. (Dok. tiktok.com/@fahrulrazi313)

Ada satu pelajaran penting dari blog Hootsuite yang selalu saya pegang saat membuat konten TikTok:

"Algoritma TikTok bergantung pada informasi video seperti caption, hashtag, dan audio untuk mengategorikan dan merekomendasikan konten. Mengoptimalkan konten agar mudah dicari dengan kata kunci yang relevan (melalui TikTok Creative Center), serta menggunakan audio yang sedang tren, dapat secara signifikan meningkatkan kemungkinan videomu ditemukan oleh lebih banyak orang."

Dari sinilah saya mulai membentuk kebiasaan-kebiasaan kecil yang mungkin terlihat sepele, tapi ternyata sangat berpengaruh.

- Caption yang ringkas tapi mengandung kata kunci

Untuk video drone show ini, saya tulis caption yang simpel tapi padat keyword:

"GALACTUS DI SPARK WKWKWK. drone show fantastic four #fantasticfour #fantasticfourfirststeps #galactus #droneshow"

Saya sengaja menargetkan kata kunci seperti Fantastic Four, Galactus, dan drone show, yang kemungkinan sedang dicari orang malam itu. Hashtag seperti #FYP tidak saya pakai karena waktu itu saya memang tidak mengincar viral secara global. Tapi ternyata... tetap FYP global juga.

- Kombinasi audio orisinal dan audio trending

Secara teknis, video ini sebenarnya sudah punya nilai audio yang tinggi. Ada musik resmi The Fantastic Four: First Steps, adegan Silver Surfer memperkenalkan tuannya Galactus, dan tentu saja suara sorakan antusias dari saya dan penonton lain.

Tapi saya tahu, TikTok tetap menyukai audio yang sedang tren. Jadi saya tambahkan audio trending bertema Fantastic Four, dengan volume pelan agar tidak menumpuk dengan suara orisinal. Ini menurut saya salah satu kunci besar. Untuk channel kecil dengan 170 followers, mengandalkan audio orisinal saja mungkin tidak akan cukup memberi dorongan visibilitas.

Dan strategi ini terbukti bukan sekadar teori.

Dalam fase awal perilisan video, yang terpenting adalah visibilitas, yaitu peluang agar videomu muncul di hasil pencarian dan halaman rekomendasi. Dan di sinilah video saya mulai mendapatkan momentum.

3. Storytelling bisa sangat membantu videomu!

Screenshot ucapan Silver Surfer di video Galactus. (Dok. tiktok.com/@fahrulrazi313)

Awalnya, saya hanya berniat mengunggah bagian ketika Galactus muncul, tanpa narasi Silver Surfer di awal.

Seperti ditulis Christina Newberry dalam blog Hootsuite:

“Memulai video dengan hook yang kuat—seperti pertanyaan, cuplikan hasil akhir, atau visual mencolok—dapat meningkatkan retensi penonton dan mengindikasikan bahwa konten tersebut layak direkomendasikan.”

Saya pikir, penampilan Galactus sendiri sudah cukup jadi hook.

Namun, saat menyunting di CapCut, saya merasa ada yang kurang. "Apa serunya kalau Galactus langsung muncul sejak awal video?"

Akhirnya saya masukkan kembali narasi Silver Surfer, lalu saya trim sedikit jeda antar adegannya. Hasilnya, seakan Galactus muncul lebih cepat dari seharusnya, tapi dengan buildup yang tetap terasa.

Struktur videonya pun jadi lebih proper meski sederhana:

  • Pembuka: Narasi Silver Surfer ditampilkan dalam bentuk teks di langit malam Jakarta. Ada momen antisipasi, karena Surfer memperkenalkan sosok yang jauh lebih besar darinya.

  • Build-up: Ribuan drone mulai membentuk pola misterius yang membuat penasaran.

  • Klimaks: Galactus benar-benar mewujud, diiringi reaksi kagum dari para penonton yang terekam secara autentik di Skywalk Senayan Park.

Ketika di antara 2400 komentar ada yang bilang mereka merinding, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing, saya sadar keputusan saya tepat. Keagungan Galactus jadi benar-benar terasa.

Ada satu pelajaran tambahan juga: "Sebelum memikirkan audiens TikTok yang luas, ingat bahwa ada satu audiens yang paling pertama bisa kamu uji: dirimu sendiri."

Kalau saat mengedit kamu merasa videomu masih “kurang greget,” kemungkinan besar penonton pun akan merasakan hal serupa.

Kalau saya dulu hanya mengunggah bagian Galactus langsung muncul tanpa membangun tensi lewat Surfer, saya yakin video ini tidak akan menyentuh angka views sebesar sekarang.

4. Ada momen dimana speed bisa memberi performa lebih tinggi dari polished

Drone Show Fantastic Four: The First Steps di Senayan Park. Fotografer: Fahrul Nurullah. (Duniaku.com/Fahrul Nurullah)

Saya pernah dengar seseorang berkata, "Di tahun 2025 ini, Gen Z dan Gen Alpha kalau nyari sesuatu bukan lagi ke Google, tapi ke TikTok."

Nah, drone show ini adalah contoh nyata dari event besar yang memicu rasa penasaran publik. Bahkan orang-orang yang tidak tahu acara ini berlangsung pun bisa melihat formasi drone di langit malam, terutama jika mereka sedang melintas di sekitar Senayan Park, entah dari jalan tol atau ruas jalan besar lainnya. Saya yakin banyak dari mereka langsung membuka TikTok dan mencari: “Ada apa di langit Jakarta malam ini?”

Dan saat mereka mencari… video saya sudah ada di sana.

Saya mengunggah video ini hanya sekitar satu jam setelah drone show berakhir. Dengan caption dan hashtag yang informatif (seperti yang sudah saya bahas di poin sebelumnya), saya pastikan kontennya siap ditemukan sejak awal.

Apakah video saya lebih polished dibanding konten lain yang memakai kamera profesional dan diedit secara sinematik?

Tentu tidak. Saya hanya pakai kamera ponsel, dan proses penyuntingan di CapCut pun sederhana: saya hanya memangkas jeda antara narasi Silver Surfer dan kemunculan Galactus.

Tapi kenyataannya?

4 juta views dan masuk FYP global membuktikan bahwa kadang yang dibutuhkan bukanlah kesempurnaan, melainkan kecepatan.

Kalau saja saya unggah videonya 2–3 jam lebih lambat, mungkin ia sudah kalah bersaing dan tenggelam di antara video lain yang lebih cepat naik.

5. Respons komen ketika bisa

Screenshot komentar di video Galactus. (Dok. tiktok.com/@fahrulrazi313)

Tahukah kamu kalau komentar bisa memberikan dampak yang luar biasa terhadap visibilitas video TikTok?

Bahkan, menurut Influencer Marketing Hub, komentar bisa lebih berpengaruh dibandingkan view dan like.

Kenapa begitu?

Karena menonton atau menyukai video itu mudah, tinggal scroll dan tap. Tapi meninggalkan komentar butuh lebih banyak usaha. Seseorang harus benar-benar peduli, meluangkan waktu, berpikir, membuka kolom komentar, lalu mengetikkan sesuatu. Interaksi ini menandakan tingkat keterlibatan yang lebih dalam.

Artinya: semakin banyak komentar yang didapat, semakin besar kemungkinan TikTok menganggap video itu relevan dan layak ditampilkan ke lebih banyak orang. Komentar adalah sinyal kuat bagi algoritma, dan peluang emas untuk memperluas jangkauan dan menumbuhkan followers.

Namun jujur saja, ketika notifikasi komentar mulai masuk bertubi-tubi, hal pertama yang saya pikirkan bukanlah soal algoritma atau engagement rate.

Yang saya lihat adalah gelombang orang yang ikut merasakan hype dari video ini.

Banyak yang meninggalkan komentar antusias soal betapa epiknya drone show Galactus. Ada yang berterima kasih karena mereka tidak sempat menontonnya langsung. Dan karena saya sendiri juga masih terbawa suasana, saya membalas komentar-komentar itu satu per satu, kadang dengan jawaban tulus, kadang dengan meme kalau komentar mereka lucu.

Tapi kemudian komentar terus berdatangan… dan meledak.

Dalam waktu 24 jam, bahasa di kolom komentar sudah bukan hanya Bahasa Indonesia dan Inggris, tapi juga Prancis, Spanyol, dan makin bertambah. Ada yang membandingkan pertunjukan ini dengan drone show-nya Mysterio di Spider-Man: Far From Home, ada yang menyebutnya seperti Megamind, dan ada pula yang bertanya siapa karakter fiksi yang bisa mengalahkan Galactus sendirian.

Saat saya menulis artikel ini, video saya sudah mengumpulkan 2.488 komentar.

Dan sejujurnya, angka itu bisa jadi jauh lebih berdampak ke visibilitas video ketimbang 600.000+ likes yang saya terima.

6. Saya tidak sengaja membuat video saya bernuansa global

Screenshot analytics di video Galactus. (Dok. tiktok.com/@fahrulrazi313)

Sejujurnya, ada beberapa hal teknis yang memang saya perhitungkan sejak awal agar video ini bisa punya peluang lebih besar untuk meledak, seperti caption yang ringkas tapi mengandung keyword relevan, penggunaan hashtag yang tepat, pemilihan audio trending, dan tentu saja, waktu rilis yang cepat setelah event berlangsung.

Tapi lucunya… ada satu hal yang tidak saya rencanakan sama sekali.

Saya tidak sengaja membuat video ini bernuansa global.

Saat membuka halaman Analytics TikTok, saya cukup terkejut: penonton dari Indonesia hanya menyumbang 7% dari total 4 juta views. Selebihnya? 30% datang dari kategori "Other," 26,3% dari Amerika Serikat, 9,2% dari Filipina, dan 8,1% dari Inggris.

Lho, kok bisa?

Kalau dipikir-pikir… mungkin ini ada kaitannya dengan bagaimana saya menyusun isi videonya. Dalam video tersebut, hanya ada satu kalimat yang saya ucapkan dalam bahasa Indonesia: "Buset, kedip!", reaksi spontan saya ketika melihat drone Galactus seolah mengedipkan mata.

Selebihnya? Saya membiarkan narasi visual dan audio berjalan secara natural. Silver Surfer muncul dan berbicara dalam bahasa Inggris. Saya menyebut nama “Galactus” yang sudah dikenal luas di kalangan penggemar pop culture. Dan tentu saja, sorakan kagum dari penonton juga bersifat universal.

Alhasil, tanpa saya sadari, video ini menjadi mudah dinikmati oleh penonton lintas negara, termasuk dari Amerika, Eropa, dan Asia Tenggara.

Meski begitu, efek sampingnya cukup lucu juga: ada yang berkomentar bertanya, “Ini diambil di China ya?” Padahal di caption sudah jelas tertulis bahwa ini adalah pertunjukan drone di SPARK (Senayan Park).

Penutup

Nah, itu tadi beberapa pelajaran yang saya petik dari pengalaman video TikTok saya yang secara tidak terduga tembus FYP global dan meraih lebih dari 4 juta views.

“Apakah ini bisa ditiru untuk video saya?” Mungkin itu yang sedang kamu pikirkan.

Jawaban jujurnya: tentu ada faktor keberuntungan juga. Akun saya saat itu hanya punya 170 followers, jadi 4 juta views dan FYP global adalah hal yang bahkan saya kira tidak mungkin. (Saya sudah senang ketika videonya tembus 100.000 views). Dan seperti yang sudah saya bahas di poin sebelumnya, ada elemen nggak sengaja yang justru membuat video ini punya daya tarik global, bukan hanya untuk penonton Indonesia.

Selain itu, momen juga berperan besar. Drone show Galactus di Senayan itu hanya berlangsung satu kali, hari Selasa, 22 Juli. Tidak ada siaran ulang atau pertunjukan kedua. Jadi, siapa pun yang melewatkannya pasti akan mencari dokumentasinya. Video saya muncul di tengah momentum itu, dan itu jelas membantu.

Tapi tetap ada hal-hal mendasar yang bisa kamu praktikkan dan terbukti membantu meningkatkan visibilitas, terutama jika kamu masih membangun channel kecil:

  • Gunakan hashtag yang relevan, bukan asal viral.

  • Dalam momen besar seperti ini prioritaskan kecepatan unggah dibandingkan terlalu banyak polesan (karena momen itu cepat lewat).

  • Buat caption yang mewakili isi video secara jelas, karena ingat, banyak Gen Z dan Gen Alpha sekarang menggunakan TikTok sebagai mesin pencari.

  • Gunakan audio yang sedang tren, kalau sesuai.

Jadi, meskipun tidak ada rumus pasti untuk FYP global, ada beberapa prinsip dasar yang bisa meningkatkan peluangmu.

Gimana menurutmu?

Pernah mengalami hal serupa?

Atau ingin coba bikin eksperimen seperti ini?

Tulis pendapatmu di kolom komentar!

Editorial Team