Samsung Galaxy Nexus... "Es Krim" yang Terjebak di Dalam Kaca 720p?
Mulai beberapa hari lalu, saat melintasi Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, ada satu iklan yang menggoda saya. Di sana terpampang satu Droid yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini, karena menjadi wakil resmi pertama Google untuk mengenalkan Android versi baru mereka Android 4.0 Ice Cream Sandwich. Sambutlah Samsung Google Galaxy Nexus...
Mulai dua hari lalu, saat melintasi Jalan Basuki Rahmat, Surabaya, ada satu iklan menggoda saya. Di sana terpampang satu Droid yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini, karena menjadi wakil resmi pertama Google untuk mengenalkan Android versi baru mereka Android 4.0 Ice Cream Sandwich. Rupanya Samsung tidak mau menghentikan estafet suksesnya penjualan Galaxy S2. Walaupun Galaxy Nexus yang mulai dijual di beberapa negara lain awal Desember 2011 lalu masih jauh belum bisa menanding prestasi rival utamanya iPhone 4S dengan 4 juta unit berpindah ke konsumen dalam waktu tiga hari, namun diprediksi angka penjualan Galaxy Nexus hingga saat ini sudah mencapai angka 700 ribuan unit (berdasar laporan aktivasi Android versi 4.0 - 4.0.2 yang build in Galaxy Nexus, hingga akhir Desember lalu). Angka tersebut juga masih lebih rendah dibandingkan Galaxy Note, yang diklaim oleh Samsung sudah terjual 1 juta unit hingga akhir Desember 2011 lalu. [/caption] Dan menyinggung Galaxy Note yang secara ukuran tidak beda jauh dibandingkan Galaxy Nexus, saya sendiri juga heran, kenapa Samsung juga menjualnya di Indonesia. Padahal Droid berlabel resmi Google sebelumnya, Nexus One dan Nexus S bisa dikatakan kurang laku di pasaran Indonesia. Bahkan sampai Nexus S pun dibanting harganya menjadi hanya 2.8 jutaan Desember 2011 lalu, dari harga normalnya 4 jutaan. Namun bagaimanapun prestasi jajaran Nexus yang menjadi Droid resmi Google tersebut, tetap menarik untuk disimak, karena memang secara tingkatan di atas Droid-Droid lain, dan selalu mendapat prioritas pertama update OS dari Google. Masih ingat bukan, HTC Nexus One pertama kali dengan Froyo, lalu Samsung Nexus S dengan Gingerbread, dan kini Samsung Galaxy Nexus yang pertama dengan Ice Cream Sandwich. [/caption] Kemudian melalui billboard iklan yang saya temui di Jalan Basuki Rahmat tersebut, bisa diketahui berapa banderol harganya ketika launching nanti. Memang jauh dari harga bundle operator seperti di negara lain, dimana kamu bisa mendapatkan Galaxy Nexus secara kontrak dengan hanya US$150 saja. Samsung sendiri memberi promo dua hari, yaitu 21 - 22 Januari 2012 untuk Galaxy Nexus, yang bisa kamu tebus dengan Rp. 5.999.000. Harga normal ketika dirilis nantinya Rp. 6,.499.000, atau nyaris sama seperti Galaxy Note yang resminya Rp. 6.999.000. Worth-to-buy kah si Galaxy Nexus ini? [/caption] Singkat kata, apa yang mencolok dari si Galaxy Nexus ini sebenarnya hanya ada dua saja. Satu, layarnya. Dan kedua jelas, Android 4.0 Ice Cream Sandwich yang sudah pernah kami ulas lengkap fiturnya di sini dan di sini. Layarnya menjadi standar baru untuk Droid-Droid (kelas atas) lain yang bakal dirilis di sepanjang 2012 ini. Menggunakan layar capacitivemulti-touch Super AMOLED ukuran 4.65 inchi, dengan resolusi 720p HD alias 1280 x 720 pixel dan waktu respon 0.01ms, siapa pun pasti terpikat dengan detail yang terlihat dan sigapnya sentuhan jari diterjemahkan pada interface-nya. Selain itu seperti Nexus S, Google dan Samsung melapisi permukaan layarnya dengan lapisan oleophobic (mengurangi efek noda minyak), dan kemudian layarnya itu juga dibuat dengan model contour (agak melengkung di sisi atas dan bawah) sehingga membuat kita nyaman ketika bertelepon. [/caption] Itulah dua kesitimewaan Galaxy Nexus menurut "kacamata" saya. Sedangkan detail spesifikasinya, bisa kamu simak berikut ini.
Bekerja di Jaringan: GSM 850 / 900 / 1800 / 1900, HSDPA 850 / 900 / 1700 / 1900 / 2100, dan LTE atau Long Term Evolution atau biasa disebut 4G (hanya area tertentu, seperti di Amerika). Di sisi radio ini, Galaxy Nexus menjadi Droid pertama yang mendukung pentaband, dengan 21Mbps HSPA+ (bekerja di jaringan 2100, 1700 / AWS, 1900, 900, dan 850MHz), dan mampu bekerja di hampir semua operator dunia, bahkan yang sudah mendukung jaringan LTE alias 4G di US.
Dimensi: 135.5 x 67.9 x 8.9 mm. Ukuran Galaxy Nexus tidak bisa dikatakan kecil, namun juga tidak begitu merepotkan digenggam dengan satu tangan seperti Galaxy Note. Smartphone ini semacam medium SUV. Ukurannya begitu pas untuk fungsi tertentu (multimedia misalnya), namun keseluruhan tetap menyusahkan untuk dipakai sehari-hari. Perlu dibiasakan membawanya, sampai benar-benar bisa merasa nyaman.
Berat: 135 g
Layar: Layar sentuh berjenis capacitive 4.65 inchi 16 juta warna (atau 24 bit), resolusi HD (1280 x 720 pixel), berbahan Super AMOLED, mendukung multi-touch, dengan waktu respon 0.01ms; dilapisi permukaan oleophobic, dan penampang dibuat melengkung - disebut Contour Display, yang terbukti nyaman bagi tangan dan jari ketika mengetik. Detail lain, panjang x lebar layarnya adalah 57.9 x 102.93 mm. Dan kerapatan untuk setiap inchinya mencapai 315.9 PPI atau pixel/inchi.
[/caption]
Chipset: Dual-core 1.2GHz Cortex-A9 MPCore CPU (jenis ARMv7, mendukung Adobe Flash), yang tergabung dalam satu SoC (system on Chip) TI OMAP 4460. Detail apa saja yang ada dalam SoC ini sendiri sebagai berikut: Dual ARM Cortex-A9 Harvard Superscalar processor core, LPDDR2 memory interface, embedded image signal processor (mendukung kamera hingga 20MP, mendukung kamera 3D stereosopic hingga 12MP), 2D/3D graphics acceleration (IVA 3), GPU-nya sendiri menggunakan core PowerVR SGX SGX540 dengan kecepatan 300MHz (dan GPU tersebut mendukung OpenGL ES v2.0, OpenGL ES v1.1, OpenVG v1.1, EGL v1.3), SmartReflex 2 technologies, M-shield mobile security, ARM TrustZone, HDMI output, Composite dan S-video TV output, dukungan untuk monitor XGA/WXGA dengan oputput16 juta warna (24-bit definition), bisa menggunakan fitur High Speed USB 2.0 On-The-Go, video encode/decode hingga 30fps dengan kualitas 1080p , video encode/decode stereoscopic 3D dengan kualitas 1080p, TWL6040 power management. Satu hal lagi, ARM Cortex-A9 yang terpasang dalam SoC TI OMAP 4460 ini maksimal bisa bekerja hingga kecepatan 1.5GHz untuk setiap core-nya. Jadi bisa ditebak, nantinya bisa jadi ada varian Galaxy Nexus lain dengan prosesor yang lebih tinggi, atau ada juga hasil modding kernel-nya yang mampu meng-overclock hingga 2GHz
Kapasitas RAM: 1GB (penting untuk menjamin lancarnya eksekusi banyak aplikasi bersamaan)
OS: Android 4.0 Ice Cream Sandwich
Internal Storage: 16/32GB storage (yang mana seperti kebiasaan Samsung, bakal dipartisi juga untuk jatah ROM. Biasanya dari nilai aslinya diambil 2 GB untuk ROM). Sayangnya, kamu hanya bisa bertahan dengan internal storage ini saja, karena Galaxy Nexus tidak menyertakan port microSD. Jadi jika kamu termasuk ingin membeli sekaligus menjadikannya sebagai pusat game mobile portable, opsi terbaik adalah versi 32GB - mengingat data game Droid sekarang rata-rata membutuhkan jatah 500 MB. Dan sayangnya, yang pertama kali dijual di Indonesia itu yang versi 16 GB, dan dengan jatah yang available untuk kita pasti hanya sekitar 12 GB saja!
[/caption]
Kamera: Seperti Nexus S, Galaxy Nexus kameranya hanya 5 megapixel, mendukung auto-focus dengan fitur face detection, touch focus dan geotagging; Mampu merekam video full HD (1080p) pada 30fps, ada flash LED, kamera depan dengan resolusi 1.3 megapixel alias 1280 x1024 pixel, mendukung video-calls, serta touch-to-zoom saat merekam.
Konektivitas: Ada Wi-Fi a/b/g/n, bisa untuk Wi-Fi hotspot alias tethering, Bluetooth 3.0, port microUSB standar (bukan MHL seperti pada Galaxy S2), GPS dengan A-GPS, port audio 3.5mm, serta chip NFC.
Fitur lainnya: Material bertekstur yang disebut Hyper Skin di bagian belakang untuk mempererat genggaman tangan, sensor accelerometer (mendeteksi gerakan), proximity (mengenali jauh dekat layar dengan suatu obyek), notification LED serta barometer sensor. Sensor terakhir tersebut sudah digadang-gadang dari awal tahun ini bakal menjadi satu fitur menarik Android di masa mendatang. Namun sampai saat ini, kita belum mendapat bukti nyata digunakan untuk apa sensor tersebut. Namun jika memahami fungsi barometer sebagai pengukur tekanan udara, bisa saja sensor tersebut nantinya dimanfaatkan untuk mendeteksi perubahan cuaca yang tiba-tiba (peringatan bakal terjadinya badai misalnya), atau bahkan mungkin untuk aplikasi lain seperti game? Untuk mengetahui wujud kegunaan sensor ini, perangkat dengan sensor barometer seperti Galaxy Nexus atau Motorola Xoom, bisa meng-install Barometer HD dari Android Market.
Baterai: Li-Ion 1,750mAh, yang memang lebih besar daripada Galaxy S2. Namun saya tidak menjamin bakal lebih irit, kecuali kamu mematikan Background Sync serta koneksi data. Oh ya, di baterai Galaxy Nexus ini jelas tertera kalimat Near Field Communication, alias NFC. Berbeda dengan Galaxy S2 yang rancu, walaupun diklaim memiliki NFC, namun tidak ada indikasi chip tersebut di dalam tubuh Galaxy S2. Namun banyak sumber menyebutkan, seperti di sini, bahwa chip NFC memang sudah terintegrasi dalam mainboard Galaxy S2, hanya tinggal menunggu diaktifkan saja. Semoga saja update software Android 4.0 Ice Cream Sandwich untuk Galaxy S2 juga langsung membuka fungsi NFC tersebut.
[/caption] Secara teknis, memang Galaxy Nexus tidak beda jauh melampaui Galaxy S2. Kecuali seperti yang saya sebutkan sebelumnya, di sektor layar dan versi OS Androidnya. Dan karena diproduksi Samsung, serta ciri khas "all-plastic-body" semua jajaran Droid-nya, rupanya masih terbawa pada si Galaxy Nexus. Namun bedanya, kesan premium masih terasa di sini. Kemudian dihilangkannya tombol fisik, atau tombol capacitive di bawah layar, dan kini mulai menganut aliran tablet Honeycomb, tombol khas Droid menyatu pada layar sebagai tiga tombol softkey. Pasti butuh penyesuaian dan sesekali salah tekan ketika menentukan posisi tombol. Galaxy S2 misalnya, walaupun dilengkapi dua tombol capacitive, namun masih ada satu tombol fisik Home menjadi acuan. [/caption] [/caption] Di atas layar seperti kebanyakan Droid, selain earpiece juga didampingi sensor proximity dan ambient light. Di sebelahnya juga ada kamera 1.3 megapixel fixed-focus yang bakal membantumu selama video calling. Bagian bawah layar, memang tanpa tombol. Selain tiga softkey yang mewakili Back, Home dan Multitastk, serta ketiga tombol itu pun juga menjadi satu bagian pada layar - mereka diposisikan pada satu baris khusus. Namun Google dan Samsung menyisipkan satu titik area di bawah layar untuk notification LED, yang berpendar untuk mengingatkanmu jika ada miss call, message yang belum terbaca, atau baterai yang menipis. [/caption] Bagian atas Galaxy Nexus juga sama seperti Nexus S, bebas port atau pernak-pernik apa pun. Pada Galaxy S2 atau Galaxy Note, kamu dapat port audio 3.5mm dan mic sekunder untuk mereduksi suara (khusus Galaxy S2). Sedangkan bagian bawah Galaxy Nexus baru terlihat ramai. Ada port audio 3.5mm, microUSB dan microphone. [/caption] [/caption] Sisi kiri dan kanannya dibuat minimalis. Di kiri Galaxy Nexus, kamu temukan tombol volume, sedangkan di sebelah kanan, ada tombol lock screen/sekaligus Power, dan juga konektor saat menghubungkannya ke docking station. Di bagian belakangnya, selain modul kamera 5 megapixel dengan LED flash, ada lubang loudspeaker di bawah-tengah. Penempatannya seperti Galaxy S2, meskipun untuk Galaxy S2 lubang speakernya agak ke kanan. Bagian belakang Galaxy Nexus ini pun nyaris sama dengan Galaxy S2 (yang warna hitam ya, karena Galaxy S2 putih tidak bertekstur). Penutup baterai Galaxy Nexus berbahan plastik bertekstur, tipis dan begitu fleksibel serta kuat, sehingga tidak sampai patah ketika agak ditekuk. Tekstur tersebut membantu selama menggenggamnya. Oh ya, sebagian besar casingnya berbahan plastik, seperti Galaxy S2. Namun jangan ragu, di dalamnya kamu dapati sasis metal kok, sehingga masih terasa kokoh. [/caption] Oh ya, di bagian bawah casing belakang, ada bagian yang sedikit menonjol, sama seperti Galaxy S2. Walaupun gara-gara bagian tersebut Galaxy S2 kehilangan gelar smartphone tertipis - karena dituntut oleh Apple dengan iPhone 4 mereka, namun menurut saya dengan ada bagian menonjol dimana lubang speaker berdiam itulah, kita bisa menggenggam Galaxy S2 atau Galaxy Nexus dengan lebih nyaman. Apalagi khusus Galaxy Nexus dengan layar contour-nya, yang membantu jari agar pas menumpu pada layar dan bagian bawah casing belakang yang menonjol. [/caption] Sebagian besar softwarenya sudah kami ulas sebelumnya. Kamu bisa buka kembali artikel kami mengenai Ice Cream Sandwich. Namun ada beberapa yang bisa kami tambahkan di sini. Berbeda dengan Android sebelumnya, kini kamu tidak menambahkan widget dengan cara menahan satu bagian layar di homescreen. Melainkan kumpulan semua widget bisa diakses ketika kamu masuk ke main menu pada launcher-nya, di sana ada tab khusus yang menyimpan semua widget-mu. Kemudian penggunaan jenis font baru, Roboto, rupanya tidak hanya mempengaruhi selama di antar muka saja. Ketika kamu masuk website yang font-nya bukan Roboto, otomatis langsung diubah. [/caption] Seperti yang pernah kami ungkapkan sebelumnya, keseluruhan user interface Android 4.0 ini mengadopsi style yang lebih terlihat modern dan high-tech. Penggunaan warna dasarnya mengingatkan pada Honeycomb (biru gelap), dan juga pada dunia franchise Tron dari Disney, dengan banyak efek sorotan neon biru. Dan melalui Galaxy Nexus, Google juga mengenalkan pengoperasian baru dengan menghilangkan penggunaan tombol fisik atau tombol capacitive. Mereka menyatukannya pada layar, melalui tiga softkey yang berdiam di satu baris kecil pada layar bagian bawah. Mereka adalah softkey Back, Home dan yang paling kami sukai, softkey untuk mengakses Multitask, seperti pada tablet Honeycomb. Satu baris kecil tersebut akan selalu tampil pada layar - bahkan ketika kamu masuk layar lockscreen, ketiga ikonnya hilang, namun bar hitam itu tetap terlihat. Dan yang menjadikannya unik, ketika kamu mengoperasikan Galaxy Nexus secara landscape, antar muka berganti, demikian juga ikonnyanya juga akan berputar menyesuaikan tampilan. Sebelumnya, HTC sempat menerapkan konsep tombol capacitive yang berubah orientasinya, melalui HTC Incredible S. Dan Google dan Samsung menyempurnakannya melalui Galaxy Nexus ini. Bagaimana pun, kami yakin lebih banyak yang suka tombol fisik, karena feedback-nya lebih baik. [/caption] Kemudian menyesuaikan dengan Honeycomb (dan juga softwarenya, sehingga developer tidak perlu pusing memikirkan versi software untuk dua platform), kamu juga tidak menemukan tombol atau ikon option pada lokasi yang biasanya kamu temui selama mengoperasikan Android Gingerbread, atau versi yang lebih lawas. Namun dalam Ice Cream Sandwich, kamu bisa dapati ikon option hanya pada beberapa aplikasi saja - dan posisinya nanti menggantukan tombol Home di tengah. Oh ya, softkey ini hanya berlaku di Galaxy Nexus saja ya. Untuk ROM Ice Cream Sandwich Droid dengan tombol fisik/capacitive, misalnya Galaxy S2, softkey tersebut tetap akan digantikan perannya oleh tombol-tombol fisik/capacitive yang sudah ada. Dan kami rasa tidak akan banyak yang menerapkan softkey semacam itu untuk smartphone, karena bidang pengoperasian yang terlalu kecil - dibandingkan tablet. Sehingga pengguna lebih suka ada setidaknya kombinasi tombol fisik dan tombol sentuh capacitive yang terlepas tidak menjadi satu pada layar. Ice Cream Sandwich juga datang built-in dengan fasilitas screenshot. Khusus untuk Galaxy Nexus, kamu bisa langsung mengambil screenshot apa yang terlihat pada layar, menggunakan kombinasi tombol lock/power dengan tombol volume bawah. Entah pada Droid lain yang sudah menggunakan Ice Cream Sandwich, apakah cara mengambil screenshot-nya sama. Sebelumnya proses mengambil screenshot pada Android memerlukan sedikit pengorbanan. Karena kebanyakan Droid tidak menyertakan opsi tersebut. Dan jika tidak ada opsi screenshoot build-in, kamu perlu meng-install software screenshot yang syaratnya adalan harus melakukan ROOT - alias membatalkan garansi. Satu ubahan "es krim" yang bakal terus terlihat adalah kolom Google Search yang kini ditempel di atas layar - bukan lagi sekadar widget. Area notification seperti yang kami jelaskan pada artikel sebelumnya juga mendapat overhaul. Selain yang telah kami jelaskan, seperti pada Honeycomb kini melalui area notification kamu bisa langsung mengakses menu Settings. Ini solusi karena tidak disediakan lagi tombol Option dari Home Screen, dan mengakses Setting dari sana. [/caption] Launcher-nya sendiri menyediakan hanya lima panel halaman saja. Sedikit jika dibandingkan tawaran kebanyakan launcher alternatif untuk Android. Namun dengan opsi modifikasi baru, dimana kamu bisa dengan mudah menyusun folder dan memperbesar/memperkecil widget, lima panel bisa berisi banyak jalan pintas dan widget. Toh terlalu banyak panel di Home Screen makan banyak RAM juga... Untuk memperbesar/kecilkan widget, tahan 1-2 detik, lalu lepaskan widget. Bakal muncul empat titik yang bisa kamu tarik di tiap sisinya. Tidak semua widget bisa dipermak (yang bisa ditandai dengan border khusus di tepinya), dan ada juga yang hanya bisa di-resize ke satu arah saja. Bukan hal baru sih, saya biasa gunakan Go Launcher dari dulu sudah bisa seperti itu, namun untuk stock launcher alias launcher bawaan Android, itu termasuk baru. [/caption] Sedangkan untuk membuat folder pun, triknya juga tipikal launcher yang sudah kita kenal saat ini. Geser saja satu shortcut di Home Screen ke arah shortcut lainnya, maka otomatis tercipta satu folder baru. Tinggal buka foldernya, maka bisa kamu beri nama foldernya. Seret lagi shortcut lainnya ke arah folder untuk menambah isinya. Untuk stock launcher, Android sebelumnya tidak ada trik seperti itu. Untuk stock launcher modifikasian vendor, seperti TouchWiz Launcher-nya Samsung, atau Sony Ericsson Home-nya jajaran Xperia, trik semacam itu sudah biasa. Apalagi launcher alternatif yang bertebaran di Android Market. Dan ini juga yang menarik. App drawer Ice Cream Sandwich seperti Honeycomb, dengan dua tab utama, App dan Widget, dan kamu tinggal sapukan jari ke samping untuk navigasi ke tab bersangkutan. Kemudian ditempat satu ikon Market di kanan-atas untuk akses cepat ke pasar aplikasi Android. Sayangnya, dan sepertinya kita bakal berharap pada launcher pihak ketiga, App dan Widget default-nya diorder secara alfabet, tidak ada opsi mengaturnya dengan urutan selain itu. Seperti biasanya, tahan aplikasi atau widget jika ingin membuat shortcut-nya ke Home Screen. Waktu menahan tersebut juga muncul opsi untuk uninstall serta melihat detail aplikasi tersebut, seperti ketika kita masuk ke menu Setting - Manage Application. [/caption] Selain jenis font baru, Roboto, kamu bisa merasakan sensasi animasi interface serta efek transisi selama menyapukan layar dari satu tampilan ke tampilan lainnya. Plus, kini sapuan jarimu bisa digunakan di hampir semua bagian layar, misalnya membuang item dari suatu daftar cukup dengan menyapukan jari secara horisontal ke kanan (misalnya ketika membuang salah satu item di area notification). Secara performance, Galaxy Nexus yang mengandalkan dua core Cortex-A9 berfrekuensi 1.2GHz yang ditanam di dalam SoC TI OMAP 4460 bersama GPU jadul dari era Galaxy S, yaitu PowerVR SGX540, sebenarnya tidak ada yang bisa dibanggakan di sana. TI OMAP sendiri dikenal lebih hemat daya (seperti digunakan LG pada Optimus Black, atau lebih sepadan lagi, yang dual core digunakan juga pada Motorola Droid RAZR XT910). Namun secanggih apa chipset-nya dan sebesar apa pun baterainya, Android tetap rakus daya baterai. Kombinasi chipset dalam Galaxy Nexus ini sendiri bisa dikatakan setara dengan Galaxy S2 dengan Exynos-nya (yang sebenarnya juga menggunakan dua core ARM Cortex-A9 dengan kecepatan sama). [/caption] Namun jika melihat hasil benchmark Android Honeycomb pada Samsung Galaxy Tab 8.9 yang kami post di sini, Ice Cream Sandwich yang memang secara software dioptimalkan engine JavaScript pada browser-nya pasti terasa ketika dilakukan pengujian javascript. Seperti ketika kemampuan browser-nya diuji menggunakan SunSpider, Galaxy Nexus mencetak angka di kisaran 1,900-an, bahkan melebihi iPhone 4S yang menurut hasil di sinimeraih angka sekitar 2200 - dalam hal hasil benchmark SunSpider, makin rendah makin bagus. Dan karena engine javascript-nya dibenahi, mengakses web berbasis HTML5 pun juga lebih cepat. Hanya saja untuk pengujian grafis, Galaxy Nexus yang menggunakan GPU PowerVR SGX540 GPU, dan juga harus bekerja pada layar dengan resolusi HD 720p, sepertinya agak kehabisan nafas. Hasil benchmark Nenamark hanya berkisar di 24 fps saja, dibandingkan Galaxy S2 yang bisa mencapai 46 fps, atau Droid RAZR yang mencapai 28 fps. Dari hasil benchmark tersebut, secara teknis memang Galaxy Nexus tidak ada yang spesial. Apalagi dibandingkan Droid lain yang setara seperti Samsung Galaxy S2, HTC Sensation XE, Motorola Droid RAZR XT910, atau Samsung Galaxy Note. Galaxy Nexus menarik hanya karena Ice Cream Sandwich, yang memang begitu menyenangkan dioperasikan, dan membuat pengguna awam lebih mudah dalam mengenal versi Android paling advance ini. Selain itu, Droid Google ini jelas menjadi pelopor Droid-Droid lainnya yang juga bakal mengikuti jejak resolusi layar HD - meskipun saat ini pasti belum banyak developer yang memaksimalkannya. Kamu bisa membuka ulasan kami sebelumnya, melalui artikel preview ini, dan akan lebih jauh lagi pada bagian kedua preview Galaxy Nexus selanjutnya (akan kami post ketika Galaxy Nexus dirilis resmi di Indonesia) untuk detail lebih dalam Ice Cream Sandwich yang ditawarkan Galaxy Nexus . [/caption] Dan jika mengejar Ice Cream Sandwich saja, kamu bisa mendapatkannya secara resmi melalui Samsung Galaxy Nexus S yang sempat dibanting harganya menjadi 3 juta beberapa waktu lalu. Atau, bisa mencoba banyak custom ROM berbasis Ice Cream Sandwich. Sedangkan update Ice Cream Sandwich resmi untuk Droid-Droid lainnya, yang jadwalnya pernah kami berikan di sini, sepertinya masih harus menunggu dulu. Galaxy S2 misalnya, yang menurut jadwal memperoleh update akhir Desember 2011 lalu, sampai saat ini Ice Cream Sandwich-nya masih versi beta. dan diprediksi bakal muncul akhir Januari 2012 ini. Dan kembali ke awal, apakah Galaxy Nexus ini worthed dibeli dengan harga 6 jutaan? Saya pribadi, tidak! Yang jelas Ice Cream Sandwich bisa diicipi melalui Droid lainnya yang lebih masuk akal harganya. Lapisan layar oleophobic dan model contour itu sendiri hanya sekadar gimmick marketing. Bukan rahasia lagi, karena ternyata bagian dalam layarnya sendiri tidak benar-benar melengkung. Sedangkan resolusi layar yang tinggi, tidak akan kamu bisa nikmati maksimal di layar 4.65 inchi. Toh Galaxy S2 dengan resolusi 800 x 480 pixel saja, tidak terlihat detail pixel-nya meskipun diamati dari dekat. [/caption] Meskipun dengan harga promo Rp. 5.999.000, jauh lebih bijak jika menilik pada HTC Sensation XE dengan fitur Beats Audio yang memanjakan telinga, atau Motorola Droid RAZR XT910 yang modelnya keluar dari pakem tipikal Droid - begitu tipis dan elegan. Namun jika kamu tidak mau ambil pusing dengan ketersediaan aksesoris, Galaxy S2 yang harganya mulai terkoreksi, bisa menjadi alternatif terbaik. Toh tidak lama lagi juga bisa menikmati Ice Cream Sandwich. [/caption] Galaxy Nexus: Make Yourself at HomeGalaxy Nexus: Calling All