Inilah Perbedaan Adaptasi King Arthur Versi Guy Ritchie dengan Cerita Aslinya
Meskipun ini film tentang King Arthur, ternyata cukup banyak perbedaan adaptasi King Arthur versi Guy Ritchie ini dengan cerita aslinya, lho. Ini pembahasannya!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Adaptasi film layar lebar dari kisah King Arthur biasanya memang banyak perubahan, tapi versi Guy Ritchie ini mengubahnya lebih jauh lagi.
Perbedaan adaptasi King Arthur ke layar lebar bukanlah suatu hal yang baru, tapi ternyata versi Guy Ritchie membawa cerita Arthur ke arah berbeda. Ketika kamu menonton film ini, ada baiknya kamu buang semua pengetahuan yang sebelumnya pernah kamu miliki terhatap legenda dan mitologi tentang Raja Arthur dan kesatria meja bundar yang ia kepalai.
[duniaku_baca_juga]
SPOILER ALERT!!!
Seperti sudah terlihat dari peringatan di atas, perbedaan adaptasi King Arthur yang akan dijelaskan di bawah ini mengandung banyak spoiler.
King Arthur: Legend of the Sword adalah sebuah film garapan sutradara Guy Ritchie yang sebelumnya juga pernah menggarap Sherlock Holmes pada tahun 2009 dan Sherlock Holmes: A Game of Shadows di 2011. Tidak puas hanya dengan kisah detektif tersebut, kini Guy Ritchie mengambil sebuah legenda lama Inggris tentang seorang raja dan pedang ajaibnya. Meski begitu, ternyata ada beberapa hal yang diubah oleh sutradara ini.
[page_break no="1" title="Camelot"]
Ketika film dimulai, mereka yang mengetahui kisah raja Arthur pasti tahu bahwa Arthur-lah pendiri Camelot. Tapi dalam film ini, Camelot sudah ada sebelum Arthur lahir. Bahkan raja yang memerintah di kerajaan ini adalah Uther Pendragon, ayah kandung dari Arthur.
[page_break no="2" title="Mordred"]
Pada bagian awal film ketika Camelot diserang secara membabi buta oleh para penyihir, diketahui bahwa yang memimpin pasukan penyihir adalah Mordred. Mordred dikalahkan oleh Uther dengan menggunakan Excalibur.
Hal ini dinilai aneh bagi para pecinta legenda Arthurian, karena harusnya Mordred lebih dikenal sebagai anak dari raja Arthur. Dalam legenda aslinya, Mordred melakukan pengkhianatan yang membawa pada perang di Camiann. Pada akhirnya, Arthur bisa membunuh Mordred. Tapi Mordred sendiri mampu menorehkan luka fatal ke Arthur.
[page_break no="3" title="Silsilah keluarga Arthur"]
Dalam film King Arthur: Legend of the Sword ini, Arthur memiliki silsilah keluarga yang cukup sederhana dibandingkan cerita aslinya. Ayahnya bernama Uther Pendragon, dan ibunya Elsa. Kedua orang tuanya dibunuh dan ia dibesarkan oleh sekelompok tunasusila. Tidak ada Morgana, dan dia juga tidak memiliki anak.
[page_break no="4" title="Batu penyimpan Excalibur"]
Perbedaan adaptasi King Arthur yang lainnya adalah bagaimana pedang Excalibur tertancap di batu. Versi Guy Ritchie memberikan sedikit pelintiran kepada legenda tua ini, dimana batu yang menyimpan Excalibur adalah tubuh Uther Pendragon yang sadar bahwa ia akan kalah. "Daripada memberikan pedangnya kepada pihak yang salah, lebih baik ia menyimpannya hingga Arthur mengambilnya," pikirnya.
[duniaku_adsense]
[page_break no="5" title="Kesatria Meja Bundar"]
Jika kita berbicara tentang legenda Arthur, hal yang tidak boleh lepas adalah para kesatria meja bundar. Meskipun berbeda, versi Guy Ritchie juga tidak melupakan hal ini. Meski mereka memang menampakkan diri, jangan harap bahwa mereka akan menunjukkan sikap kesatria mereka. Satu-satunya yang mendekati gaya seorang ksatria adalah Sir Bedivere yang memang sebelumnya adalah kesatria di bawah Uther.
[read_more link="http://www.duniaku.net/2016/07/25/trailer-king-arthur-legend-of-the-sword/?utm_source=duniaku_ftr&utm_medium=baca_juga" title="Trailer King Arthur – Legend of the Sword: Legenda Excalibur Gaya Guy Ritchie!"]
Nah, itu tadi lima perbedaan adaptasi King Arthur yang digarap oleh sutradara Guy Ritchie. Pada dasarnya, film ini bukanlah film adaptasi yang baik. Meski begitu, tujuan awal Guy Ritchie mungkin memang untuk membawa kisah legendaris ini ke khalayak baru.
Bagaimana pendapatmu soal film ini? Sampaikan di kolom komentar!
Sumber: Screenrant, diedit oleh Fachrul Razi