Apa inspirasi dari lagu “Raison d’être” dan kenapa menggunakan banyak bahasa di dalamnya?
Krista: Inspirasi musik sebenarnya gue pengen eksperimen musik elektronik, tapi gue juga pengen masukin unsur klasik. Jadi gue menerapkan elemen orkestra ke dalam komposisi synthesizer.
Dea: Untuk lirik, selain dari kewibuan yang terjadi di antara kita, dari dulu memang ingin banget nulis lirik berbahasa Jepang. Dibantu juga sama teman aku Dega Putra sama Sidney Halim, mereka memang pernah kuliah di Jepang. Dari vibe musiknya mengingatkanku pada Japanese city pop gitu, jadi memang cocok.
Soal bahasa lagu yang beragam itu sebenarnya menarik karena dari bahasa yang berbeda, bisa menggambarkan makna bahwa dengan perbedaan kita bisa menjadi kesatuan. Ini juga menyinggung makna lagunya itu sendiri karena kami juga mencoba mem-project itu dari lirik dan nuansa, jadi biar semuanya kawin, menyatu.
Krista: Beneran kawin, kak. Beneran deh.
Dea: Beneran, kan? Jadi kalau didengerin tuh benar-benar meresap. Ibaratnya kalau misalkan masak, udah gurih banget. Maknyuss. Inspirasinya macam-macam, Krista sama aku beda, tapi banyak similarities sehingga terlahirlah lagu ini.
Seperti apa feel dan mood yang dibangun dalam mengerjakan lagu “Raison d’être”?
Krista: Jadi waktu itu mood-nya gue itu lonely sih. Dan dari kesepian itu gue membutuhkan rangkulan seorang teman, which is kak Dea, dan dari lagu itu gue pengen mencari reason dari keberadaan gue. Bua tapa gue hadir di sini?
Dea: Itu juga kesamaan Krista dengan aku, selalu memikirkan hal-hal semacam itu. Makanya dari situlah kenapa judulnya “Raison d’être”. Sebenarnya “Raison d’être” bisa disangkutin dengan ketika kita melakukan segala sesuatunya itu pasti selalu ada alasan. Eksistensi kita, terus pertemuan kita, itu bukan kebetulan.
Kita saling bertemu dari berbagai belahan dunia tapi kita punya kesamaan, connect with each other. Kayak ada satu keinginan untuk selalu connect ke dunia di sekitar kita atau orang yang kita sayang. Rasa itu yang sebenarnya dibawa di lagu dan liriknya. I feel you, I feel what you feel. Sebenarnya sesimpel itu yang kita butuhkan, that kind of connection yang bisa menenangkan kita kalau everything’s gonna be okay.
Untuk track “Collision Stars”, apakah ada pengaruh genre synthwave di dalamnya?
Krista: Oh ya, kali ini gue pengen lebih explore. Kebetulan gue dengar lagu teman gue yang genre-nya synthwave. Terus gue nyobain juga dan jadilah “Collision Stars”. FYI, sebenarnya “Collision Stars” itu lagu paling pertama gue.