Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Judul artikel: “Mahasiswa UI yang Tewas Ini Senang Kartu Yu-Gi-Oh”. Tunggu dulu! Apa hubungannya orang bunuh diri dan Yu-Gi-Oh?
Akhir-akhir ini sedang ramai berita tentang tewasnya seorang mahasiswa UI bernama Akseyna Ahad Dori. Kematiannya begitu ramai dibicarakan karena menyimpan begitu banyak misteri. Kebanyakan media memberitakan mahasiswa UI ini tewas bunuh diri dalam danau. Yah, meskipun kematiannya penuh misteri, tetapi bukan hal tersebut yang ingin saya bahas disini, tetapi sebuah judul bombastis yang membuat saya bertanya-tanya: apa hubungannya bunuh diri dan Yu-Gi-Oh?
Tempo, salah satu media besar di Indonesia, membuat sebuah judul headline: Mahasiswa UI yang Tewas Ini Senang Kartu Yu-Gi-Oh. Berita itu sendiri berisikan tentang masa lalu si mahasiswa yang suka sekali bermain Yu-Gi-Oh semasa SMA. Nah, yang membuat saya gagal paham adalah, apa hubungannya bunuh diri dan Yu-Gi-Oh?
FYI, Yu-Gi-Oh adalah sebuah permainan kartu startegi dari manga Jepang dimana kita mengalahkan musuh menggunakan kartu-kartu dengan kombinasi monster, spell dan trap. Dalam Yu-Gi-Oh! sendiri memang ada yang namanya mengorbankan monster untuk mengeluarkan monster berlevel lebih besar, tetapi saya pikir ini nggak ada hubungannya sama sekali dengan kasus kematian sang mahasiswa UI.
Jadi, biarkan saya bertanya sekali lagi, apa hubungannya bunuh diri dan Yu-Gi-Oh? Jelas tidak ada 'kan?
Sama bingungnya dengan saya, beberapa netizen pun bingung:
Saya gagal paham dengan judul ‘Mahasiswa UI Yang Tewas Ini Senang Kartu Yu-Gi-Oh’, dan se-absurd judul tersebut, isi artikelnya pun tidak memberikan suatu informasi penting pun berguna terkait kematian mahasiswa –yang ada malah seperti kehidupan mahasiswa sebelum meninggal di-eksploitasi habis-habisan.
Hal serupa juga terjadi dalam beberapa artikel lain, coba saja tengok di Google, kamu bakalan menemukan banyak judul-judul absurd-ala-eksploitasi-kehidupan seperti ‘Di Meja Mahasiswa UI Yang Tewas Ada Komik Omen’, ‘Mengapa Polisi Yakin Mahasiswa UI yang Tewas Punya Motor’, ‘Mahasiswa UI yang Tewas Punya Ayah Kolonel, Ibu Dosen’, 'Mahasiswa UI yang Tewas Itu Aktivis Masjid' dan lain-lain.
Entahlah, mungkin setelah ini muncul judul absurd lain seperti: 'Mahasiswa UI yang Tewas Selalu Tidur Jam 9 Malam di Atas Kasur' 'Mahasiswa UI yang Tewas Suka Makan Ikan Teri plus Sambel Lalapan' atau 'Mahasiswa UI yang Tewas Punya 8 Mantan, Pacaran Semenjak SMP'...
.... Judul yang terakhir mungkin memiliki informasi penting, berguna dan terkait dengan kematian sang mahasiswa, tapi intinya...
Leave this guy alone! F*ck off!!
Orang ini sudah meninggal, biarkan dia beristirahat, jangan terus-terusan di-eksploitasi!
Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, artikel-artikel tentang mahasiswa UI yang tewas ini seharusnya (dan sebaiknya) memberikan informasi yang berguna seperti misalnya: alasan-alasan kenapa dia meninggal. Bukannya malah di-eksploitasi habis-habisan. Kalau alasan dan penyebab kematiannya sudah teridentifikasi, bukankah pembaca bisa melakukan tindakan preventif sehingga hal serupa tidak terjadi kepada orang-orang terdekat mereka?
Menurut saya, membuat judul artikel yang menarik memang penting supaya menarik minat pembaca. ClickBait. Tapi, ingatlah judul artikel itu sendiri jangan terlalu nyeleneh dan harus nyambung dengan isi dari artikel –dan isi artikel itu haruslah memiliki suatu tujuan: memberikan informasi yang penting dan berguna. Nah, kalau sudah judul absurd dan okelah... menarik untuk dibaca, tapi isinya nggak nyambung –alih-alih berguna– ya siapa yang nggak dongkol?