Siapa bilang bermain game selalu menimbulkan kekerasan dan efek negatif lainnya? Para prajurit ini berhenti berperang untuk bermain Pokemon, lho!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Pokemon GO bisa dibilang merupakan salah satu game mobile paling unik saat ini. Memanfaatkan sistem GPS (global positioning system) dan kamera, game ini seakan-akan membuat Pokemon bisa muncul di sekitar kehidupan sehari-hari kita. Namun karena fungsionalitas tersebut, permainan berbasis augmented reality ini sempat mendapat kecaman di beberapa negara perihal masalah keamanan nasional. Tidak cuma di Indonesia saja, namun Rusia, Bosnia, Portugis, Turki, bahkan Pasukan Pertahanan Israel melarang para prajurit untuk bermain Pokemon GO. Dan belakangan ini, Iran berhasil mem-ban secara penuh Pokemon GO dari negaranya. Tapi toh, ternyata kenyataannya di medan pertempuran berbeda dari isu keamanan yang ditakuti oleh para pemimpin negara. Di garis depan beberapa medan perang, para prajurit justru dengan suka hati berhenti membidik pasukan lawan dengan senapan laras panjang dan alih-alih membidik monster virtual dengan kamera ponselnya. Hanya dua hari setelah peluncuran resmi game mobile tersebut pada 8 Juli lalu, postingan Facebook seorang prajurit sukarelawan asal Amerika Serikat, Louis Park, sempat viral karena menunjukkan fotonya bermain Pokemon GO saat sedang berjaga dari serangan ISIS di Irak. Sumber: The Verge "Baru saja menangkap Pokemon pertamaku di garis depan Mosul dekat Teleskuf. Daesh, tantanglah saya dengan pertandingan Pokemon. Mortar itu buat pengecut," tulisnya di Facebook, ditemani sebuah foto yang menunjukkan seekor Squirtle berdiri di depan sebuah senapan mesin. Daesh merupakan istilah hinaan yang dipakai untuk menyebut ISIS. Berasal dari akronim bahasa Arab "al-Dawla al-Islamiya al-Iraq al-Sham" (Negara Islam Irak dan Syam), namun istilah tersebut dianggap sebagai hinaan karena mirip dengan kata-kata Arab "Daes", yang berarti "orang yang meremukkan sesuatu dengan kaki" dan "Dahes", yang diterjemahkan sebagai "orang yang menabur perselisihan". Park, yang merupakan penggemar Pokemon sejak anak-anak, mengaku kalau sempat bermain Pokemon GO saat dia berada di Amerika dan melihat teman-temannya memainkan game mobile Pokemon pertama tersebut. Kombinasi sinyal yang jelek dan kurangnya waktu luang membuatnya jarang bermain Pokemon GO saat berada di Irak, namun dia mengatakan aplikasinya bekerja dengan baik di Timur Tengah. Sama seperti di kota-kota besar macam Jakarta, Surabaya, dan Bandung, Park mengatakan kalau kondisi di kota Dohuk, Irak Utara, dipenuhi juga dengan Gym dan PokeStop. Kontras dengan kondisi di garis depan, dimana dia hanya bisa menemukan Pokemon "starter" seperti Squirtle, Charmander, dan Bulbasaur. "Semua orang di seluruh dunia tahu [soal Pokemon]," tambahnya. Menurutnya, Pokemon GO merupakan game yang "familiar" dan menarik karena bisa mengajak orang untuk pergi keluar rumah. Namun dia menganggap game mobile yang memiliki lebih dari 100 juta pengguna sejak awal bulan Agustus ini masih memiliki banyak ruang untuk perbaikan, seperti, cerita dan dinamika permainan yang lebih dalam serta event semacam "Pokemon raksasa yang bisa dilawan bersama-sama." Sementara di belahan dunia lain, sekitar empat hari yang lalu, sekelompok prajurit Ukrania tertangkap kamera sedang tertawa dan bermain Pokemon GO di dekat medan perang. Mereka sedang beristirahat dari pertempuran yang terjadi di dekat kota Dokuchaevsk, propinsi Donetsk Oblast, sebelah timur Ukraina. Daerah tersebut dikuasai oleh militan pro-Rusia dalam konflik yang terjadi dengan Pemerintah Ukraina sejak Rusia mencaplok Crimea 2014 silam. Pria bernama Nikolay Nagornyi dalam video mengatakan kalau "Pokemon unik dan langka telah ditemukan di area [Dokucaevsk]," dan diikuti prajurit lain yang menyerukan, "semua orang melihat ada Pikachu di sini." Para prajurit Ukraina itu pun mengajak orang-orang untuk datang dan ikut berburu Pokemon langka bersama-sama. Mereka juga berjanji akan memberikan pemburu Pokemon yang datang dengan berbagai perlengkapan, termasuk "pendeteksi ranjau murahan dan sarung tangan pelindung." Seorang prajurit pun menambahkan, "Beberapa Pokemon bisa menggigit, tahu..." Rekaman video yang viral di media sosial dan beragam forum lokal itu pun sempat ikut dibagikan oleh anggota parlemen Ukraina Igor Lapin melalui media sosial. Jadi siapa yang bilang video game hanya akan menumbuhkan sifat kekerasan pada orang-orang? Mirip seperti pertandingan sepak bola di Malam Natal Perang Dunia Dua saja, harusnya kita bisa memisahkan kenyataan dengan permainan!