Padahal film ini juga dibintangi oleh Sir Patrick Stewart loh. Kenapa ya kira-kira bisa jadi film animasi terburuk di tahun 2017?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Setelah menunggu lama, akhirnya penulis bisa menonton dan membuat review Emoji Movie. Hasilnya...?
[duniaku_baca_juga]
Emoji Movie adalah sebuah film animasi yang ditelurkan oleh sutradara Tony Leondis. Film ini dibintangi banyak orang terkenal, sebut saja: T.J. Miller sebagai Gene si emoji "meh," James Corden sebagai Hi-5, dan bahkan Patrick Stewart si Professor X sebagai emoji kotoran. Dengan banyaknya bintang yang ikut dalam film ini, harusnya review
Emoji Movie yang muncul akan baik juga, kan? Tapi sayangnya, tidak.
Sinopsis
[youtube_embed id="r8pJt4dK_s4"] Tersembunyi di dalam sebuah ponsel pintar adalah kota Textopolis, rumah untuk para emoji. Semua emoji hanya memiliki satu ekspresi, kecuali Gene, emoji bersemangat yang memiliki banyak ekspresi di dalam dirinya. Setelah kegagalan fatal, Gene bersama temannya, Hi-5 dan seorang peretas bernama Jailbreak berangkat dalam sebuah petualangan mengelilingi aplikasi-aplikasi di ponsel pemiliknya, Alex.
Product Placement yang Berlebihan?
Penulis bukan orang yang terlalu bermasalah dengan adanya
product placement dalam sebuah film. Pembuatan film itu tidak murah, jadi terkadang mereka butuh suntikan dana dari luar, dan
product placement adalah salah satu caranya. Yang jadi masalah adalah ketika sebuah film sepenuhnya menjadi iklan untuk aplikasi-aplikasi terkemuka. Perbandingannya mungkin adalah dengan
Wreck-it-Ralph yang menampilkan banyak banyak karakter dari game-game lawas, tapi film tersebut mampu menyamarkannya sebagai sebuah
fan service dari mereka yang mengenal karakter-karakter itu. Tapi
Emoji Movie bahkan tidak berusaha untuk menyembunyikan hal tersebut. Dalam film ini, tujuan para emoji adalah untuk pergi ke Dropbox melalui berbagai aplikasi. Beberapa aplikasi yang muncul (dan disebut namanya secara jelas) adalah
Candy Crush,
YouTube, dan
Facebook. [duniaku_adsense]
Candaan yang... Ugh...
Ya, karena ada
poop emoji, tentu saja mereka juga harus memasukkan candaan yang ada hubungannya dengan kotoran, kan? Ini dia salah satu contohnya:
"Kamu terlalu lembut, poop." "Aku harap tidak terlalu lembut. Ha ha!"
Paham, kan? Kalau kalian paham dan lelah dengan candaan seperti itu, waktunya kalian bergembira. Seluruh candaan yang ada di film ini berisi candaan yang bisa kalian pikirkan saat melihat karakter emoji. Ini, penulis akan beri contoh lain saat Gene bertemu 3 emoji monyet:
"Hey Guys, what are you up to?" "Nothing much, business as usual. Monkey business."
[read_more link="https://www.duniaku.net/2017/08/05/review-valerian-city-thousand-planets/" title="Review Valerian and the City of Thousand Planets: Petualangan Galaksi ala Star Wars Tanpa Jedi"]
Review Emoji Movie tidak berakhir di sini. Di halaman berikutnya, kita akan bahas masalah utama yang ada pada cerita di film ini.
Cerita dan Karakterisasi yang Tidak Masuk Akal
[duniaku_baca_juga] Kenapa
Wreck-it-Ralph berhasil dan
Emoji Movie tidak? Simpel. Karena Emoji. Dalam
Wreck-it-Ralph, kita bisa bersimpati dengan Ralph si karakter utama karena dia adalah karakter dari sebuah game. Hal ini bisa kita kaitkan dengan game-game yang ada di dunia nyata, dimana terkadang musuh yang dihadapi bukanlah karakter 1 dimensi yang jahat karena... mereka jahat. Sementara itu, dalam
Emoji Movie, kita memiliki kumpulan emoji yang entah bagaimana, para eksekutif dari Sony Animation pikir bisa memiliki emosi mereka sendiri. TAPI, setiap emoji hanya boleh memiliki 1 ekspresi saja loh ya.
Kadang, dalam sebuah game kita tidak hanya turut berkembang bersama jagoan yang kita mainkan, tapi juga melihat dari sudut pandang sang penjahat. Dan kadang, tujuan dari penjahat itu sama sekali tidak jahat, tapi justru situasi yang membuat mereka jahat. Dalam
Wreck-it-Ralph, Ralph berusaha untuk menghancurkan stigma bahwa orang jahat sama sekali tidak bisa menjadi baik. Dalam
Emoji Movie, Gene berusaha untuk menjadi... emoji meh? Itu motivasi apa? [duniaku_adsense]
Siapa Target Pasarnya?
Dari trailer-trailer dan nuansa film yang ditampilkan, sekilas nampaknya
Emoji Movie ditujukan untuk penonton generasi milenial. Tapi nyatanya, begitu penonton masuk ke dalam bioskop, yang disuguhkan malah berlawanan. Beberapa menit awal, dan mereka disajikan sebuah sindiran keras terhadap milenial yang memiliki
attention span sangat pendek. Apakah target pasarnya orang dewasa? Penulis agak tidak yakin dengan hal tersebut. Berapa banyak orang dewasa yang menggunakan emoji sebagai ganti teks? Kebanyakan pengguna emoji adalah generasi milenial, dan generasi tersebut juga yang diolok-olok serta disindir secara kasar oleh
Emoji Movie.
Review Emoji Movie, Final Verdict-nya
Ada banyak hal yang ingin penulis katakan tentang
Emoji Movie, kalau film ini bahkan bisa disebut sebagai sebuah film. Candaan dengan
punch line yang amat tertebak, sindiran menyengat pada target pasarnya sendiri, karakterisasi yang penuh tanda tanya juga tidak lupa menjadi sorotan cukup besar. Bukan hanya gagal sebagai sebuah film komedi,
Emoji Movie tampak lebih seperti iklan yang dikemas untuk tayang di bioskop sebagai sebuah film. Hal terbaik di film ini adalah visualnya, dan itu juga... bukan sesuatu yang wah.. Gunakan uang kalian untuk menonton sesuatu yang lain. Atau untuk melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat, malah.
Diedit oleh Fachrul Razi