Waduh, filmnya belum tayang tapi sudah mendapat kritik tajam dari sutradara animenya. #film #anime
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Sutradara adaptasi anime dari Fullmetal Alchemist memberikan kritik tajam adaptasi live action dari manga ini.
[duniaku_baca_juga] Banyak sekali serial
anime dan
manga yang diadaptasi menjadi sebuah
live action alias film yang dimainkan oleh aktor dan aktris professional. Contohnya seperti
Shingeki no Kyojin, Gintama, Tokyo Ghoul, Boku dake ga Inai Machi, dan yang paling baru dirilis akhir-akhir ini adalah
Fullmetal Alchemist.
Live action yang diadaptasi dari
manga buatan Hiromu Arakawa ini akan dirilis secara umum pada 1 Desember 2017 di Jepang dan akan diputar untuk pertama kalinya pada gelaran
Tokyo International Film Festival ke-30 pada 25 November – 3 Desember 2017. [read_more id="330183"] Meski filmnya belum diputar tetapi film ini sudah mendapat kritik yang tajam dan kritik tersebut datangnya dari sutradara adaptasi dari
anime ini bernama Seiji Mizushima. Mizushima melontarkan hal tersebut dalam acara
Nikufes atau
Meat Festival di Tokyo pada tanggal 16 September 2017.
Mizushima berkata, “memakai hanya artis Jepang untuk membuat
live action adalah ide yang sangat buruk”. Mizushima melontarkan pernyataan tersebut ketika berada di panel diskusi membahas trend adaptasi
live-action dari
manga dan
anime yang sedang marak akhir-akhir ini bersama produser
anime Hiroshi Kanemaru
(Popin Q) dan Tomoki Misawa (
Urawa no Usagi-chan)
. Ketika ditanya tentang adaptasi
live action dari
Fullmetal Alchemist, Mizushima mengkritik habis-habisan tentang pemilihan pemain dan berkata “Jika kamu bertanya kepada saya apakah mereka bisa memainkan perannya dengan baik saya akan jawab tidak mereka tidak bisa.” Ia menambahkan “Sangat sulit bagi aktor untuk menyesuaikan diri dengan apa yang ada di
manga aslinya.”
Mizushima juga menghujat habis-habisan adaptasi
live action yang sudah dibuat seperti
Gintama. “
Live action Gintama terlihat bodoh”. Dia juga menyampaikan kritik terhadap
live action dari
Terraformars, “
Terraformars merupakan
manga yang luar biasa tetapi
live action-nya sangat jelek”. Para pembicara di hasil diskusi tersebut sepakat bahwa 2D jauh lebih bebas dari
live action dan para creator bisa lebih bebas dalam berkarya melalui medium 2D. Meski begitu, para pembicara di panel diskusi tersebut setuju jika adaptasi
live action membawa karya mereka masuk ke dalam pasar yang lebih luas lagi ketimbang hanya tertahan di pecinta
anime dan
manga. Mizushima juga akan menonton filmnya ketika sudah dirilis nantinya.
Wajar saja jika Mizushima berkata begitu karena beberapa adaptasi
live-action memang terlihat mengecewakan dan terkadang bisa jauh dari cerita aslinya. Kejadian ini pernah terjadi dalam adaptasi
live action dari
Shingeki no Kyojin yang dihujat habis-habisan karena menggunakan pameran asli Jepang padahal latar dan nama karakternya berasal dari non Jepang serta efek CGI dari film ini yang terlihat berantakan dan berlebihan.
Diedit oleh Fachrul Razi