TUTUP

Review Beyond Skyline: Aksi Iko Uwais Melawan Alien dengan Silat!

Suatu ketika jika alien menginvasi Bumi, Indonesia tak perlu takut karena punya Iko Uwais dan Mad Dog yang jago silat. Beyond Skyline membuktikannya. Ini beneran, memang pakai silat!

Jika melawan alien dengan senjata super canggih pun tak cukup, coba lawan dengan silat. FIlm ini membuktikannya. Simak alasannya dalam review Beyond Skyline berikut ini!

Beyond Skyline adalah bukti seorang filmmaker yang kreatif dalam mengolah tema. Alien tentunya sudah banyak menjadi diangkat film-film dunia. Kita mengenal franchise Alien di mana manusia melawan makhluk luar angkasa dengan senjata api. [duniaku_baca_juga] Ada juga Battleship (2012) di mana manusia menggunakan kapal perang; atau juga Arrival (2016) di mana konflik manusia versus alien diambil dari sudut pandang linguistik; dan masih ada ratusan judul lainnya yang membawa olahan berbeda. Tapi melawan alien berteknologi super canggih dengan pencak silat adalah ide gila dari produser Matthew Chausse, Strause bersaudara (yang juga sutradara prekuel film ini, Skyline (2010)), dan Liam O’Donnell yang juga menjadi sutradara serta penulis naskah. Sebelum masuk review Beyond Skyline, coba baca sinopsisnya ini terlebih dahulu.

Sinopsis

Suatu hari di Los Angeles, Amerika Serikat, rumitnya kehidupan ayah-anak Mark (Frank Grillo) dan Trent (Jonny Weston) terganggu sebab kapal terbang raksasa alien turun di atas kota. Alien tersebut memancarkan cahaya biru yang dapat menghipnotis manusia dengan hanya menatapnya. Syukurnya, Mark dan Trent sedang naik kereta api bawah tanah. Bersama masinis Audrey (Bojana Novakovic) dan pengemis tuna netra, Sarge (Antonio Fargas), mereka berusaha kabur dari kota untuk menyelamatkan diri. Apesnya, mereka terperangkap dalam kapal terbang alien tadi dan mendarat di Vietnam. Di sanalah mereka lanjut melawan alien bersama Sua (Iko Uwais) yang ternyata seorang pemimpin pemberontak. Ya, kamu-kamu yang sudah lama mengikuti preview Beyond Skyline pasti mengetahui nilai jual utama film ini untuk pasar Indonesia. Iko Uwais dan Yayan "Mad Dog" Ruhian turut tampil di sini, siap beraksi dengan ilmu silat masing-masing.

Beyond Skyline adalah film 'bodoh' tetapi berhasil menghibur. Bagaimana bisa? Kalau kamu ingin tahu jawabannya, serta bagaimana gambaran sipak terjang Iko Uwais dan Mad Dog, simak kelanjutan review Beyond Skyline di halaman selanjutnya.

Alien vs. Silat

Sumber: Dread Central[/caption] Beyond Skyline adalah tipe-tipe film ‘bodoh’ yang bisa kamu tonton demi asiknya menikmati efek CGI dan aksi bertensi tinggi. ‘Bodoh’ karena film ini diisi oleh plot yang sedemikian tak masuk akal sehingga bisa bikin geleng-geleng kepala. Salah satunya adalah konsep alien versus silat yang ironisnya menjadi poin penting untuk menjual film ini. Barangkali para produser lelah dengan tema alien yang sudah dieksploitasi habis-habisan atau barangkali memang beginilah cara mereka memancing perhatian penonton. Jika kamu masih ingat film Skyline (2010), Beyond Skyline ini berpredikat sebagai sekuelnya. Kamu tidak perlu menonton Skyline karena selain beberapa plot yang berhubungan telah dijelaskan di Beyond Skyline, ia juga, sorry to say, hancur. Namun rendahnya nilai oleh kritikus berbanding terbalik dengan kesuksesan box office-nya. Skyline berhasil meraup $79 juta (Rp1 triliun) dengan modal $10-20 juta saja. Jadi pilihan untuk membuat sekuel, Beyond Skyline walaupun film orisinalnya jelek cukup masuk akal jika dilihat dari sudut pandang ekonomi. Tapi setidaknya, Beyond Skyline jauh lebih baik daripada Skyline yang ceritanya lebih kacau dengan efek CGI yang buruk. Secara teknis, hasil arahan sutradara Liam O’Donnel lebih rapi. Separuh pertama film dihabiskan untuk  menceritakan kisah Mark dan grupnya bertahan hidup melawan invasi alien. Kita diajak untuk menyaksikan tontonan penuh ketegangan ketika mereka harus kabur dari terowongan hingga terperangkap di dalam kapal terbang alien. Menonton Beyond Skyline ini seperti menonton Transformers (robot-robot alien), Cloverfield (kucing-kucingan dengan alien), dan Independence Day (alien yang memanen manusia) bercampur dalam satu film. Lalu dalam paruh terakhir, sedikit bumbu The Raid ditambahkan. [read_more id="341011"] Paruh terakhir Beyond Skyline secara cerita dan rasa berbeda jauh dari paruh pertamanya. Setelah Mark dan grupnya turun dari kapal terbang alien yang mendarat di Vietnam, mereka bertemu Sua (Iko Uwais), pemimpin pemberontak dan saudarinya, Kanya (Pamelyn Chee). Sumber: IMDb[/caption] Dari sinilah film ini memutuskan untuk menjadi ‘bodoh’. Beyond Skyline adalah film Hollywood (Barat) yang diwakili oleh para filmmaker dan aktor Frank Grillo, syuting di Candi Prambanan, memakai aktor Indonesia dan Singapura yang berbahasa Vietnam, lalu melawan alien berteknologi canggih dengan silat. What the hell is this? Sayangnya, bambu runcing yang disembunyikan di dalam Candi Prambanan tidak dipergunakan. Banyak sekali lubang-lubang logika dalam paruh terakhir ini, seperti mengapa aliennya jadi bodoh setelah sebelumnya melenyapkan kota Los Angeles hanya dalam waktu beberapa jam saja atau Yayan "Mad Dog" Ruhiyan yang sekadar menjadi tempelan hanya untuk menunjukkan kemampuan silat yang sedihnya cuma ditampilkan sebentar. [read_more id="295915"] Praktis, hanya adegan silat oleh duo aktor The Raid ini saja yang bisa dinikmati. Terlepas dari entah bagaimana silat bisa mengalahkan alien setelah bom nuklir Amerika bahkan tak mampu, konsep yang dijual film ini terbukti menghibur. Kesimpulan review Beyond Skyline: diisi oleh plot yang kacau, Beyond Skyline adalah film aksi tentang alien yang bisa ditonton tanpa perlu banyak berpikir (bahkan sebaiknya jangan). Frank Grillo, Iko Uwais, dan Yayan Ruhiyan bukan hanya menyelamatkan bumi dari serbuan alien, tapi juga menyelamatkan film ini dari kehancuran. Diedit oleh Fachrul Razi