Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Walaupun banyak otaku yang terjebak dalam dunia delusi 2 dimensi, atau juga para otaku idol yang terjebak dengan delusi dengan para member idol grup, atau otaku-otaku jenis lain yang terjebak dengan hobby mereka sendiri sehingga bagai terisolir dari dunia luar. Seperti para gamer yang menghabiskan waktu berjam-jam dihadapan konsol atau PC mereka demi menamatkan game kesayangan atau game terbaru hingga mereka lupa makan, mandi hingga tidur. Namun, tidak sedikit juga para otaku yang masih berharap mendapatkan kehidupan yang layak dan hubungan cinta otaku yang wajar layaknya orang lain.
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/02/26/cewek-hapus-game-pacarnya-karena-cemburu-puzzle-and-dragons-i/" title="Cewek Hapus Game Pacarnya Karena Cemburu, Mereka pun PUTUS!"]
Mungkin hal ini lah yang mendasari salah seorang otaku yang memposting sebuah diagram hubungan cinta otaku antara 2 jenis manusia, otaku dan manusia biasa. Melalui akun twitternya [outbound_link text="@xatosi" link="https://twitter.com/xatosi"] membagikan sebuah diagram hasil analisanya mengenai hubungan pria dan wanita. Kicauannya ini sendiri telah menjadi hal yang cukup heboh karena mendapatkan lebih dari 11 ribu retweet dan lebih dari 5 ribu favorite, sejak ia posting 21 Maret lalu.
[embedly url="https://twitter.com/xatosi/status/579279836692135936"]
Inilah kenyataannya pic.twitter.com/3ZrgfkXq94
Dalam diagram itu terdapat empat klasifikasi manusia. Klasifikasi pertama ialah pria otaku (atas warna biru), pria biasa (bawah warna biru), wanita otaku (samping kiri warna pink) dan wanita biasa (samping kanan warna pink). Disitu kalian juga bisa melihat adanya tanda panah yang menunjukkan potensi ketertarikan antar jenis. Menurut analisanya seorang pria otaku bisa saja menyukai wanita otaku ataupun wanita biasa, namun hubungannya dengan wanita biasa tidak akan ada yang berhasil selama dia masih memegang predikat otakunya ini. Sedangkan pria biasa juga bisa saja menyukai wanita biasa atau bahkan wanita otaku, namun sering kali hubungan dengan wanita biasa lah yang berhasil.
Disisi lain, wanita otaku sendiri akan lebih mudah menyukai pria biasa dan jarang sekali ada yang akan langsung tertarik dengan pria otaku. Walaupun hubungan cinta otaku wanita dengan pria biasa masih dipertanyakan kualitas hubungannya. Sama seperti otaku wanita, bagi wanita biasa mereka umumnya juga tidak akan melirik pria-pria otaku. Mereka cenderung akan memilih pria biasa yang jauh dari kesan otaku di Jepang yang terkenal nerd, berpakaian sembarangan, dan terlalu terjebak dengan hobby mereka sendiri. Xatosi bahkan mengatakan bahwa wanita biasa akan menjaga jarak hingga 5m dari para pria otaku dan menganggap mereka hanyalah kumpulan sampah.
Bisa disimpulkan menurutnya para otaku harus mencari pasangan yang juga otaku jika ingin hubungan mereka berhasil, jika tidak mereka harus bersiap-siap untuk meninggalkan predikat otaku untuk menghapus segala bentuk imej negatif masyarakat yang melekat pada dirinya.
[read_more link="http://www.duniaku.net/2014/12/29/ke-apatis-an-orang-jepang-untuk-berumah-tangga-mengancam-ekonomi-global/" title="Ke-‘Apatis’-an Orang Jepang Untuk Berumah Tangga Mengancam Ekonomi Global"]
Ya, kesan menjijikkan bahkan dianggap berbahaya memang melekat pada pria-pria otaku di Jepang. Walaupun hanya sebagian yang bertingkah di luar kewajaran.
Apa cuman pria otaku yang dianggap seperti itu? Ya! Entah kenapa walaupun tidak sedikit kelakuan aneh para wanita otaku namun masyarakat umumnya masih lebih mudah untuk memaafkan dan memakluminya. Mungkin juga karena para wanita otaku memiliki tampilan luar yang tidak jauh berbeda dengan tampilan wanita biasa. Tapi bagi para pria otaku kaos bergambar anime, menenteng tas ransel berisikan berbagai macam "berhala" atau sekedar laptop penuh dengan file-file koleksi anime, game, dan sebagainya. Seolah menjadi template yang umum dijumpai pada otaku di hampir semua tempat.
Sedangkan para wanita mungkin lebih bisa mengontrol apa yang mereka kenakan, kalaupun ada dari mereka yang memakai kaos otaku untuk datang ke sebuah event mereka akan menutupinya dengan jaket atau semacamnya hingga mereka sampai di tempat event dimana segala yang tidak wajar bisa saja menjadi wajar. Padahal kelakuan ya gak jauh beda dengan pria otaku kalau sudah datang ke event semacam itu.
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/02/14/10-alasan-kenapa-seorang-gamer-layak-jadi-pacar-idaman-mertua/" title="10 Alasan Kenapa Seorang Gamer Layak Jadi Pacar Idaman!"]
Kicauan Xatosi diatas tentunya memancing banyak otaku lain di Twitter untuk ikut berkomentar, ada yang menunjukkan ketidak peduliannya dengan hubungan cinta, ada yang bilang akan berhenti dari otaku, bahkan ada yang menentang dengan keras.
[embedly url="https://twitter.com/Ceven_7/status/580002365815721986"]
Yah, gak ada hubungannya juga denganku
[embedly url="https://twitter.com/hasami1130/status/580011633021337601"]
Sudah kuputuskan aku akan berhenti jadi otaku
[embedly url="https://twitter.com/gou_sumairu/status/580036306102714368"]
Apa-apaan ini tweet, bikin mau muntah aja...
[embedly url="https://twitter.com/yoisho_kun/status/580034048409497600"]
Buyar sudah hidupku
Yah, sepertinya kisah otaku yang menjalin hubungan dengan wanita biasa seperti yang ada di [outbound_link text="Densha Otoko" link="en.wikipedia.org/wiki/Densha_Otoko"], memang masih sulit untuk menjadi kenyataan. Bukannya tidak mungkin bagi pria /wanita otaku untuk hidup dengan pria/wanita biasa, walau mungkin seperti yang diceritakan dalam anime [outbound_link text="Danna ga Nani wo Itteiru ka Wakaranai Ken" link="http://myanimelist.net/anime/26349/Danna_ga_Nani_wo_Itteiru_ka_Wakaranai_Ken"] (I Can't Understand What My Husband Is Saying), hal ini bukanlah hal yang mudah. Sama seperti hubungan normal yang butuh pengertian dari kedua belah pihak untuk saling memahami, namun bagi pasangan beda jenis (otaku dan tidak) dibutuhkan usaha yang lebih lagi.
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/03/19/4-penyakit-sosial-otaku-ini-mewabah-di-indonesia/" title="4 Penyakit Sosial Otaku Ini Mewabah di Indonesia!"]
Jadi bagaimana? Kalian sudah siap meninggalkan kehidupan otaku dan gamer kalian untuk membina hubungan? Atau kalian masih lebih memilih sendiri menikmat hobby kalian saat ini? Atau mungkin kalian sudah siap membuat berbagai macam toleransi antara kehidupan nyata dan hobby kalian? Ada baiknya kalian pikirkan baik-baik.
Sumber: Global Otaku News