TUTUP

Salam Anak Gunung, Dari Friendzone Hingga Lawan Anak Masjid

Apakah kamu juga pernah bikin salam anak gunung?

Salam anak gunung jadi fenomena unik di kalangan pecinta alam

Sebuah fenomena jadi populer di kalangan pecinta alam. Kebiasaan baru muncul yaitu jika berhasil mencapai puncak -atau setidaknya mencapai tujuan penjelajahan- maka ada mereka akan menulis pesan pada secarik kertas. Biasanya pesan ini ditujukan kepada orang yang spesial buatnya seperti teman, pacar, saudara, atau lainnya. Trend ini sebut saja namanya sebagai salam anak gunung* *berdasarkan hashtag twitter dan instagram Salam anak gunung bermacam-macam, biasanya merupakan salam persahabatan hingga salam cinta pada orang yang dituju. Biasanya salam ini dibubuhi nama orang yang dituju, serta lokasi lengkap dengan ketinggian lokasi tersebut (biasanya dalam ukuran mdpl -meter di atas permukaan laut-). Trend ini ternyata juga memunculkan fenomena unik lainnya karena diresponse berbagai kalangan ; baik yang pro maupun yang kontra. Juga terdapat hal-hal jenaka hingga berdampak memprihatinkan pada trend salam anak gunung ini. Beberapa hal unik yang terjadi di sekitar trend salam anak gunung antara lain adalah:
[page_break no="" title="Friendzone"]
Gak semua ucapan cinta berakhir sukses, bukan? Syukur-syukur kalau ucapan cinta berbalas, bagaimana jika tidak terbalas? Hal ini juga berlaku pada salam anak gunung. Sempat merebak beberapa saat lalu, ada yang menyampaikan salam ditujukan seseorang yang sepertinya adalah gebetannya. Sayangnya salam tak terbalas, untungnya ia tidak mendapat penolakan. Namun lebih tepatnya, ia terjerumus ke kubang per-friendzone-an. Dan biar tidak terasa ngenes, sang gebetan bilang ia bukan teman...tapi... sahabat... Penulis mah puk-puk in aja deh...
[page_break no="" title="Dilawan Salam Anak Masjid"]
Entah siapa yang memulai, namun belakangan muncul "pesaing" salam anak gunung. Lawannya adalah salam anak masjid. Intinya adalah sindiran kepada para pendaki, dimana mereka bela-belain naik ribuan mdpl untuk kirim salam, tapi masjid sebelah rumah jarang didatangi. Walaupun ini bisa jadi merupakan prinsip masing-masing orang, namun "perselisihan" ini tentu membuat fenomena salam menjadi ramai. Beberapa bahkan dilawan oleh "anak KUA" Atau dilawan oleh "anak kasur" Jadi, perlukah hal seperti ini diributkan?
[page_break no="" title="Salam Anak Gunung abal-abal"]
Singkat cerita, seolah-olah mau menyindir orang-orang yang terus-terusan di depan komputer, padahal... Bokis abis...
[page_break no="" title="Ngaku anak gunung tapi kok nyampah?"]
Salah satu pengguna Facebook bernama Zulfahmi ([outbound_link text="Fahmee Juljul" link="https://www.facebook.com/fahmeejuljul"]) miris dengan perilaku anak jaman sekarang yang dengan pedenya membuang kertas salam anak gunung.
  [embedly url="https://www.facebook.com/fahmeejuljul/media_set?set=a.10205996644229282.1073741851.1655961654&type=3&pnref=story"]
Kebanyakan kertas-kertas tersebut dibuang tanpa memperhatikan kelestarian alam. Sampah yang terkumpul dari kertas-kertas tersebut sangat banyak bahkan hingga masuk ke jurang-jurang sehingga sulit diambil oleh Zulfahmi dan teman-temannya.

Jangan meninggalkan sesuatu kecuali JEJAK, jangan mengambil apapun kecuali GAMBAR, jangan membunuh siapapun kecuali WAKTU