Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Terkenal dengan drama di balik layar yang tidak kalah serunya dengan kisah filmnya sendiri, All The Money In The World berhasil menyajikan sebuah drama thriller menegangkan, didukung dengan penampilan luar biasa dari Christopher Plummer dan Michelle Williams di bawah arahan sutradara Ridley Scott.
Dari sekian banyak film yang diproduksi tahun 2017 lalu, mungkin hanya ada satu film yang bisa menandingi Justice League dalam kehebohan drama di balik layarnya: All The Money In The World.
[duniaku_baca_juga]
Awalnya, aktor kondang Kevin Spacey dipilih oleh sutradara Ridley Scott sebagai pemeran tokoh John Paul Getty; bersanding peran dengan Michelle Williams, Mark Wahlberg, dan Charlie Plummer dalam sebuah thriller penculikan berdasarkan kisah nyata yang terjadi di tahun 1973, direncanakan akan rilis pada tanggal 22 Desember 2017.
Namun, di awal bulan November 2017 kala film sudah selesai syuting sepenuhnya dan telah memasuki tahap akhir post-production (Bahkan sudah siap ditayangkan di sebuah festival film), malapetaka mendadak menghantam film ini kala Spacey; sang aktor dan jualan utama film ini menjadi tersangka dari beberapa kasus pelecehan seksual.
[read_more id="362854"]
Dengan cepat film ini menjadi bulan-bulanan media, materi-materi promosi seperti teaser poster dan trailer yang sudah disebar dengan cepat ditarik dari peredaran oleh Sony Pictures selaku distributornya di Amerika Serikat, screening di AFI Festival 2017 pun dibatalkan.
Dalam kondisi yang sangat suram bagi para pemain dan kru produksi, Ridley Scott dengan segala kenekatannya pun memutuskan untuk bertindak. "Kita tidak boleh membiarkan tindakan satu orang menghancurkan hasil kerja keras orang lain.", ujar Scott dalam sebuah wawancara.
Dan yang benar saja, Scott dengan cepat menghapus dan mensyuting ulang semua adegan Spacey dengan aktor pengganti Sir Christopher Plummer (The Sound of Music, The Girl With Dragoon Tattoo), hanya dalam waktu satu minggu demi mengejar target rilis di bulan Desemeber 2017, alih-alih dimundurkan ke 2018!
Di luar dugaan, kerja keras Scott dan para kru filmnya yang bekerja secara sukarela berbuah manis ketika filmnya mendapat tanggapan yang positif dan kritikus, bahkan berhasil mendapatkan tiga nominasi Golden Globe Awards untuk kategori Sutradara Terbaik (Scott), Aktris Terbaik (Williams), dan Aktor Pendukung Terbaik (Plummer).
Meskipun telat sekitar satu bulan, All The Money In The World akhirnya ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia mulai tanggal 17 Januari 2018 kemarin. Dengan ekspektasi yang cukup tinggi mengingat besarnya buzz film ini di berbagai ajang penghargaan, serta drama di balik layar yang tidak kalah menariknya dengan kisah nyata di balik film ini, mari kita lihat apakah All The Money In The World benar-benar bisa memuaskan penonton!
Seorang Ibu yang Melawan Dunia
John Paul Getty III (Charlie Plummer) adalah cucu dari milyuner J. Paul Getty (Christopher Plummer); pemilik Getty Oil yang merupakan salah perusahaan minyak terbesar di dunia pada saat itu. Setelah orang tuanya bercerai di tahun 1964, Getty III hidup bersama sang ibu Gail Harris (Michelle Williams) yang sedang berada di dalam kondisi ekonomi kurang baik.
Pada bulan Juli 1973, Getty III yang pada saat itu tengah berjalan-jalan menikmati gemerlap malam di Roma, Italia mendadak diculik oleh segerombolan kriminal yang kemudian menuntut sang ibu untuk membayar uang tebusan sebesar $17 juta bila ingin anaknya kembali.
Gail yang tidak memiliki uang kemudian memohon pada sang mantan ayah mertua untuk membayar uang terbusannya, namun Getty yang kaya raya menolak untuk membayar uang tebusan tersebut dengan alasan ia tidak ingin dipermalukan oleh para mafia.
Dalam situasi yang genting, Gail harus bekerjasama dengan Fletcher Chase (Mark Wahlberg); mantan agen CIA yang bekerja sebagai penasehat pribadi Getty, demi menyelamatkan sang anak sebelum hal-hal buruk menimpanya.
Inilah sebuah kisah di mana seorang ibu yang tak berdaya harus menghadapi berbagai rintangan baik dari kriminal-kriminal kejam yang telah menculik dan menyiksa anaknya, maupun orang-orang terdekatnya sendiri yang telah tertutup hari nuraninya oleh harta.
Simak ulasannya di halaman kedua!
Sebuah thriller yang Solid dengan Karakter-karakter memikat
Kita mulai dulu dari visualnya. Sebagai sebuah film yang tidak memiliki gimmick visual mencolok seperti Blade Runner, Alien, dan The Martian, pemandangan-pemandangan indah di Italia sudah lebih dari cukup untuk membuat penonton terpukau dengan visual milik Scott, ditangkap degan indah dari lensa kamera sinematografer langganan Scott; Dariusz Wolski.
Makna yang tersirat di balik sinematografi indah Wolski juga cukup kentara bagi penonton yang jeli. Seperti di sebuah sekuen yang berlatar di kediaman pribadi Getty yang mewah, adegan yang berfokus pada karakter Gail diambil dari jarak yang jauh, memberikan kesan betapa kecilnya kendali Gail dalam konflik ini.
Berbanding terbalik dengan tokoh Getty yang sering diperlihatkan dalam close-up shots yang intim, memberikan kesan otoriter dan mengancam tanpa harus terlalu eksplisit mengatakan "Aku berdaya dan kau tidak.".
Color grading di film ini juga cukup menarik. Bagi beberapa penonton, mungkin tidak konsistennya pewarnaan dalam film ini bisa menjadi kelemahan, namun sepertinya ini merupakan sebuah kesengajaan oleh Scott.
Adegan-adegan yang memunculkan tokoh Gail dan Chase -dua karakter paling proaktif di film ini- sering diperlihatkan lewat tone warna kuning, memberikan kesan panik dan hectic yang kentara. Namun kembali ke tokoh Getty yang acuh tak acuh, mendadak All The Money In The World dilukis dengan warna biru-hitam yang redam, sesuai dengan karakter sang milyuner yang dingin.
Ini membuktikan bahwa Scott masih belum kehilangan sentuhannya dalam visual storytelling yang sering dianggap sebagai kekuatan utamanya. Alur di All The Money In The World juga enak diikuti, dengan porsi adegan tegang dan tenang yang cukup tanpa terasa terlalu bertele-tele.
[read_more id="362555"]
Terkecuali pada menit-menit akhir yang begitu menegangkan, bagian yang berfokus pada karakter Getty III dan para penculiknya serasa kurang menarik. Tentu saja ini bukan salah Charlie Plummer (tidak ada hubungan dengan Chris Plummer) yang berakting dengan baik di sini, namun ini bisa diatributkan pada kurang digalinya karakter sang anak/cucu yang diculik sehingga agak susah untuk bersimpati padanya.
Alih-alih Getty III, justru karakter Cinquanta (Romain Duris) yang menjadi daya tarik bagi penonton untuk ikut hanyut ke dalam kisah ini. Duris menjadi scene stealer tiap kali ia muncul, memancarkan kharisma seorang penculik yang bersimpati pada yang diculiknya. Chemistry antara dirinya dan Charlie pun sangat memikat untuk disaksikan.
Bila bagian penculikan terasa kurang menggigit, maka segmen kisah yang berpusat pada "duel" antara Gail dan Getty-lah yang paling menggigit.
Michelle Williams patut diberi pujian yang spesial di sini. Sebagai "hati" dari film ini, ia sukses menggambarkan sosok ibu yang frustasi namun tak pernah putus asa demi menyelamatkan anaknya.
Ada satu adegan di mana ketika Gail mengalami breakdown, setelah menyadari bahwa Getty telah mempermainkan dirinya dari awal. Adegan tersebut tak ada dialog sama sekali, namun dari raut wajah dan bahasa tubuhnya, Williams sukses mencabik-cabik hati penonton lewat aktingnya yang totalitas.
John Paul Getty di adalah sosok antagonis absolut di kisah All The Money In The World. Ia bukanlah sosok final boss karena jelas ia tidak berpihak pada siapapun kecuali dirinya sendiri, namun kendalinya di dalam drama penculikan ini begitu besar sampai-sampai membuat Gail dan para penculik dibuatnya kewalahan dalam menebak-nebak apa langkah yang akan ia ambil selanjutnya.
[read_more id="362441"]
Plummer yang menggantikan Spacey menit-menit terakhir benar-benar bersinar di sini. Ia memerankan tokoh antagonis yang kikir, egois, dan rakus, namun di saat yang sama juga cukup manusiawi bagi penonton untuk bisa mengerti motif di balik tindakannya.
Editing dari Claire Simpson juga sepertinya patut diberi kredit di sini. Begitu halus sampai-sampai kita tidak sadar bahwa adegan-adegan dengan Plummer disyuting ulang secara terpisah dari adegan-adegan lainnya.
Bagaimana dengan Mark "Marky Mark" Wahlberg? Sayangnya karakter Chase terlalu dangkal dibandingkan dengan Gail dan Getty. Kendati masih terbilang OK, penampilan Wahlberg di sini tak ada bedanya dengan peran-perannya di film lain seperti Patriots Day atau Deepwater Horizon, kompeten, namun tidak istimewa.
Skor musik adalah salah satu highlight untuk All The Money In The World, digubah oleh Daniel Pemberton yang melejit kepopulerannya lewat skor King Arthur: Legend of the Sword (2017) garapan Guy Ritchie.
Tidak hanya musik orkestra biasa, namun Pemberton juga menggunakan paduan suara yang sangat megah bak simfoni-simfoni klasik, ia tahu betul besarnya skala kisah di film ini. Salah satu track yang terbaik mungkin adalah "J. Paul Getty", yang mengakhiri kisah All The Money In The World dengan sempurna di kredit penutup.
Verdict
Film-film terbaik dari Ridley Scott biasanya berpusat tentang konflik kekaisaran berskala besar, seperti kisah perlawanan Maximus terhadap pemerintahan kaisar Commodus yang kejam di Gladiator (2000), runtuhnya kekaisaran kriminal Frank Lucas di American Gangster (2007), dan untuk All The Money In The World; kisah busuk di balik harta kekaisaran bisnis minyak milik John Paul Getty.
[read_more id="360405"]
All The Money In The World tidak bisa dikatakan sebagai salah satu film terbaik Scott sejauh ini, namun di tangan sutradara yang sering dituduh mengutamakan style ketimbang substansi ini, setidaknya ia berhasil membuat sebuah tontonan hiburan untuk orang dewasa dalam bentuk thriller yang solid tanpa terlalu membodoh-bodohi penonton.
Diedit oleh Fachrul Razi