Banyak yang menanyakan ke saya soal transportasi, makanan, dan hotel di Tokyo. Saya akan coba menjawabnya di artikel ini. Semoga bisa membantu siapa pun yang ingin bertualang ke Tokyo.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Selama delapan hari di Tokyo, banyak yang menanyakan ke saya: Bagaimana transportasinya? Susah enggak makannya? Hotelnya mahal atau murah? Bisa komunikasi dengan orang Jepang? dan pertanyaan seputar itu. Saya akan coba menjawabnya di artikel ini. Transportasi Meskipun ini adalah kunjungan saya yang keempat di Jepang, namun jujur saja, saya masih bingung dengan sistem kereta dan subway-nya. Tokyo memiliki network kereta, subway, dan bis yang sangat banyak. Uniknya, layanan ini dioperasikan oleh beberapa perusahaan. Kereta utamanya dioperasikan oleh JR East. Jalur yang paling nyaman untuk menjelajah pusat Tokyo adalah JR Yamanote Line (termasuk untuk ke Shinjuku, Shibuya, dan Harajuku yang sudah saya bahas). Jalur JR Yamanote Line[/caption] Kereta bawah tanah, atau subway di Tokyo, dioperasikan oleh dua perusahaan: Tokyo Metro dan Toei Subway. Ada tiga belas jalur subway yang menghubungkan area-area di Yamatone, Ginza, dan Shitamachi. Karena stasiun dan poin pemberhentiannya lebih banyak, subway lebih nyaman untuk menjelajah pusat Tokyo. Sewaktu mengunjungi HQ baru Square Enix kemarin, saya juga menggunakan subway, yang berhentinya pas di depan HQ Square Enix. Kereta JR, yang menjadi sarana utama untuk transportasi publik.[/caption] Kereta subway Tokyo Metro, menghubungkan jalur-jalur pusat Tokyo.[/caption] Untuk menggunakan layanan kereta ini, kamu bisa membeli tiket. Tapi saya sangat menyarankan kamu untuk menggunakan kartu Suica/PASMO. Suica diterbitkan oleh JR Trains, sedangkan PASMO diterbitkan oleh perusahaan kereta subway. Keduanya bisa digunakan untuk kereta JR maupun jalur subway di wilayah Tokyo (PASMO tidak bisa digunakan di luar Tokyo). Kartu ini tidak memberikan diskon tiket (seperti MRT di Singapura). Tapi setidaknya, kartu ini akan mempermudah transportasi. Kamu tidak lagi perlu mencari counter tiket tiap kali berada di stasiun. Kartu PASMO[/caption] Selain kedua kartu itu, sebetulnya ada beberapa layanan lain. Seperti Tokyo Free Kippu, One-Day Economy Pass, Open Ticket, dsb. Menurut saya, layanan-layanan seperti itu hanya akan efektif apabila mobilitas kita sangat tinggi. Berganti kereta setidaknya 10x dalam satu hari. Kalau tidak, saya tetap menyarankan kartu Suica/PASMO. Suasana di dalam kereta Jepang.[/caption] Akomodasi Bagaimana dengan hotelnya? Mahal atau tidak? Rumor bahwa Jepang itu mahal harus dibuang jauh-jauh. Biaya termahal untuk ke negeri sakura ini adalah tiket pesawat dari Indonesia (dalam kasus saya, hal ini sudah dicover oleh Indonesian Game Studios yang mengundang saya ke Tokyo Game Show). Terakhir kali saya ke Tokyo, sepuluh tahun lalu, saya menginap di Ryokan. Ini adalah penginapan tradisional Jepang. Harga Ryokan lebih terjangkau dari hotel. Dan bagi saya, Ryokan lebih dari tempat untuk tidur. Ryokan adalah tempat untuk melihat dari dekat kehidupan tradisional Jepang. Dengan tempat tidur futon, pintu geser shoji, dan lantai tatami, juga makanan dan pemandian khas Jepang. Kita juga bisa memilih Ryokan yang dekat dengan onsen (pemandian air panas). Beberapa Ryokan menetapkan harga menginap satu paket dengan makan malam dan sarapan. Ini adalah best deal, karena kita cukup memikirkan makan siang saja. Makanan yang disiapkan juga bergaya sangat tradisional. Harga Ryoan juga sangat bervariasi. Mulai dari ¥7,000 hingga ¥70,000 per kepala/malam (sekitar Rp.800.000 hingga Rp.8.000.000). Sebagai catatan, penginapan di Jepang men-charge tamunya per kepala. Bukan per kamar. Untuk perjalanan kali ini, saya tidak memilih Ryokan. Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, saya bisa dengan mudah mencari hotel di Tokyo secara online (saya menggunakan booking.com atau Agoda.com). Karena semua hotel di wilayah Makuhari Messe sudah penuh, saya akhirnya memilih yang tidak begitu jauh, yaitu di daerah Kasai. Hotel yang saya gunakan adalah Hotel Lumiere di Nishi-Kasai. Lokasinya hanya 30 menit dengan kereta dari Makuhari Messe. Oh iya, perlu tahu juga, sebetulnya Tokyo Game Show itu tidak diselenggarakan di Tokyo. Makuhari Messe berada di Chiba. Jadi seharusnya nama yang tepat adalah Chiba Game Show. Hehehe. Lewat booking online, saya mendapatkan harga yang fantastis untuk Hotel Lumiere, yaitu $562.42 atau sekitar Rp.5.388.000 untuk lima malam, dan untuk dua orang. Awalnya saya berharap dengan booking kamar untuk dua orang, saya bisa mendapat kamar yang lebih besar. Tapi ternyata tidak terlalu berbeda. Mejanya sempit, tapi lengkap...[/caption] Kulkas, brankas, dan microwave[/caption] Meja kerja tempat saya menulis artikel-artikel Tokyo Game Show 2012[/caption] Hotel Lumiere berbintang tiga. Kamarnya sempit (seperti kebanyakan hotel di Jepang lainnya). Ukurannya hanya 13m². Namun sangat bersih dan fasilitasnya cukup lengkap. Ada akses internet, LCDTV, bathtub, sampai microwave. Lokasinya juga hanya lima menit jalan kaki ke stasiun Tokyo Metro. Oh iya, Hotel Lumiere juga sudah include breakfast. Mereka menyiapkan berbagai roti, telur rebus, dan jus. Saya sangat suka dengan croissant-nya. Breakfast di Lumiere Hotel[/caption] Setelah segala urusan TGS selesai, lima hari kemudian, saya pindah ke daerah Akihabara. Tidak banyak pilihan hotel di jantung Akiba. Saya memilih Remm Akihabara, yang lokasinya paling pas. Ini adalah hotel bintang empat, dengan fasilitas prima. Saya menginap tiga hari di sini. Tiga hari di Remm Akihabara[/caption] Mau tahu berapa yang harus saya keluarkan untuk menginap di Remm Akihabara? Sekali lagi, saya mendapatkan harga yang luar biasa. Untuk berdua dan tiga malam, harganya $466.16 atau sekitar Rp.4.672.000. Fantastis, meski tidak termasuk sarapan. Fasilitas Remm Akihabara sangat prima. Selain berbagai fasilitas standar hotel bintang empat, saya juga mendapatkan internet dengan kecepatan super tinggi dan kursi pijat di dalam kamar. Ranjangnya juga sangat nyaman (saya sampai susah bangun tiap subuh). Kursi pijatnya pas banget untuk para penjelajah Akiba.[/caption] Meja kerja yang saya gunakan untuk menulis artikel ini. Viewnya dari lantai 15 sangat bagus.[/caption] Ukuran kamarnya juga mini, hanya 14m². Namun yang membuat saya naskir berat adalah lokasinya. Terletak di seberang stasiun Akihabara, seberang mall Yodobashi, dan dekat sekali dengan jantung Akiba. Khusus untuk Akihabara ini, saya akan bahas lebih dalam di artikel selanjutnya. Konsumsi Bagian terakhir adalah makanan. Mengingat saya seorang muslim (tidak makan babi dan tidak minum alkohol), maka pilihan kulinernya juga sangat terbatas. Saya termasuk orang yang tidak perlu makan terlalu mewah. Saya memilih berhemat untuk makan, dan boros di belanja. Pilihan saya banyak jatuh ke fast food. KFC bisa dipastikan aman. Ayam dan terjangkau. Untuk McDonalds dan Burger King, saya agak berhati-hati. Saya menghindari apa pun yang ada bacon atau ham. Harga sekali makan ¥600 atau sekitar Rp.73.000, sudah termasuk minum. Terkadang ada paket di bawah ¥500. Tempat makan favorit selama di Tokyo[/caption] Jepang juga punya jaringan fast food-nya sendiri. Ada MOS Burger, Yoshinoya, Lotteria, Papper Lunch, sampai Ajisan Ramen. Oh ya, saya juga menghindari ramen karena alasan yang sama. Saya sangat menyarankan untuk makan di Yoshinoya. Restoran yang menu utamanya beef bowl ini tersebar di seluruh penjuru Tokyo. Bagi saya, rasanya sangat lezat dan pelayanannya juga cepat. Harga makanannya sangat terjangkau. Hanya ¥600-an, termasuk minum air putih yang bisa di-refill sepuasnya. Beef bowl Yoshinoya[/caption] Selain Yohinoya, MOS Burger dan Lotteria juga pilihan yang pas. MOS Burger menyediakan varian burger yang berbeda dengan McDonalds atau Burger King. Salah satu favorit saya adalah burger nasi. Burger nasi MOS Burger[/caption] Saya tahu Yoshinoya dan MOS Burger juga sudah ada di Jakarta. Namun nuansanya di Jepang membuat keduanya sangt berbeda. Jika berada di Jepang, cobalah untuk mampir. Lotteria belum ada di Indonesia. Ini adalah jaringan fast food bergaya Amerika. Menunya juga burger khas Amerika. Yang membedakan, Lotteria berasal dari Jepang. Taste-nya bergaya Amerika yang khas, tapi sudah disesuaikan dengan rasa Jepang. Salah satu menu favorit saya adalah burger udang. Menu Lotteria[/caption] Dalam sehari, saya hanya makan di luar satu atau dua kali. Apa rahasianya? Saya membawa Nutrishake dari Indonesia. Produk baru Oriflame ini adalah sebuah susu nutrisi. Umum digunakan dalam program diet. Mengenyangkan dan nutrisinya komplit. Saya jadi tidak perlu menghabiskan terlalu banyak uang di makanan. Oh ya, saya juga membawa Mie Gelas dari Indonesia. Kalau kepingin nyamil malam-malam, saya cukup aman dengan Mie Gelas. Nutrishake[/caption] Jadi, tidak terlalu sulit dan mahal kan di Jepang? Orang Jepang memang kurang bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Namun mereka sangat terbuka dan mau membantu. Beranilah untuk bertanya. Kalau kamu pengguna Android seperti saya, jangan lupa download apps Learn Japanese Pro. Itu akan sangat membantu.