TUTUP

Unite 2016 Singapore, Mengintip Tren Industri Game di Asia Tenggara

Seperti apa tren industri game di Asia Tenggara? Bagaimana perkembangan game indie-nya? Semua ada di acara ini!

Tidak bisa dipungkiri bahwa Unity merupakan salah satu engine game paling populer di kalangan developer, baik yang indie maupun yang sudah mapan. Bukan hanya kemampuan untuk mengembangkan game di multiplatform, Unity juga dibekali dengan banyak fitur dan juga Unity Ads bagi developer yang ingin memonetisasi game-nya. Untuk itulah, setiap tahunnya Unity selalu mengadakan event bertajuk Unite 2016 Singapore sudah digelar selama dua hari, tanggal 3 dan 4 Oktober 2016 kemarin di Marina Bay Sands Expo, Singapura. Dalam Unite 2016, developer pengguna Unity di Asia Tenggara berkumpul, mendengarkan sesi sharing dari para veteran industri, memamerkan karya dan membina jaringan baru dengan developer ataupun pelaku industri lain. Sesi sharing sendiri lebih banyak ditekankan kepada sisi teknis, yang tentunya berguna bagi developer yang menggunakan Unity untuk mengembangkan game. Ada tips dan trik mengenai bagaimana membuat game yang berkualitas dengan ukuran di bawah 15 MB yang tentunya cocok untuk smartphone low end, hingga cara memanfaatkan berbagai fitur di Unity. Developer pun semakin dimanjakan dengan kelas sertifikasi yang diadakan, yang mana sertifikasi ini bisa berguna bagi mereka jika ingin berkarir di industri game. Sesi sharing bukan hanya melulu tentang teknis saja. Ada juga kelas bisnis yang memberikan gambaran mengenai industri game di beberapa negara. Salah satunya adalah materi yang dibawakan oleh CEO dari Duniaku, Ricky Setiawan mengenai ekosistem industri game Indonesia. Indonesia bukan hanya mengirimkan satu wakil saja sebagai pembicara. Selain Ricky, CEO dari Agate Studio Arief Widhiyasa juga mengisi salah satu sesi yang membagikan kisah perkembangan Agate Studio dari awal dibentuk secara bootstrap, hingga menjadi studio game terbesar di Indonesia. Di hall utama, terdapat arena showcase Made By Unity yang menampilkan game-game buatan developer indie yang dikembangkan menggunakan engine ini. Sebagian besar developer tampak terlihat dari Singapura, namun ada juga beberapa yang datang dari luar Singapura. Satu hal yang cukup menonjol, teknologi VR rupanya sudah menjadi tren di kalangan developer. Indikasinya, ada beberapa game VR yang ditampilkan. Bahkan salah satunya, Stifled menyabet gelar game paling difavoritkan oleh pengunjung. Menjamurnya teknologi VR di kalangan developer semakin menegaskan prediksi banyak pihak bahwa VR bakal menjadi masa depan dunia game. Bahkan event sekelas Tokyo Game Show sudah menyediakan satu segmen khusus yang menampilkan game-game VR. Duniaku sendiri sempat mengikuti beberapa sesi sharing yang ditampilkan selama Unite 2016 Singapore. Penasaran? Ikuti terus artikelnya di Duniaku!