TUTUP

Tips untuk Developer Indie agar Bisa Adaptasi dengan Tren Pasar yang Cepat Berubah

Mana yang lebih baik, jadi berbeda dengan melawan arus tren, atau mengikuti tren dengan berbagai inovasi menarik? Para developer senior ini memberikan tips mereka!

Perkembangan industri game sangat pesat. Bagaimana cara developer indie untuk beradaptasi terhadap perkembangan tersebut? Berikut tipsnya!
[read_more id="252138"] Perkembangan industri game di dunia bisa dibilang sangat pesat. Katakanlah dalam satu atau dua tahun lalu, tren Virtual Reality mungkin masih menjadi barang yang cukup mahal, tidak seperti sekarang ini. Developer tentunya dituntut untuk terus beradaptasi dengan perkembangan pasar yang cukup pesat tersebut. Terutama untuk developer indie dengan kapital yang tidak terlalu besar, mereka tentu harus terus bergerak dan beradaptasi atau mati kalah bersaing dengan developer indie lain. Lantas, bagaimana cara mereka beradaptasi dan memenangkan persaingan dengan developer lain? Itulah yang menjadi topik utama salah satu panel diskusi di hari pertama Casual Connect Asia 2016 yang berlangsung hari Selasa, 17 Mei 2016 kemarin. Tema bertajuk Out With the Old, In With the New ini menghadirkan beberapa developer yang sudah berpengalaman lebih dari lima tahun di industri game, antara lain Yan Marchal (Sanuk Games), Don Sim (Quest Drop & Daylight Studios), Aun Taraseina (Kiragames), Anton Soeharyo (Touchten Games) dan Thomas Andreasen (Playlab). Pertama-tama, mereka saling sharing mengenai pengalaman mereka dalam mengembangkan game, dan juga judul apa yang menurut mereka merupakan sukses besar dari studio masing-masing dan berhasil melambungkan nama mereka. Ini merupakan salah satu tips dari para panelis, dimana jika developer sudah menemukan seperti apa judul yang sukses di pasaran dan menjadi ciri khas mereka, maka mereka bisa lanjut untuk mengembangkan judul lain dengan variasi gameplay dan tema yang tidak jauh berbeda. Sebagai contoh Touchten Games. Anton mengungkapkan, setelah kesuksesan Sushi Chain yang bergenre time management, mereka pun sering merilis game dengan gameplay yang mirip seperti Ramen Chain dan Warung Chain dengan tema sedikit berbeda. Dan memang benar, resep sukses saat diduplikasi dan dipoles dengan variasi lain pun juga menghasilkan game yang sukses. Warung Chain contohnya. Saat ini, Warung Chain sudah mengumpulkan lebih dari 100 ribu download di iOS dan Android hanya dalam waktu kurang dari seminggu. Bahkan, game ini juga menduduki peringkat pertama kategori Top Free Games di iTunes, mengalahkan judul-judul populer lain seperti Clash Royale dan Clash of Clans. Tips lain yang disetujui panelis yang hadir adalah developer indie harus bisa menyelesaikan tantangan yang ada di hadapan mereka. Masing-masing panelis pun mengisahkan apa saja tantangan yang sempat mereka hadapi saat menghadapi tren baru, mulai dari kekurangan kapital, sumber daya hingga tantangan teknis. Jika developer bisa menghadapi tantangan yang dihadapi tersebut, maka developer tersebut akan lebih mudah beradaptasi terhadap perkembangan pasar tersebut. Sedangkan tips terakhir dari panelis adalah developer harus berani mengambil jalur berbeda dibandingkan kebanyakan developer. Sebagai contoh, pasar mobile saat ini sangatlah ketat, apalagi untuk tipe-tipe game free yang memonetisasi lewat ads dan juga free to play dengan in app purchase. Nah, karena persaingan ini sangat ketat, developer harus berani mengambil langkah yang berbeda, dengan merilis game premium misalnya. Meskipun mungkin akan mempersempit pasar mereka, namun merilis game premium bisa membantu mereka untuk bertahan hidup dengan pendapatan dari penjualan game ini dan membantu proses adaptasi selanjutnya. Tentu, kemampuan pengambilan keputsan CEO dari studio tersebut harus tepat untuk menentukan langkah studio tersebut ke depannya. Masih banyak materi lain yang menarik dari gelaran Casual Connect Asia 2016. Ikuti terus liputannya di Duniaku ya!