Memahami perbedaan antara tugas developer dan publisher ini penting sebelum merilis game, agar bisa sukses di pasaran
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Meetup GemuGemu di Yogyakarta membeberkan pentingnya harmonisasi tugas antara developer dan publisher agar game yang dirilis sukses di pasaran.
[read_more id="226737"] Baik
developer maupun
publisher memiliki ranah aktivitas dan tugas yang benar-benar berbeda. Untuk itulah, harmonisasi keduanya dibutuhkan untuk membangun industri game yang lebih baik. Hal tersebutlah yang menjadi
highlight utama dalam
meetup GemuGemu yang sudah diselenggarakan di Yogyakarta, tepatnya di Jogja Digital Valley hari Senin, 19 Oktober 2015 kemarin. Meskipun masih terbilang baru, namun [outbound_link text="GemuGemu" link="https://www.gemugemu.com/"] berisi para pelaku industri game yang sudah berpengalaman bertahun-tahun di industri ini. Meetup GemuGemu dengan tema
Sukses Merilis Game Mobile ini dibawakan langsung oleh Ihsan Wahab, Board of Director dari GemuGemu yang sebelumnya sudah aktif malang melintang di industri game menjadi publisher. Selain Ihsan,
meetup ini juga menghadirkan Dennis Adriyansah Ganda, CEO dari Amagine Interactive yang membeberkan kisah perjalanan studio mereka dan juga apa yang sudah mereka pelajari dari perjalanan tersebut.
Selama beberapa tahun berkecimpung di industri game dan merilis puluhan game, Dennis mengungkapkan bahwa dirinya dan timnya mempelajari hal yang berbeda-beda di setiap perilisan masing-masing game-nya, mulai dari kekuatan momentum, pentingnya strategi media sosial yang tepat, hingga keuntungan yang didapat saat menggandeng publisher. Saat mengembangkan Armor Academy: Shape it Up bersama dua studio Indonesia lain, Toge Productions dan Mojiken Studio inilah, Dennis merasakan bagaimana bekerja sama dengan
publisher, tepatnya Armor Games. Dan hal tersebut diakuinya sebagai hal yang menguntungkan, karena berkat
publisher, game ini pun sempat nangkring di puncak kategori Top Puzzle di Amerika Serikat.
Di presentasi kedua, Ihsan pun menegaskan hal yang sebelumnya diungkapkan oleh Dennis. Tugas developer dan publisher ranahnya benar-benar berbeda, sehingga harmonisasi diantara keduanya dibutuhkan agar sukses dalam merilis game mobile. Jika developer sudah memahami tugas-tugas dari publisher, maka developer tersebut bisa langsung melakukan self publishing alias meluncurkan game langsung tanpa menggunakan publisher. Namun jika developer tidak memahami hal tersebut, maka mereka harus ingat bahwa ada publisher yang siap bekerja sama dengan mereka.
Antusiasme developer game Yogyakarta yang menghadiri
meetup ini pun sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta baik kepada Dennis maupun Ihsan. Bahkan sampai acara sudah usai pun, developer masih terlihat saling berdiskusi satu sama lain, dan juga bersama dua pembicara yang memberikan materi saat
meetup tersebut. Selain menyelenggarakan
meetup, GemuGemu juga mendapatkan kesempatan bertemu dan berdiskusi bersama dengan beberapa developer lain, seperti Creacle, Classeven Studio dan Niji Games.
"Saya senang karena dari acara tersebut saya mendapat banyak
insight tentang dunia
publishing," ungkap Dennis mengomentari meetup tersebut. Senada dengan Dennis, Yogie Aditya dari Niji Games pun juga berkomentar positif. "Kesan-kesan saya, sangat menarik dan membuka wawasan yg lebih luas tentang dunia game
publishing, mulai dari
point-point apa saja yang dilakukan sampai bagaimana menjalin kerjasama yang baik dengan developer dalam mencapai 1 tujuan yg sama," ungkap Yogie kepada Duniaku. "Saya berharap kedepannya GemuGemu bisa menjadi salah satu game
publisher yang
outstanding deh, dimulai dari South East Asia hingga merambah ke Global," lanjut Yogie. Setelah dari Yogyakarta, meetup GemuGemu selanjutnya akan diselenggarakan di Bandung, hari Kamis tanggal 22 Oktober 2015 besok. Bagaimana serunya? Tunggu liputan selanjutnya di Duniaku!