Seperti apa serunya penyelenggaraan GDG di Kota Gudeg ini? Simak liputannya di dalam!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Setelah Surabaya, giliran developer Yogyakarta dan sekitarnya yang unjuk gigi dalam GDG 2015 Yogyakarta. Seperti apa serunya GDG di Kota Gudeg ini?
[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/06/02/liputan-gdg-2015-surabaya/" title="Semangat Arek-arek Suroboyo “Membakar” Gong Pembuka GDG 2015!"] Setelah diselenggarakan di Surabaya pada hari Senin, 1 Juni 2015, pada hari Rabu 3 Juni 2015 kemarin rangkaian acara [outbound_link text="Game Developers Gathering (GDG) 2015" link="http://gamedevgathering.com"] berlanjut di Yogyakarta, tepatnya di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta memang dikenal memiliki salah satu komunitas developer game yang aktif dan sering "ngompori" komunitas developer di kota lain untuk menyelenggarakan sebuah event. Hal tersebut kembali terlihat dalam perhelatan GDG 2015 Yogyakarta kemarin, dimana cukup banyak jumlah peserta di Kota Gudeg ini. Meskipun jumlahnya masih kalah dengan Surabaya, panitia mencatat ada sekitar 150 peserta yang datang di GDG 2015, baik yang mengikuti seminar,
showcase dan
workshop yang diselenggarakan. GDG 2015 Yogyakarta sendiri cukup spesial, dimana ada dua workshop yang digelar. Satu workshop adalah Unity yang dibawakan oleh Russ Scammell sama seperti di kota-kota lain, sedangkan satu workshop lainnya adalah workshop dari Gameloft mengenai project management yang dibawakan oleh Chris Pentz. Untuk workshop Unity sendiri peserta yang hadir hampir mendekati jumlah tiket yang terjual, sekitar 40 orang memadati ruangan workshop. Sedangkan untuk workshop Gameloft sendiri sayangnya yang hadir hanya sekitar lima orang saja dari sekitar 25 orang peserta yang terdaftar. Ada beberapa pembicara yang mengisi sesi sharing dalam GDG 2015 Yogyakarta ini, mulai dari Budiman Wikarsa (Monk's Hill) yang membawakan materi mengenai investasi dalam studio game, Kris Antoni (Toge Productions) yang membawakan materi perjalanan Infectonator Survivors dari Flash menuju Steam, Arief Widhiyasa (Agate Studio) yang sharing mengenai bagaimana proses mendirikan studio game, Shafiq Husein (Touchten) yang membawakan materi mengenai Touchten dan platform yang dimilikinya, Anton Budiono (Artoncode Indonesia) dengan materi Winterflame: The Other Side yang baru saja sukses di Kickstarter, dan Joyce Law (Unity) yang mengenalkan seri terbaru dari
engine tersebut. Dari GameLan (komunitas developer game Yogyakarta) juga menempatkan dua orang wakilnya untuk membagikan pengalaman, yaitu Andi Taru yang merupakan CEO dari Educa Studio, dan Dennis Adriansyah Ganda yang merupakan CEO dari Amagine Interactive. Andi Taru menjelaskan mengenai Educa Studio dan game-game edukasi yang menjadi andalan mereka, sedangkan Dennis memberikan pengetahuan mengenai chart di Google Play Store dan juga tips dan trik untuk menembusnya. Arena showcase sendiri menempati lobi bawah Universitas Atma Jaya dan diikuti oleh sembilan developer plus satu booth dari universitas. Peserta workshop sendiri datang dari Yogyakarta, Salatiga, dan Solo, bahkan ada dua developer yang datang dari Bali (Miracle Gates Studio) dan Own Games (Bandung) yang kembali mendapatkan kesempatan showcase kedua setelah dari Surabaya tanggal 1 Juni 2015 kemarin. Peserta showcase dari Yogyakarta dan sekitarnya antara lain Enthrean Guardian, Classeven, ArKode, Stellar-Null, Qu@ark, dan Wisageni. Karena menempati ruang lobi yang terbuka, maka tidak hanya peserta GDG 2015 Yogyakarta yang bisa mencicipi game-game showcase, melainkan juga para mahasiswa yang lalu lalang di universitas tersebut. Secara keseluruhan, gelaran GDG 2015 Yogyakarta berlangsung cukup semarak. Namun sayang, ada sedikit kekurangan di bagian
layout ruangan-ruangan yang digunakan selama acara. Karena jarak antar ruangan yang cukup jauh (ruang seminar di lantai empat dan
showcase di lantai dasar), maka seringkali area
showcase cukup sepi pengunjung saat sesi seminar berlangsung. Ruang
showcase baru terlihat ramai saat istirahat makan siang dan
coffee break. Selebihnya, jarang terlihat ada peserta seminar yang datang ke
showcase saat sesi seminar berlangsung. Selain itu, dua ruangan
workshop juga terpisah cukup jauh dari aula seminar dan lobi
showcase-nya. Setelah acara usai, masih ada makan malam bersama yang diikuti oleh beberapa pembicara, komunitas GameLan, media dan dari Unity. Di kesempatan ini, suasana menjadi sedikit meriah saat Kris Antoni menunjukkan prototipe game baru yang tengah dikembangkan menggunakan engine Unity 5. Bagaimana serunya suasana showcase di GDG 2015 Yogyakarta? Tunggu artikel selanjutnya!