Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Untuk menggantikan kinerja dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lalu, Presiden Jokowi membentuk sebuah badan khusus untuk Ekonomi Kreatif yang diberi nama dengan Badan Ekonomi Kreatif. Salah satu figur dari dunia seni musik, Triawan Munaf pun ditunjuk sebagai Kepala Badan Ekonomi Kreatif. [read_more link="http://www.duniaku.net/2015/01/27/jokowi-lantik-ayah-sherina-munaf-jadi-kepala-badan-ekonomi-kreatif/" title="Jokowi Lantik Ayah Sherina Munaf Jadi Kepala Badan Ekonomi Kreatif"] Memang sampai saat ini Triawan Munaf belum juga membeberkan apa saja agenda ke depan dari Badan Ekonomi Kreatif ini. Pun dengan perwakilan untuk masing-masing subsektor, meskipun sudah banyak nama kandidat yang bermunculan, terutama kandidat dari industri game. [read_more link="http://www.duniaku.net/2015/01/27/menebak-kandidat-wakil-subsektor-game-di-badan-ekonomi-kreatif/" title="Menebak Kandidat Wakil Subsektor Game di Badan Ekonomi Kreatif"] Meskipun kemarin kita sempat mendapatkan kabar kurang sedap dimana Triawan "ditolak" oleh DPR dan anggaran kerjanya tidak disetujui, namun harapan para pelaku industri game terhadap badan ini cukup tinggi. Duniaku berhasil mewawancarai beberapa developer game untuk mendengar apa harapan mereka terhadap Badan Ekonomi Kreatif ini. [read_more link="http://www.duniaku.net/2015/02/17/triawan-munaf-dpr-badan-ekonomi-kreatif/" title="Triawan Munaf Ditolak DPR. Badan Ekonomi Kreatif Tidak Dapat Anggaran?!"] Kris Antoni Hadiputra (CEO dari Toge Productions) Kris Antoni[/caption]
"Harapan saya, BEK bisa memberikan support yang nyata kepada pelaku industri game lokal, terutama kepada gamedev lokal.Support-nya antara lain:Adhicipta R. Wirawan (CEO dan Founder dari Mechanimotion) Adhicipta R. Wirawan[/caption]
- Program subsidi untuk pembelian software development seperti Unity, Adobe, dan lain lain.
- Program exposure dan pelatihan dengan mengirimkan gamedev untuk melakukan eksibisi produk di ajang internasional dan mengikuti konferensi.
- Menyediakan program inkubasi dan akselerasi bagi studio-studio yang ada di Indonesia.
- Memberikan apresiasi berupa penghargaan serta bantuan modal kepada developer yang berprestasi.
- Menjalin komunikasi yang erat dengan para pelaku industri dan komunitas gamedev indonesia."
"Dari pihak Mechanimotion, harapannya adalah:Anton Budiono (CTO dari Artoncode Indonesia) Anton Budiono[/caption]
- BEK harus memiliki "Nation Branding" Indonesia yang jelas, sehingga ada 1 visi budaya yg jelas dan terukur. Kemudian diturunkan menjadi strategi dan misi yg diwujudkan dengan mengkolaborasikan semua elemen ekonomi kreatif, termasuk game.
- BEK harus memiliki parameter kinerja yg jelas, terbuka, dan transparan sehingga setiap pelaku ekonomi dapat ikut serta mengetahui kinerja dan memiliki akses yang sama.
- BEK janganlah "Jakarta Sentris" karena industri kreatif game bukan di Jakarta atau Bandung saja."
"Artoncode ingin kunjungan ke GDC 2015 ini bisa menghasilkan laporan tentang industri game secara menyeluruh, dan gambaran yang lebih akurat tentang sejauh apa industri game Indonesia tertinggal dari internasional. Dengan demikian, Badan Ekonomi Kreatif bisa membuat program-program yang lebih relevan dan tepat sasaran untuk pengembangan industri game Indonesia. Semoga tahun depan BEK bisa ikut ke GDC atau Artoncode mewakili Badan Ekonomi Kreatif untuk mengajak pelaku di sana untuk membuka studio di Indonesia."Frida Dwi (CEO dan Founder dari Agate Jogja) Frida Dwi[/caption]
"Saya seneng, akhirnya di pemerintahan ada yang handle masalah Ekonomi Kreatif setelah Parekraf gak ada. kita jadi ada harapan lagi. :D Harapannya BEK bisa segera beraksi, khusus buat game industri moga makin banyak event yg bikin gamedev lokal makin dikenal. Kalau ada bantuan buat para game developer dalam bentuk apapun pastinya kita bakal sangat berterimakasih :D"
Eka Pramudita Muharram (CEO dari Mojiken Studio)
"Harapannya semoga bisa jadi penjembatan antara pemerintah dengan pelaku industri. Sehingga bisa terjalin kolaborasi yg mutual tanpa korupsi kolusi dan nepotisme, demi majunya industri kreatif di tanah air."
Rachmad Imron (Game Producer dari Digital Happiness)
"Sebenarnya kami sendiri juga belum paham benar pro ama kontranya Ekonomi Kreatif dalam lingkup badan eksekutif atau dibawah Kementrian. Intinya semoga program-programnya bisa realistis, berjangka panjang, dan pro terhadap konten lokal. Dan semoga bukan hanya sekedar program-program yang bersifat normatif belaka :)"Jasson Prestiliano (CEO dari Enthrean Guardian)
"Kalau menurut kami, sebenarnya pembentukan Badan Ekonomi Kreatif ini adalah suatu hal yang ditunggu-tunggu oleh semua insan kreatif tak terkecuali. Namun mungkin cara pembentukannya yang kurang transparan dan juga kurang melingkupi berbagai insan kreatif membuat Badan Ekonomi Kreatif akhirnya terbentuk dengan banyak kejutan. Dan kejutan paling besar saat Badan Ekonomi Kreatif menetapkan Kuliner, Fashion dan Musik sebagai lokomotif utamanya, karena industri tersebut sudah maju dari awalnya. Game yang memiliki potensi kurang diperhatikan. Harapan kami adalah industri game bisa lebih diperhatikan dan diayomi, sehingga banyak kesempatan untuk melaju dan dikenal baik secara Nasional maupun Internasional. Yang paling penting adalah sosialisasi tentang game yang tepat ke seluruh masyarakat Indonesia, karena media bahkan siapapun yang ditanya soal game pasti akan menjawab kalau game itu lebih banyak negatifnya."Andi Taru (CEO dari Educa Studio)
Luat Sihombing (Kepala Seksi Pengembangan Produk Industri Konten Multimedia, Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika Kemkominfo dan Koordinator FIKTIF)
- Salah satu problem kami di daerah adalah apabila pemerintah membuat program atau bantuan selalu diturunkan di salah satu lembaga / komunitas. Tidak secara langsung. Efeknya, hanya yang dekat yang dibantu oleh komunitas/lembaga tersebut. Sekali-kali pemerintah pusat main dong ke Salatiga liat Educa Studio dan Enthrean Guardian. Supaya tahu ada nih startup lokal yang sudah mulai mendunia, tetapi belum pernah disentuh sama sekali oleh pemerintah daerah maupun pusat. Pengalaman hanya yang di semarang saja yang diperhatikan. Sekali lagi, jangan melihat besar kecilnya kota. Tetapi value dan potensi produknya.
- Sekali-kali pemerintah pamerkan produk-produk lokal ke masyarakat secara intensif. Supaya masyarakat tahu ada juga produk berkualitas di negeri ini. Tetapi yg dipamerkan juga jangan pilih-pilih. Jangan juga dibatasi hanya studio X yang di-marketing-kan. Sebaiknya pamerkan yang memang bagus dan potensial. Tanpa melihat batasan-batasan.
- Perlulah sekali, mengadakan event kumpulkan semua gamedev yang ada. Kumpul-kumpul bareng, diskusi. Jangan juga yang dipanggil itu-itu saja. Hehehe. Banyak anak-anak muda baru yang berpotensi di bidang game ini.
- Saya berdoa, semoga badan ini tidak hanya menjadi wacana. Terutama yg di daerah, tidak boleh ada alasan lagi karena lokasi. Semua harus di-support penuh secara fair.
Badan Ekonomi Kreatif bukan sesuatu yang baru dalam tugas dan fungsi yang dimiliki pemerintah karena sudah ada pada Kementerian Parekraf periode pemerintahan sebelumnya. Jika mengacu pada best practices seperti Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan, Badan Ekonomi Kreatif diperlukan menjadi jembatan untuk melakukan promosi atas berbagai produk ekonomi kreatif Indonesia. Tetapi sebelum Badan Ekonomi Kreatif menetapkan rincian tugas dan fungsi, diperlukan koordinasi dengan kementerian teknis. Hal ini diperlukan untuk menyelaraskan tugas dan fungsi antara Badan Ekonomi Kreatif dengan kementerian teknis sehingga ada kesinambungan fungsi dalam rangka mencapai tujuan penguatan industri ekonomi kreatif yang mampu bersaing di tingkat global. Khususnya pada sektor industri informatika. Semoga Badan Ekonomi Kreatif nanti dapat menjadi partner kerja dalam menguatkan berbagai regulasi dan visi misi yang ada pada kementerian teknis.Robi Baskoro (CEO dari Duniaku.net)
"Saya berharap bahwa pemerintah melihat industri kreatif di indonesia sebagai tulang punggung penciptaan nilai tambah ekonomi di masa depan. Sehingga perhatiannya harus jauh lebih besar dan fasilitasinya lebih lengkap."