TUTUP

Simon Kinberg Masih Berupaya Membuat Sequel Fantastic Four

Fantastic Four boleh menjadi salah satu film dengan pendapatan terjeblok di musim panas, namun Simon Kinberg yang menulis dan memproduseri film ini masih belum menyerah ingin menggarap sequelnya!

[read_more link="https://static.duniaku.net/2015/08/Fantastic-Four-Anjlok-Negative-Zone.jpg">Berdasarkan kutipannya di atas, Kinberg sepertinya masih yakin kalau para pemeran utama Fantastic Four mampu menyajikan penampilan yang jauh lebih baik ketimbang yang disajikan di film pertamanya. Namun ia masih harus memikirkan bagaimana cara agar keempatnya bukan hanya bersedia untuk kembali tampil di sequel Fantastic Four, tapi juga bagaimana memanfaatkan mereka di film berikutnya. Dalam wawancara yang sama, Kinberg juga menyampaikan kekecewaannya terhadap liputan media barat tentang proses produksi Fantastic Four yang bermasalah. “I’ve been on plenty of happy movies that don’t turn out to be very good movies, I’ve been on a lot of unhappy, difficult sets that turn out to be great movies. There was a lot of attention on the process of making that movie. It’s hard, when you’re making a movie, movies are hard to make. It’s just the reality." Harus diakui, salah satu alasan Fantastic Four dibayang-bayangi kualitas buruk jauh sebelum filmnya rilis adalah cerita "horor" mengenai proses produksinya sendiri. Mulai dari kelakuan aneh Josh Trank, bocoran plot yang kontroversial, konflik di balik layar, dan banyak lagi, penonton sudah mendapat bayangan kalau kualitas filmnya pasti akan buruk. Tapi tetap saja, dengan kualitas film seperti itu, ditutup-tutupinya kejadian waktu produksi hanya akan menunda tanggapan buruk universal dari kritikus dan penonton. Jelas, Fox akan berupaya untuk terus membuat film Fantastic Four, minimal untuk membuat Marvel membayar mahal demi memperoleh kembali properti mereka ini. Tapi apakah sequel Fantastic Four adalah metode yang tepat untuk melanjutkan franchise ini? Sebenarnya sih tidak. Fans sudah begitu keberatan dengan apa yang tersaji di film pertama, hingga satu-satunya pilihan adalah menganggap semua yang terjadi di film pertama tak pernah ada.