TUTUP

Review Daredevil Season 2 - Daredevil Vs Punisher

Pekan ini, kamu akan melihat pertarungan superhero antara Batman Vs Superman. Namun sebelumnya kamu juga bisa melihat pertarungan dari dua vigilante Marvel di season 2 Daredevil: Daredevil Vs Punisher!

Musim perdana Daredevil dipuji-puji karena berhasil "menyelamatkan" karakter Daredevil dan Wilson Fisk dengan menyajikan tontonan berkualitas. Bagaimana dengan lanjutannya? Cek saja review Daredevil season 2 ini!
[read_more id="244886"] Matt Murdock mungkin berhasil menyingkirkan Wilson Fisk di musim perdana Daredevil. Namun itu bukan berarti Hell's Kitchen serta-merta menjadi kota Utopia. Masih ada sejumlah geng yang bersemayam di dalamnya, berniat menggunakan kekosongan kekuasaan untuk menjadi raja baru wilayah kota New York itu. Namun sejumlah geng ini justru sudah dihabisi duluan, dengan sangat, sangat brutal, oleh tokoh baru: Punisher. Apa sebenarnya motivasi Punisher? Benarkah dia hanya mengikuti gaya vigilante Matt Murdock? Didorong oleh kegilaan? Ataukah ia memiliki motivasi yang lebih mulia, meski caranya salah? Tapi bukan hanya itu saja masalah Matt. Seperti yang terlihat di trailer, ada satu geng yang Matt kira sudah kabur dari Hell's Kitchen namun ternyata mereka hanya berhibernasi. Para mafia Jepang, Yakuza, memanfaatkan kerusuhan Punisher dan absennya Fisk untuk mencoba menguasai Manhattan. Tapi apa sebenarnya yang menggerakkan mereka? Apakah hanya hasrat untuk memperoleh uang? Atau ada motivasi yang lebih kelam? Seperti yang bisa kamu baca dari rangkuman sinopsis di atas, musim kedua Daredevil menggunakan pendekatan yang berbeda dibanding sebelumnya. Alih-alih konflik besar antara Daredevil dan satu tokoh antagonis, yang efeknya merambat ke banyak karakter, kali ini Matt Murdock harus menghadapi dua ancaman sekaligus, dari para Yakuza dan juga Punisher. Dua plot ini kemudian berkembang dan bergerak bersamaan, walau - secara menakjubkan - pada akhirnya tidak bertabrakan. Salah satu yang wajib dibahas oleh review Daredevil season 2 ini tentunya adalah kualitas serialnya keseluruhan. Walau kehilangan Steven DeKnight, sosok di balik kesuksesan musim perdana, serial ini masih sangat kuat. Hal-hal yang kamu sukai dari musim perdana bisa kamu lihat lagi di sini, dengan skala yang lebih besar. Pertarungan? Koreografinya masih lebih brutal dan keren ketimbang pertarungan kekuatan super yang kamu lihat di layar lebar. Nuansa gelap? Juga masih ada. Kalau di musim perdana, karakter yang mencuri perhatian adalah Wilson Fisk, maka musim kedua ini dikuasai oleh Punisher. Memang, dalam dua film sebelumnya aktor-aktor Punisher selalu berhasil menyajikan karakter mereka. Thomas Jane dan Ray Stevenson berhasil membawakan Frank Castle dengan menarik di film yang kualitasnya biasa saja. Tapi Bernthal? Inilah yang terjadi kalau Frank Castle tampil di serial yang memang bagus. Perannya pun terasa. Jangan salah, alur cerita Punisher di Daredevil musim kedua ini bukannya tanpa masalah. Alurnya dimulai dengan sangat bagus malah. Kamu bisa terpaku menyaksikan empat episode awal sekaligus, saking menggigitnya konflik Punisher Vs Daredevil. Tapi, tanpa spoiler, konflik ini kemudian berjalan terlalu ruwet dan resolusinya seakan hanya dimasukkan untuk mempersiapkan kelanjutan karakter ini. Itu baru untuk komentar alur Punisher. Mau baca kelanjutan review Daredevil season 2? Cek halaman dua! [read_more id="243850"] Salah satu "fenomena" dalam Daredevil musim kedua adalah kemampuan para aktor dan aktris untuk menyajikan karakter mereka dengan memikat... walau sebenarnya kepenulisan naskah terasa berkurang dibandingkan musim pertama. Misalkan saja Foggy Nelson, sahabat Matt. Tidak mengherankan kalau kamu merasa Foggy hanya ditempatkan sebagai sumber drama. Walau ia memahami masalah Matt, dan dia telah mengetahui identitas rahasia, cara dia mengganggu Matt di musim kedua Daredevil ini bisa membuat emosi ke penonton. Tapi karakter Matt pun tak disajikan dengan baik oleh para penulis naskah. Sebagai perbandingan, kamu akan menyaksikan sendiri bagaimana Frank Castle memperlakukan orang-orang yang dekat dengan dia lebih baik dari Matt di musim ini. Dan dia itu adalah pembunuh massal. Chemistry Elodie Yung sebagai Elektra dengan Charlie Cox pun terasa kuat. Bahkan karakter Elektra pun disajikan dengan menarik, mengesampingkan beberapa perbedaan dari komiknya. Tapi cara perkembangan hubungan keduanya, dan juga akhirnya, terasa kurang dan berpotensi bikin fans bertanya-tanya. Keputusan para sutradara untuk menggunakan dua alur sekaligus juga justru menghambat serial ini. Alur Punisher terasa akan lebih baik dipisah ke serial tersendiri, dengan bintang tamu Daredevil. Saat plot ini dihadapkan dengan plot Yakuza, yang kemudian masuk ke alam mistis Marvel, plot Yakuza pun terasa... aneh. Musim kedua Daredevil ini juga memiliki persoalan ala Age of Ultron. Tim penulis seperti hendak mempersiapkan alur cerita yang lebih besar, hingga plotnya terasa terlalu penuh dan resolusi untuk setiap karakter pun tak terlalu memuaskan. Tapi review Daredevil musim kedua ini tentunya tak akan sepenuhnya menyorot sisi negatifnya saja. Mengesampingkan semua kelemahan itu, Daredevil musim kedua tetap tontonan yang menarik. Serial ini tetap memiliki aksi, drama, dan unsur kelam yang membedakannya dari seri-seri Marvel lain. Lagi pula, kamu bisa menikmati serial ini dengan biaya yang rendah. Entah sebagai bagian dari paket Netflix atau lewat jalur lain. https://youtu.be/m5_A0Wx0jU4