TUTUP

Inilah 5 Alasan Crows X Worst Populer di Indonesia!

Bisa dibilang Crows X Worst populer di Indonesia. Kenapa judul yang satu ini bisa memiliki begitu banyak fan? Inilah beberapa alasannya!

Bisa dibilang Crows X Worst populer di Indonesia. Kenapa judul yang satu ini bisa memiliki begitu banyak fan?

Uniknya, walau manga Crows saja sudah laku hingga 32 juta kopi ke seluruh dunia, Crows X Worst populer terasa sekali di Indonesia. Kalau kamu mencari informasi soal Crows Zero, Crows, atau Worst, kamu bisa saja menemukan beberapa blog dan artikel yang asalnya dari Indonesia. Atau bahkan dari Duniaku.net. Menurut penulis, inilah alasan mengenai kenapa Crows X Worst populer. Terutama di Jepang dan Indonesia. [page_break no="1" title="Menyajikan Pertarungan Seru"] [read_more id="279775"] Animanga yang laku biasanya adalah yang menyajikan aksi dan pertarungan seru. Lihat saja Naruto, Bleach, One Piece. Semua judul Crows X Worst menyajikan duel-duel keren dan mendebarkan. Ada yang berlangsung sangat singkat tapi bisa memukau pembaca, ada juga yang berlangsung lama dan menunjukkan seberapa tangguh masing-masing petarung. Saat Worst, kemampuan Hiroshi Takahashi untuk menyajikan pertarungan seru pun semakin meningkat hingga manga itu sangat enak dibaca. Tak hanya di manga, Takashi Miike juga sukses menyajikan pertarungan brutal dan liar ke layar lebar lewat Crows Zero dan Crows Zero II. Tidak heran kalau seri Crows X Worst bisa populer. Pembaca bisa menonton filmnya dan merasa asyik, sementara penonton bisa beralih membaca manganya dan disuguhi aksi-aksi yang bahkan lebih heboh. [page_break no="2" title="Membumi dan Realistis"] Sekumpulan pelajar yang rutin berantem tanpa efek kesehatan jangka panjang memang tidak realistis. Terutama karena anak-anak SMA ini ada yang sampai dipatahkan lengan dan kakinya, tapi bisa berantem seperti semula lagi setelah perawatan sebentar. Namun tetap saja latar Crows X Worst lebih realistis dari banyak judul manga lain; termasuk yang sama-sama menyorot pertarungan remaja. Para petarungnya kebanyakan hanya mengayunkan tinju dan tendangan tanpa teknik. Hanya sesekali saja ada petarung yang bisa bela diri, dan mereka biasanya otomatis menjadi pentolan ditakuti. Tidak ada jurus-jurus sakti seperti hadouken atau kamehameha untuk membantu para petarung meraih kemenangan. Para pelajar ini bertarung sungguhan, dengan teknik dan gaya yang bisa kamu lihat juga di dunia nyata. Kemampuan Takahashi menyajikan setiap pertempuran menggigit tanpa jurus sudah bisa dibilang sebagai prestasi tersendiri. Pembaca tetap berdebar-debar saat menyaksikan para pelajar favorit mereka beradu tinju. Terutama bila si tokoh yang bertarung ini bukan petarung selevel Bouya, Genji, atau Hana, hingga sulit menebak apa dia akan menang atau kalah. [page_break no="3" title="Menyajikan Gejolak Remaja"] Tapi bukan pertarungan-pertarungannya saja yang membuat Crows X Worst populer. Di versi manga terutama, kamu akan diperlihatkan gejolak kehidupan siswa SMA. Bahkan di SMA yang lebih sering tawuran ketimbang berantem seperti Suzuran. Anak-anak kelas 1 SMA di Suzuran biasanya diperlihatkan paling bersemangat. Sama saja seperti anak SMP yang baru pertama mengenakan seragam putih abu-abu di sini. Kelas 2 SMA adalah puncak, di mana pertarungan-pertarungan paling utama biasanya pecah. Lalu datang masa kelas 3 SMA. Para petarung yang di kelas 1 dan 2 begitu membara biasanya akan melunak. Masa mereka senang-senang perlahan surut, digantikan pertanyaan: "Apa yang harus saya lakukan untuk masa depan?" Ada yang menjawab dengan mundur dari sekolah dan bekerja. Ada yang lulus dan kuliah (meski sangat sedikit). Ada juga yang benar-benar lulus dulu baru cari kerja. Begitu ditempatkan di dunia yang realistis, gejolak ini terasa nyata dan akan menyentuh pembaca SMA juga. Mau yang di Jepang atau yang di Indonesia.
  Itu baru tiga alasan kenapa Crows X Worst populer. Mau dengar dua alasan berikutnya? Silakan simak di halaman kedua!  [page_break no="4" title="Tidak Menghakimi Pelajar Bermasalah"] [read_more id="279618"] Yang namanya berandalan di dunia manga biasanya disajikan sebagai musuh. Protagonis awamnya adalah anak yang suka ditindas, dan kemudian dengan suatu cara belajar bela diri. Saat si protagonis awam ini mengalahkan berandalan, ia lalu akan bertarung dengan musuh-musuh yang lebih tangguh. Crows X Worst tidak menggunakan pakem itu. Genji dan Bouya semuanya adalah berandalan tulen, demikian pula dengan semua teman sekolah mereka. Tapi mereka tidak sekedar karakter dua dimensi yang ada hanya untuk ditonjok oleh seorang protagonis awam. Justru mereka adalah tokoh utamanya, dan kamu akan diperlihatkan bahwa mereka bisa beraksi sebagai protagonis, meski dengan alasan mereka sendiri. Bahkan sesama berandalan yang tadinya menjadi musuh pun bisa ditunjukkan memiliki sisi positif tersendiri. Sedikit musuh yang berakhir tragis di Crows X Worst. Tanpa ceramah dari tokoh utamanya pun para antagonis dapat melihat sisi lain dari pandangan mereka setelah beradu tinju. [page_break no="5" title="Versi Filmnya Sangat Memikat"] Selain empat alasan di atas, tak bisa dilupakan kalau Crows X Worst populer karena Crows Zero. Terutama di Indonesia. Takashi Miike sebagai sutradara Crows Zero dan Crows Zero II sukses menyajikan film yang stylish, menghibur, dan sesuai dengan jiwa dari manganya sendiri. Aktor seperti Shun Oguri dan Takayuki Yamada pun sukses membawakan karakter-karakter utamanya menjadi hidup. Setelah menonton filmnya, yang suka melihat gaya berandalan Suzuran pun akan mencari manganya. Mengingat Crows dan Worst sudah tamat, tak sulit juga menghabiskan film dan seluruh manganya secara maraton.
  Itulah lima alasan kenapa Crows X Worst populer. Tapi patut diingat, aksi perkelahian Genji, Bouya, Hana, dan sisa-siswa SMA Suzuran lebih baik kamu nikmati dengan membaca manga atau menonton filmnya saja. Jangan dicoba betulan kecuali kamu mau bermasalah dengan polisi dan mengalami masalah kesehatan permanen. Ada topik Crows X Worst lain yang ingin kamu baca? Kamu bisa menyampaikan di komentar!