Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Comifuro 5, photo credit to Comifuro[/caption] Akhir-akhir ini mungkin saya merasa terlalu sering datang ke doujinshi event di Indonesia, khususnya di Jakarta. Melihat perkembangan event sejenis yang berkembang begitu pesat setiap tahunnya, membuat saya tersadar bahwa akhir-akhir ini event sejenis lumayan seiring diadakan, berbeda dengan beberapa tahun lalu. Tidak hanya event doujinshi saja, namun juga acara-acara Jejepangan, baik yang diadakan oleh organizer lokal, maupun yang mendatangkan artis langsung dari Jepang. Karya-karya yang dijual pun tidak kalah bagusnya dengan buatan ilustrator aslinya. Saya mencoba memutar balik apa yang memicu semua ini, dan mengapa akhir-akhir ini banyak bermunculan event sejenis. Oh ya, bagi yang belum tahu, yang saya maksud dengan event doujinshi di sini adalah event yang menjual fanart atau komik self-publish dari serial yang sudah terkenal, biasanya dari anime dan manga. Bagi saya, semuanya mulai di-trigger dengan hadirnya Anime Festival Asia yang pertama di Indonesia, yaitu pada tahun 2012. Ketika itu event tersebut juga membuka Creator's Hub, booth di mana para kreator bebas menjual hasil karya mereka, yang langsung ramai diserbu oleh pengunjung sejak hari pertama. Setelah itu saya merasakan bahwa perkembangan doujin di Indonesia bertumbuh dengan cukup pesat, diiringi dengan semakin banyaknya event Jejepangan yang diadakan di Indonesia, khususnya Jakarta. Mungkin tidak semua orang berpendapat demikian, namun itulah yang saya rasakan.
Event doujinshi di sini adalah event yang menjual fanart atau komik self-publish dari serial yang sudah terkenal, biasanya dari anime dan manga.
Sebelum AFAID hadir pertama kalinya tahun 2012, ada event pop culture lain yang juga sudah punya nama di Indonesia, seperti Hellofest misalnya, yang sudah diadakan bertahun-tahun sebelum AFA masuk ke Indonesia. Event ini diadakan oleh HelloMotion Academy, yang tidak fokus pada doujin saja, namun juga ajang di mana para kreatif bisa memamerkan karya mereka, seperti film pendek, animasi 2D, animasi 3D, dan juga termasuk fanart tentunya. Namun yang saya rasakan, event doujin begitu menjamur selepas AFAID 2012, mungkin karena di event tersebut potensi pasar sudah mulai terlihat. Jika menilik jejak event doujinshi sebelum AFAID 2012, ada juga nama event tahunan yang sampai saat ini masih selalu diadakan, yaitu Comic Frontier (Comifuro). Event ini adalah besutan komunitas di Universitas Indonesia. Diadakan pertama kali tahun 2012, tercatat ada 35 circle yang berpartisipasi. Namun setiap tahunnya jumlah circle tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu 47 circle (Comifuro 2), 100 circle (Comifuro 3), 200 circle (Comifuro 4), dan di Comifuro 5 yang sudah diadakan di awal tahun 2015 ini terlihat semakin banyak circle yang berpartisipasi. Comifuro 6 sendiri akan diadakan pada bulan Agustus, yang berarti di tahun 2015, Comifuro diadakan dua kali setahun. Menggunakan settingan meja ala Comicket di Jepang, banyak yang menyebut event ini sebagai mini-comicket. Pasar Komik Bandung (Pakoban) 2014, photo credit to Pakoban[/caption] Selain itu juga ada doujinshi event yang memulai debutnya di tahun 2014 kemarin, seperti Pasar Komik Bandung (Pakoban) dan juga Cocoon Festival. Pakoban, seperti namanya, diadakan di Bandung. Namun di tahun lalu, sebuah circle dari Jakarta yang ikut berpartisipasi di event tersebut, mengatakan bahwa pembeli tidak cukup ramai, hanya ramai di bagian panggung saja. Tetapi di tahun ini, sepertinya sudah membaik dan saya melihat cukup banyak perkembangan. Untuk Cocoon Festival sendiri, diadakan di Jakarta Design Center sejak tahun lalu, cukup dipadati oleh pengunjung, meski areanya kecil dan mengingat tempatnya adalah sebuah 'mall' furniture yang tidak akan dikunjungi orang jika tidak ada keperluan, namun masih banyak yang datang ke event tersebut. Tidak hanya bisa menemukan circle yang menjual hasil karya mereka, namun juga ada talk show atau live drawing dari pakar di bidangnya. Misalnya di tahun lalu, ada talk show mengenai Nusantaranger. Jika membicarakan event para kreator, sepertinya masih kurang kalau belum menyebut Popcon. Event yang pertama kali diadakan pada Juni 2012 ini juga bisa dibilang mirip-mirip dengan Hellofest, di mana yang dipamerkan tidak hanya karya fanart anime manga, namun juga ada studio-studio ilustrasi ternama di Indonesia yang berpartisipasi, talk show dengan para pakar, dan juga orang-orang yang memamerkan hasil karya mereka seperti film dan animasi. Tahun lalu juga ada Indonesia Toys, Game, and Comic Convention (ITGCC), sebuah event pop culture barat dan timur. Event yang juga diadakan di Singapura dengan nama Singapore Toys, Game, and Comic Convention (STGCC) ini juga menghadirkan artist alley, seperti Creator's Hub di AFA di mana circle bisa menjual hasil karya mereka. Namun yang saya rasakan ketika menghadiri event tersebut adalah konsep dan konten yang kurang matang dari event itu sendiri, sehingga pengunjung tidak terlalu ramai, dan yang pasti hal tersebut membuat artist alley tidak kebanjiran pengunjung. Di tahun 2015 ini, event ini akan diadakan kembali dengan nama Indonesia Comic Con. Hot Event, photo credit to Figure Photo Studio[/caption] Ada beberapa event yang suka membuka space untuk para kreator berjualan, seperti Hot Event dan Hobbyfest di PRJ misalnya. Event pertamanya sendiri cukup ramai, namun seiring berjalannya waktu, pengunjung tetap ramai, namun yang dirasakan oleh circle yang berjualan di sana adalah pembeli yang berkurang. Dengan banyaknya drama yang mewarnai organizer event tersebut, dapat dirasakan juga animo komunitas untuk event tersebut cukup menurun. Di kota lain seperti Surabaya sendiri, ada event pop culture yang populer yang pertama kali diadakan tahun lalu, yaitu AniCult. Di event ini, selain juga menyediakan tempat untuk para circle berjualan, juga mendatangkan cosplayer terkenal dari luar. Cukup ramai pengunjung, dan menurut saya event ini bisa menjadi trigger untuk event-event doujinshi berikutnya di Surabaya. Datang ke begitu banyak doujinshi event, saya mengamati bahwa penjualan tersukses hanya ada di AFA. Mungkin begitu matangnya konten dan konsep acara, membuat pengunjung tidak hanya dari Jakarta saja, dan yang lebih penting, mereka menyiapkan uang untuk dibelanjakan. Melihat hal ini saya jadi berpikir, apakah pasar di Indonesia sudah siap dengan banyaknya doujinshi event yang diadakan? Kebanyakan event diramaikan oleh para komunitas yang ingin berkumpul bersama, atau sekedar cuci mata. Banyak circle yang berjualan di satu event, memutuskan untuk menjual barang yang sama di event berikutnya karena belum tertutupinya ongkos produksi mereka, sehingga event lain hanya seperti acara cuci gudang. Mungkin juga doujinshi event yang lain hanya menjadi alat branding untuk sebuah circle. Mungkin!