Gara-gara faktor ini sinetron Indonesia masih merajalela hingga sekarang!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Penasaran kenapa sinetron masih tetap tayang di Indonesia? Berikut ini beberapa faktor yang memengaruhinya.
Tanpa kita sadari, sebenarnya tayangan televisi Indonesia sedang dijajah. Lebih tepatnya dijajah oleh serbuan deretan sinetron yang selalu hadir di jam
prime time. Mungkin bukan jadi masalah jika serial
sinetron tersebut memberikan hiburan sekaligus nilai edukasi. Namun sayangnya, kebanyakan sinetron Indonesia malah hanya memperhatikan hiburannya saja. Terlebih dengan alur cerita yang rumit tanpa arah tujuan yang jelas sehingga membuat jumlah episodenya membengkak sampai ribuan. Kehadiran banyaknya sinetron tak mendidik juga secara tak langsung memberikan dampak buruk bagi penonton, terutama penonton di bawah umur. Terlebih dengan hilangnya tayangan kartun atau anime yang memang menjadi hiburan utama anak-anak. [duniaku_baca_juga] Meski banyak mendapat protes dari banyak kalangan, namun acara-acara sinetron tak mendidik masih saja tayang di berbagai televisi swasta. Mungkin karena beberapa alasan ini kenapa sinetron masih tetap tayang di Indonesia. [page_break no="1" title="Punya Basis Penonton yang Banyak"]
Mungkin cukup mengejutkan, tapi nyatanya acara-acara sinetron yang tayang di jam
prime time punya basis fan yang cukup masif dan fanatik. Sebut saja seperti
Tukang Bubur Naik Haji, Anak Jalanan, atau
Tukang Ojek Pengkolan. Ya, Mungkin salah satu penonton setianya adalah orang tuamu. Hasil riset Nielsen tentang pengukuran pemirsa televisi pada tahun 2012 menunjukan jika sinetron adalah jenis acara paling diminati oleh penonton di Indonesia. Dalam riset tersebut diketahui jika penonton Indonesia bisa menghabiskan sekitar 197 jam untuk menonton sinetron. Angka itu bukan tak mungkin akan terus bertambah setiap tahun mengingat acara-acara sinetron semakin banyak bermunculan. [page_break no="2" title="Rating Tinggi"]
Dengan jumlah penonton yang begitu banyak tentu akan berbanding lurus dengan nilai rating yang dihasilkan. Dalam satu bulan terakhir saja, lima rating tertinggi didominasi oleh sinetron-sinetron dari dua saluran televisi swasta yakni RCTI dan SCTV. Di era modern di mana persaingan begitu ketat, faktor rating menjadi harga mati bagi stasiun televisi. Pasalnya dengan semakin tinggi rating, semakin banyak pemasang iklan. Jadi tak mengherankan mengapa beberapa stasiun televisi begitu bernafsu membuat beragam judul sinetron yang memang punya pangsa pasar besar. Sebaliknya, cari saja judul anime di 10 besar di atas. Tidak ada, bukan? Setidaknya sih
Upin & Ipin serta
Adit & Sopo Jarwo masih cukup tinggi ratingnya, memberi harapan bagi penonton Indonesia. [page_break no="3" title="Sistem Rating yang rancu"]
Sayangnya sistem rating yang dipakai sekarang tidak bisa sepenuhnya menunjukan jika acara tersebut memang benar-benar bagus. Acara dengan rating yang tinggi belum tentu acara tersebut berkualitas. Internet cepat belum bisa menjangkau seluruh Indonesia. Tak semua kalangan juga bisa menyaksikan siaran TV kabel dan sejenisnya. Pada akhirnya anggota masyarakat yang tidak beruntung mempunyai akses teknologi hanya bisa mengakses TV lokal. Dan acara yang paling banyak tersedia di TV lokal ya sinetron.
Alasan apalagi yang membuat kenapa sinetron masih tetap tayang di Indonesia? Cek di halaman selanjutnya!
[page_break no="4" title="Pendapatan dari Iklan"]
Pendapatan terbesar sebuah televisi swasta berasal dari iklan yang tayang. Bahkan sebuah stasiun televisi bisa meraup triliunan rupiah hanya dari sektor ini. Dan seperti sempat disinggung di atas, tinggi rendahnya rating akan memengaruhi besarnya iklan yang masuk. Tentunya tayangan sinetron yang memang punya rating tinggi punya sumbangsih besar dalam pendapatan sebuah stasiun televisi. Ujung-ujungnya, pihak produksi pun bakal terus mempertahankan acara sinetron sampai beratus-ratus episode. [page_break no="5" title="Biaya Produksi Rendah"]
Alasan kenapa sinetron masih tetap tayang di Indonesia adalah biaya produksinya yang rendah. Manoj Punjabi, petinggi dari MD Animation menuturkan jika biaya produksi satu episode film animasi sama dengan biaya produksi 40 episode sinetron. Perbadaan sangat besar itulah mengapa sinetron masih jadi primadona sebagai mesin uang televisi swasta. Tak mengherankan dengan sistem kejar tayang, pihak produksi tentu akan mati-matian memenuhi target jadwal tayang. Imbasnya, karena semua dilakukan secara terburu-buru, kualitas film pun juga jadi turun. Mulai dari plot cerita, properti yang ala kadarnya, sampai akting pemainnya yang memprihatinkan. [page_break no="6" title="Lemahnya KPI"]
Meskipun belakangan dikenal cukup ketat dalam menyeleksi tayangan-tayangan yang kurang mendidik, sayangnya beberapa teguran Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI seperti dianggap angin lalu oleh sinetron-sinetron yang membandel. Sebut saja seperti sinetron
Anak Jalanan yang sudah beberapa kali mendapat teguran dari KPI namun tetap saja berulah sampai sinetron tersebut tamat. Andai KPI lebih berani memberhentikan tayangan-tayangan kurang mendidik, mungkin kita tak perlu lagi khawatir akan munculnya sinetron tak bermutu yang merusak moral bangsa. Tapi untuk sekarang, KPI justru hanya bisa efektif menekan anime, yang di Indonesia tidak didukung oleh pemilik modal kuat seperti sinetron.
[read_more id="306797"] Jadi sekarang kamu tahu kenapa sinetron masih tetap tayang dan serial kartun atau anime mulai tersisihkan dari layar kaca televisi tanah air. Bagaimana tanggapanmu soal situasi ini? Sampaikan saja di kolom komentar!