Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pendemo yang mayoritas berasal dari kalangan pengemudi Blue Bird ini sejak pagi telah melakukan sweeping terhadap taksi-taksi atau pun kendaraan umum yang masih beroperasi di jalanan. Bahkan sweeping ini sampai ke tengah jalan tol yang menyebabkan terjadinya hambatan lalu lintas. Sweeping dilakukan dengan cara memberhentikan mobil-mobil taksi, dan memaksa penumpangnya ikut turun. Tak sampai di situ, para demonstran tak segan untuk merusak mobil taksi yang tak ikut berdemo. “kaca depan, jendela samping kanan, kaca spion taksi saya pecah. Beberapa body-nya pun penyok” kata Sar’ali, pengemudi taksi yang mobilnya dirusak demonstran pada pihak kepolisian. Menurut polda metro jaya, terdapat dua laporan taksi yang telah dirusak oleh para demonstran.
Selain merusak mobil-mobil taksi yang tak ikut berdemo, para pengemudi ojek online seperti Gojek dan Grab Bike tak luput dari amuk masa. Ojek online yang kebetulan sedang melintasi area tempat demonstran berkumpul, menjadi bulan-bulanan mereka yang kesal akan adanya transportasi online.
Tentu aksi anarkis dan premanisme tersebut sungguh disayangkan. Melihat Indonesia yang berstatus sebagai negara hukum, semua masalah lebih baik diproses secara hukum juga termasuk masalah transportasi online ini.
Namun sayangnya, para demonstran yang mayoritas pengemudi Blue Bird lebih memilih untuk main hakim sendiri. Perbuatan para supir Blue Bird tersebut mungkin lebih cocok dilakukan jika mereka sedang ada di dunia game, khususnya game Grand Theft Auto San Andreas. Dalam game tersebut, si tokoh utama Carl Johnson bebas sesuka hati melakukan tindakan kriminalitas apa pun. Termasuk premanisme seperti berkelahi dengan orang tak dikenal atau mengahancurkan mobil-mobil yang sedang melintas di jalan. Kejadian Selasa 22 Maret lalu, membuktikan bahwa para pendemo dari PPAD sudah cocok untuk hidup di dunia GTA San Andreas.
Namun siapa yang cocok memerankan Carl Johnson versi pengemudi angkutan umum? Jawabannya mungkin adalah Feri Yanto yang mengaku sebagai supir taksi Blue Bird.
Pada halaman facebooknya, Fery mengajak pengemudi taksi se-Jabotabek untuk ikut berdemo di depan Istana negara “Sy mengajak rekan2 pool ME, MT, MJ, JE, BDE, LL, LR, YD, OE, TJ, TT, GDG, MWK dan semua pool Jabodetabek untuk menghadiri demo besar-besaran pada Selasa 22 Maret.”
Selain itu, Feri juga mengajak teman-temannya untuk mempersenjatai diri dengan senjata baik tajam maupun tumpul “Jangan lupa bawa benda tumpul dan tajam, kalau perlu bom molotov, antisipasi jika Uber dan Grab lewat, langsung bantai” seperti dikutip di laman Facebook Feri Yanto.
Bagaimana tanggapan kalian Citizen terhadap aksi para supir Blue Bird yang berlangsung di ibukota kemarin? Khususnya, terhadap Feri Yanto, yang terang-terangan mengucapkan kata-kata bernada anarkis. Meskipun dari penyelidikan diketahui jika Feri Yanto sudah tidak berstatus sebagai supir resmi Blue Bird saat ini (menurut keterangan Blue Bird, sejak akhir tahun lalu), namun tetap saja dia menyandang status pernah menjadi supir angkutan umum. Dan apa yang diucapkannya melalui akun Facebook-nya tersebut kami rasa sesuatu yang sangat tidak pantas diucapkan oleh seorang super kendaraan angkutan umum, dimana kesalamatan penumpangnya juga bergantung kepadanya.
Penulis sendiri belum mengetahui sejauh mana efek demo yang terjadi kemarin, namun yang pasti, banyak pihak langsung bisa menyimpulkan, siapa yang justru diuntungkan pasca kejadian kemarin, seperti yang tergambar jelas dalam kutipan berikut: