TUTUP

10 Alasan Kenapa Seorang Gamer Layak Jadi Pacar Idaman!

Sampai akhirnya terlontar kata, kupinang engkau dengan.... PlayStation 4!

Hari Valentine. Kami yakin banyak Citizen Duniaku yang sudah punya rencana bareng pasangannya, dan semoga juga sudah mengantisipasi kendala yang diramalkan BMKG jika kalian bikin rencananya di luar ruangan. Namun bagi kalian yang punya pasangan gamer, pasti sudah bisa mengantisipasi keadaan tersebut, dan menyiapkan banyak game yang mendukung untuk menghabiskan waktu secara positif. Apalagi jika main gamenya barengan di rumah doski, kalian bisa sekalian mengenal keluarganya lebih dalem. Sekali kayuh, dua tiga pulau terlampaui... Sambil menyelam minum air! [read_more id="187468"] Asal jangan sampai tenggelam aja ya... Karena walaupun Duniaku sudah menuliskan jika gamer itu memang pacar idaman, kami yakin sterotip negatif terhadap seorang gamer itu masih banyak diperbincangkan di lingkungan sekitar kita, tanpa pengetahuan yang baik terhadap sebuah game, dan khususnya gamernya itu sendiri [Baca: Salah Sasaran, GTA V Dituduh Ajari Anak-anak Berbuat Zina!]. [read_more id="166972"] So, berikut kami berikan kembali beberapa alasan kenapa kalian itu harus berpacaran dengan gamer. Kenapa gamer layak jadi pacar kalian. Kenapa gamer itu bisa menjadi salah satu kriteria calon pendamping yang paling banyak dicari saat ini. Gamer, selain mempunyai cara pemikiran yang cepat, pintar dan tetap cool meskipun sedang mengalami masalah, mereka juga rata-rata sangat setia. Selain itu, gamer juga bakal memberikanmu pengalaman seru dan berbeda dari tipikal manusia lain yang hobinya itu-itu saja. Langsung saja pada alasan alasan-alasan kenapa gamer layak jadi pacar, yang bisa kalian simak di bawah ini.


[page_break no="1" title="Gamer Itu Jago Multitasking"]
Siapa bilang gamer itu gak bisa melakukan hal lain selama dia menghabiskan waktu berjam-jam memainkan video game? Walaupun video game itu dianggap sebagai 'pacar'nya, namun konsol generasi delapan sudah dilengkapi dengan antar muka layaknya jejaring sosial, yang akan memberi notifikasi seandainya ada "colekan" dari pacar. Bahkan jadwal yang sudah diatur bareng doski gak akan kelewatan dari pantauan layar selama memainkan game. Oke, itu berkat dukungan sistem gamenya. Coba deh amati ketika dia berlama-lama main game. Meskipun laper, dia tidak meninggalkan kontroler atau meja ngegame-nya, dan melanjutkan permainan sambil makan. Belum cukup? Coba kalian lihat para pemain game shooter multiplayer yang lagi main secara koperatip. Untuk berkoordinasi dengan anggota timnya, mereka gak cuma perhatikan karakternya aja di layar, tapi juga terus aktif berkomunikasi dengan rekan setimnya loh... Logikanya, gamer masih bisa diajak curhat via telepon selama dia mainin gamenya. Hebat, bukan? Catatan aja sih untuk para gamer, kalau pacar kalian memang niatnya ngajak ngorbol via telepon, atau chat, jangan sampai ketahuan yah kalau lagi nge-game, ntar dia ngambek karena dianggap perhatian kalian ga fokus. [read_more id="105351"] Lanjut ke halaman 2...
[page_break no="2" title="Lihai Mengelola Keuangan"]
Kalian Citizen Duniaku pasti gak bisa ngitung ada berapa banyak game yang kami bahas tiap bulannya. Puluhan game, untuk tiap platform berbeda dirilis tiap bulannya. Harga gamenya bervariasi. Mulai Rp. 10 ribuan untuk tipikal game henpun, sampai jutaan untuk game handheld atau konsol. Dengan harga game yang dijual dewasa ini sudah masuk kategori mahal, gamer otomatis harus pandai dalam mengelola keuangannya. Gak mungkin kan duit gaji sebulan dihabiskan hanya untuk memuaskan hobinya saja, gak ada sepeser pun untuk dinner bareng doi? Egois tuh namanya... Mereka pun sudah terlatih untuk hemat, memilah mana game yang paling pas dibeli, dan justru tidak anti-sosial, karena dia bakal lebih sering keep-in-touch dengan komunitasnya untuk mengetahui apa yang lagi rame dan worth untuk dimainkan. Mereka juga bisa berpikir taktis menjari alternatif untuk bisa mainin game buruannya, namun dengan tetap berhemat. Biasanya sih, beli game 2nd, untuk meminimalkan kerugian ketika harus dijual kembali. Jika ga pengen dijual, doi biasanya udah nabung jauh-jauh hari lho, jadi ga bakal ganggu cash flow-nya ketika tiba tanggal perilisan game tersebut, dia harus langsung beli dan mainkan. Oh ya, kalian juga jangan kesampingkan faktor satu ini. Jika bosan dengan tempat hangout yang biasanya, gamer selalu ada opsi main game di rumah. Cukup sediakan cemilan, soft drink, dan satu game casual baru yang asyik dimainin bareng-bareng. Apalagi BMKG ramalkan tanggal 14 ini seharian hujan. Lebih aman bebas kzl dan zbl jika seandainya keadaan tak terduga terjadi (baca: banjir yang udah mencapai sedada orang dewasa misalnya), sekaligus juga, hemat duit dan BBM (tahu sendiri kan, malem minggu itu macetnya seperti apa)!
[page_break no="3" title="Mereka Up-to-Date Teknologi Terkini!"]
Banyak yang berpikir, gamer yang lebih banyak habiskan waktu di depan layar televisi atau PC itu wawasannya sempit, dunia mereka hanya sebatas kontroler yang dipencet atau diayunkan saja. Wah, salah besar tuh... Justru gamer itu rata-rata gak ada yang gaptek lho... Buktinya, mereka pasti tahu betul (yang bener-bener gamer lho ya!) spesifikasi konsol atau PC yang mereka gunakan untuk bermain... Sebelum membeli, mereka pasti udah survei duluan, seliweran ke komunitas group-group gamer yang banyak bertebaran di Facebook, membeli majalah game seperti Zigma atau Omega, cari referensi dulu deh pokoknya, sebelum putuskan ambil duit di rekening untuk beli mesin game impiannya. Mereka juga cenderung up-to-date dengan teknologi baru, serta ga bakalan bengong dengan istilah seperti CPU, CGA, HDD, HDMI dll. Jika pacar gamer game-game mobile yang biasa dimainin di smartphone atau tablet, mereka juga paham mana tipe ponsel yang pas untuk nge-game. Itu jelas bisa jadi poin plus lho sist... bayangin aja, ketika kamu nanya ke doski gimana caranya backup foto-foto selfie kalian ke dropbox, dia malah arahkan kalian ke kotak pos kan ga keren sama sekali tuh! Lanjut ke halaman 3...
[page_break no="4" title="Nilai Positif Gamenya Kebawa di Dunia Nyata!"]
Untuk yang satu ini, kalian juga jangan ragu. Banyak game yang memberi ide kreatif bagi gamer dan menerapkannya di kehidupan nyata. Contohnya, game seperti Hay Day mengajarkan pemainnya agar jangan menjual barang mentah, karena nilai ekonominya pasti tidak akan setinggi barang jadi seperti Keju, Pie, dan Selai. Selain itu, barang hadi juga jauh lebih cepat terjual dan diminati daripada barang mentah seperti susu atau gandum yang menjadi bahannya. Mengapa? Karena waktu yang dibutuhkan untuk membuat barang jadi tersebut cukup lama dan tentunya harga jualnya jauh lebih mahal daripada barang mentah. Kita tidak ada masalah untuk membuat barang-barang jadi karena resource kita cukup banyak bukan? Lebih laris dan harga jual lebih mahal, mengapa tidak? Gamer yang kreatif dan bisa menangkat pola bisnis seperti itu bisa mencontoh dan menerapkannya di kehidupan nyata.
[page_break no="5" title="Gamer Itu Pengertian Lho!"]
Tipikal gamer biasanya memang perlu waktu khusus dia ingin fokus menyelesaikan permainannya yang tertunda. Saat itu terjadi, mereka tidak ingin diganggu, dan akan terus berusaha pantang menyerah sampai berhasil memecahkan masalahnya dalam game. Dan gamer tahu jika mereka perlu privasinya terjaga, karena aktivitas tersebut biasanya perlu konsentrasi tinggi. Gamer, biasanya pengertian, dan memahami seandainya pasangan juga ingin saat-saat sendiri tanpa pasangannya untuk melakukan kegiatannya yang lain. Lanjut ke halaman 4...
[page_break no="6" title="Mereka Juga Bisa Kendalikan Emosi"]
Kalau yang satu ini, sudah banyak yang tahu jika sejak era game 8-bit pada tahun 80-an silam, ada game yang susahnya minta ampun sampai membuat gamer bisa membanting kontrolernya hanya karena frustasi. Seperti nama yang baru-baru ini populer, Flappy Bird. Tidak sedikit lho yang sampai mengumpat kesal karena pada halangan pertama saja mereka langsung kalah. Jika gamenya tidak seekstrem itu, gamer sebenarnya juga sudah biasa dihadapkan dalam keadaan yang menuntut mereka untuk sabar... Seperti ketika harus memandangi layar loading yang begitu lama, atau harus bertarung dengan musuh yang menyebalkan dan sangat kuat, sampai mereka harus bolak-balik mengulang kembali permainan, menemui tampilan yang sama, sampai berhasil melewati rintangan. Hal tersebut tentunya secara tidak langsung mempengaruhi sifat mereka di kehidupan nyata. Seperti, mereka bakal setia menunggumu berjam-jam ketika harus menyelesaikan sesuatu, seperti menemani kalian belanja. Biasanya, gamer lebih sabar. Tapi jangan menyalahgunakan hal ini. Kesabaran para gamer juga ada batasnya.
[page_break no="7" title="Bermain Game Sambil Belajar, Pengetahuannya Luas!"]
Game-game modern sudah seperti film-film Hollywood, yang digarap dengan kualitas tinggi, skenario cerita yang tidak sembarangan penulisannya, sehingga tidak heran jika biaya pengembangannya pun ada yang melampaui budget produksi film-film box office. Dan gamer yang serius memainkan gamenya sampai mengetahui berbagai aspek dalam sebuah game, bisa menjadikannya sebagai bahan pembicaraan menarik dengan pacar. Pembicaraan gamer itu bukan sekadar bagaimana memainkan suatu game, namun juga bisa meluas sampai pada teori-teori yang melatarbelakangi ceritanya, yang terkadang sampai mengangkat sejarah dunia, legenda atau mitos negara tertentu, kebudayaan mereka, hingga ada yang khusus untuk mengenalkan kembali figur legendaris dunia nyata dalam wujud yang lebih tidak membosankan untuk dipelajari. Dengan bermain game, juga ada gamer yang lebih paham lho spesifikasi sebuah mobil keluaran terbaru, dibandingkan mereka yang memiliki versi nyatanya hanya karena pengen tampil keren di jalanan ibukota. Baca: Bhinneka Project, Saatnya Mengenal Budaya Indonesia dengan Bermain Game! Lanjut ke halaman 5...
[page_break no="8" title="Mereka Benci Game Over!"]
Ya, mereka benci game over. Dan jika itu terjadi, mereka akan mencoba lagi.... dan lagi, sampai mereka berhasil melaluinya. Gamer cenderung memiliki pola pikir positif, ketika menghadapi masalah, mereka tidak harus kabur, tidak perlu mundur terus-terusan dan tidak mau maju kembali. Mereka paham, jika mau naik level, masalah atau apa pun rintangan terberat di depan harus dihadapi. Gamer percaya saat hidup semakin menantang itulah tandanya mereka sudah semakin ahli, namun tetap saja kesulitan perlu ditambah. Seperti ketika para gamer yang memainkan game menghadapi bos yang susah. Jika kalah, mereka tidak akan menyerah. Coba lagi, cari cara alternatif, cari titik lemahnya, sampai akhirnya bisa mengalahkannya. Begitu juga di kehidupan nyata, mereka sudah terlatih untuk menghadapi masalah dan mencoba untuk mencari solusinya. Jika mereka tidak menemukan solusi, mereka akan tetap berusaha untuk mencari alternatif untuk bisa diusahakan. Kalian tentu pengen kan punya pasangan yang tidak mudah mundur dan menyerah, serta ingin memperjuangkan kalian ketika dilanda masalah dan terus mempertahankan hubungan sampai tua? Bayangin aja punya pacar yang dikit-dikit putus asa, curhat di media sosial, gak mau berusaha mencari solusi, maunya yang enak saja... Ah, yang seperti itu gak bisa kalian jadikan opsi untuk saling bertukar tulang (dia jadi tulang punggungmu, dan kamu jadi tulang rusuknya). Cukup saling bertukat coklat Valentine aja yah...
[page_break no="9" title="Gak Perlu Kuatir Tersaingi, Paling Idolanya Karakter Fiktif"]
Gamer juga manusia. Mereka gak cuma mainin game aja lho. Pasti kagum dengan efek visualnya Jupiter Ascending, menikmati suaranya Bruno Mars atau Tailor Swift. Namun yang pasti, figur yang paling diidolakan gamer biasanya gak jauh-jauh dari game yang mainin kok... Jadi kalian gak perlu kuatir tersaingi. Karakter seperti para ninja seksi dalam Dead or Alive V Last Round, atau pria-pria "cantik" dalam Final Fantasy XV yang biasanya mereka favoritkan. Ya ya, karakter tersebut digambarkan dengan fisik yang nyaris sempurna... Tapi gamer itu masih bisa bedakan mana yang nyata dan virtual... Gamer yang sudah terlihat memiliki beberapa sifat dan sikap seperti 8 poin yang penulis sebutin di atas itu jelas bisa membedakan mana idol virtual, dan mana yang bakal dijadikan raja atau ratu di sepanjang sisa hidupnya kelak. Lanjut ke halaman 6... untuk alasan terbaiknya!
[page_break no="10" title="Setia Sampai Tua!"]
Oke, untuk yang satu ini penulis beri catatan, relatif sih... tidak semua gamer dijamin setia. Namun penulis berani pastikan, mayoritas gamer itu setia... Apa dasarnya? Jarang ada gamer yang selingkuh. Lha bagaimana mau selingkuh, mereka itu ke mall aja jarang, dan jika nganggur, kerjanya kalau tidak duduk di warnet mantengin komputer bersama gamer lainnya. Atau jika itu game konsol, mereka juga lebih suka habiskan weekend di rumah untuk namatin game RPG yang sebenarnya sudah dimainkan puluhan jam. Penulis yang juga gamer merasa punya pacar satu sudah sangat bersyukur, karena perjuangan ngedapetinya itu lho... Kalau gak ditikung temen yang punya lebih banyak waktu ngedetin, ya kalah banyak kosakata kamus ng'gombalnya. . Punya satu pacar aja sudah sangat bersyukur, terus ngapain juga mikir nyari yang kedua... ? Jika alasan itu belum cukup kuat, gamer itu sanggup lho setia dengan komputer atau layar televisi dari pagi sampai ketemu pagi lagi, kenapa sama pasangannya aja tidak!?