Mana sih yang lebih penting? Eldwin Viriya, Founder dan CEO dari Own Games menjawabnya di sini!
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Game yang viral atau kekuatan dari fanbase. Mana yang dibutuhkan developer game untuk menjalankan bisnis yang sustainable dan survive dalam persaingan industri? Eldwin Viriya, CEO dari Own Games menjawab pertanyaan itu!
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, industri game Indonesia menunjukkan tren yang menanjak. Banyak developer-developer baru yang bermunculan adalah beberapa indikasinya. Namun sayang, tidak sedikit juga dari mereka yang akhirnya menutup operasi karena tidak bisa melakukan bisnis yang berkelanjutan. Sebenarnya game seperti apa sih yang harus dibuat oleh developer agar bisnisnya bisa berkelanjutan dan
survive? [duniaku_baca_juga] Dalam Campus Checkpoint yang digelar oleh Duniaku.net bekerja sama dengan CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Eldwin Viriya yang merupakan
founder dan CEO dari Own Games membagikan tips dan trik mengenai bagaimana cara developer game agar bisa tetap
sustain di industri ini.
Sambutan dari Staff Akademik CCIT FTUI, Devi Sulistiorini[/caption]
Pengenalan Duniaku.net oleh Event Associate, Fira[/caption] Mengusung tema
Viral vs Fans: Own Games' Way of Sustainable Business, di awal sesi Eldwin membeberkan sedikit kilas balik mengenai sejarah berdirinya Own Games. Own Games didirikan Eldwin setelah lulus kuliah kala sedang menanti kelanjutan studi ke S2. Pada saat itu, Eldwin pun akhirnya mengajak adiknya Jefvin yang masih duduk di bangku SMA untuk membentuk Own Games dan membuat game pertama mereka.
Eldwin Viriya, Founder dan CEO dari Own Games[/caption] [duniaku_adsense] Salah satu ciri khas dari Own Games adalah makhluk-makhluk lucu bernama Tako dan Kawan-kawan yang selalu muncul di game-game buatan mereka. Termasuk juga muncul di
Tahu Bulat, game yang dirilis tahun 2016 lalu. Di saat popularitas
Tahu Bulat mulai menanjak, Eldwin mengaku teringat kisah yang dialami oleh
Flappy Bird yang berhasil meraup kira-kira 100 juta
download sebelum akhirnya ditarik dari pasaran. "Kekuatan
viral-lah yang akhirnya membawa kedua game ini sukses, tapi apakah
viral saja cukup?" ungkap Eldwin. Kedua game ini memang "meledak" di pasaran karena memang
viral dan diperbincangkan banyak orang di dunia maya. Eldwin sendiri mengaku, dia sudah menyiapkan
engine Tahu Bulat sejak Januari 2016, lantas membawa demonya saat Pasar Komik Bandung dan mengujinya kepada beberapa pengunjung. Karena banyak pengunjung yang suka dan saat itu memang demam tahu bulat melanda, akhirnya Own Games pun menghabiskan satu minggu setelahnya untuk mengembangkan game tersebut lebih lanjut dan memublikasikannya.
Dengan kekuatan
viral, Tahu Bulat pun akhirnya sukses dengan capaian tiga juta download hanya di bulan pertamanya saja. Plus, melambungkan nama Own Games untuk memenangkan beberapa penghargaan baik di nasional maupun internasional. Ternyata, game yang
viral saja tidak menjamin bisnis developer game bisa berkelanjutan untuk game-game selanjutnya. Eldwin mengambil contoh
Flappy Bird lagi, dan membandingkannya dengan game selanjutnya dotGEARS,
Swing Copters. Hasilnya cukup timpang,
Flappy Bird sukses mengumpulkan 100 juta
download, sedangkan
Swing Copters "hanya" 5 juta
download saja. [read_more id="282032"] Semakin timpang dengan sekuel dari
Swing Copters, yang ternyata hanya mendapatkan 50.000
download saja!
Lalu bagaimana dengan strategi Own Games sendiri? Lanjut ke halaman 2 ya!
[duniaku_baca_juga] Karena Eldwin merasa game yang
viral dari
Tahu Bulat saja tidak cukup untuk kelanjutan dari game-game Own Games, akhirnya dirinya pun memutuskan untuk menggunakan kekuatan dari
fanbase dari
Tahu Bulat yang sangat besar untuk diarahkan ke
Nasi Goreng. Untuk itu, meskipun
Nasi Goreng memiliki
gameplay yang benar-benar berbeda, namun beberapa elemen dari
Tahu Bulat masih muncul di game ini, seperti gaya grafis, karakter anak-anak yang membeli
Tahu Bulat dan akhirnya masuk ke restoran di
Nasi Goreng, hingga Tako-nya. Tujuannya tentu saja, menjaring kembali
fanbase dari
Tahu Bulat yang sangat besar untuk kembali memainkan
Nasi Goreng ini. Hasil dari kekuatan fans ini pun cukup memuaskan, dimana
Nasi Goreng di bulan pertamanya bisa mendapatkan 500 ribu
download. Ternyata kekuatan fans dan IP lebih kuat dibandingkan hanya sekedar game yang
viral saja, terutama untuk keberhasilan game-game selanjutnya.
[duniaku_adsense] Eldwin mengaku, awalnya game
Nasi Goreng berjudul
Nasi Padang. Namun karena pada saat itu sedang
viral seorang bule yang menyanyikan
Di akhir sesi, Eldwin pun memberikan
teaser bahwasanya Akang Tahu (penjual dalam game
Tahu Bulat) akan kembali lagi di game selanjutnya. Game apakah itu? Kita tunggu saja kabar selanjutnya! Acara yang digelar di Auditorium Fakultas Teknik Universitas Indonesia pada hari Rabu, 22 Maret 2017 kemarin ini dihadiri kurang lebih 158 mahasiswa yang memiliki minat tinggi kepada dunia
game development. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme saat sesi tanya jawab yang disediakan mampu menjaring puluhan pertanyaan seputar
game development. Campus Checkpoint adalah
event sharing rutin yang digelar Duniaku.net di berbagai kampus Indonesia. Dengan menghadirkan pembicara dari pelaku industri kreatif di Indonesia, Campus Checkpoint diharapkan bisa memberikan
insight kepada mahasiswa mengenai industri kreatif, serta memunculkan talenta-talenta baru yang nantinya siap berkontribusi untuk kemajuan industri ini. [read_more id="292288"]
Tunggu kehadiran Campus Checkpoint di kampusmu ya!