Tujuh developer dan game Indonesia di tengah-tengah area konvensi event internasional sekelas TGS 2018. Siapa saja mereka?
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Dari dulu Jepang bisa dibilang Jepang merupakan kiblatnya dunia game. Sebut saja nama-nama seperti Sony, Nintendo, Square Enix, hingga Konami, semuanya berasal dari Jepang. Bukan hanya itu, hadir di event tahunan game Jepang, Tokyo Game Show (TGS) juga menjadi salah satu impian gamer di seluruh dunia. Bagi developer game Indonesia, Jepang pun menjadi salah satu pasar yang menarik bagi game-game yang mereka buat. Oleh karena itu, dalam TGS 2018 yang sudah digelar tanggal 20-23 September 2018 kemarin, tujuh developer game Indonesia dengan dukungan dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) dan Asosiasi Game Indonesia (AGI) ikut memamerkan karya di bawah bendera booth Archipelageek. Booth Archipelageek sendiri bukan kali ini pertama hadir di TGS. Sebelumnya di tahun 2017 kemarin, Archipelageek juga membantu enam developer game dan event game terbesar Indonesia, BEKRAF Game Prime untuk mendapat eksposur dari gamer yang hadir di TGS. Secara keseluruhan, Indonesia sendiri tidak pernah absen di TGS sejak pertama kali keikutsertaannya di tahun 2012 lalu. Archipelageek sendiri adalah inisiatif dari BEKRAF dan AGI untuk membantu developer Indonesia mencapai tiga misi utama di TGS 2018 ini. Pertama, adalah untuk memamerkan karya di pasar Jepang. Lalu kedua, untuk mendapatkan peluang bisnis dari para pelaku industri game dari Jepang. Dan yang terakhir adalah menjalin koneksi dengan para pelaku industri untuk membantu perkembangan industri game Indonesia. Tahun ini Archipelageek diikuti oleh tujuh developer dan publisher yang masing-masing membawa game andalan mereka. Pertama ada developer asal Jogja, Wisageni Studio yang membawa game terbaru mereka, Pirate Mobile War. Kedua, ada Studio Namaapa yang membawa game Ciel Fledge yang disiapkan untuk rilis di PC. Sebelumnya, game bertema simulasi membesarkan anak ini sukses dalam kampanyenya di Kickstarter dengan mengumpulkan US$7,128 atau sekitar Rp106 juta. Lalu ada juga Agate yang membawa Valthirian Arc: Hero School Story. Game ini menandai debut Agate di konsol, dan rencananya akan segera dirilis pada tanggal 2 Oktober 2018 mendatang untuk PS4, Switch dan PC. Developer asal Bandung lainnya, Lentera Nusantara juga tidak ketinggalan. Mereka mmembawa demo game Ghost Parade yang juga siap dirilis di konsol tahun 2019 mendatang bekerja sama dengan Aksys. Salah satu publisher papan atas Indonesia, Megaxus juga membawa game buatan Indonesia, Bakso Horror yang dirilis untuk platform mobile. Selanjutnya ada Semisoft yang membawa demo Legrand Legacy. Setelah awal tahun ini dirilis untuk PC, RPG bergaya Jepang ini juga tengah disiapkan untuk rilis di konsol dalam waktu dekat. Terakhir ada Melon Gaming yang membawa beberapa game mobile serta solusi mudah bagi developer mobile untuk mengembangkan game berbasis web seperti Instant Game di Facebook. Semoga keikutsertaan developer Indonesia di TGS 2018 ini bisa membantu perkembangan industri game di sini ya, agar tidak kalah keren dibandingkan dengan Jepang!