Seri Troublemaker jadi love letter Like A Dragon dari Gamecom Team! Seperti apa obrolan kami bareng Nanda, Game Director Gamecom Team tentang game keduanya? Cari tahu selengkapnya di sini!
Nanda Gamecom: Seri Troublemaker Jadi Love Letter Like A Dragon!

Intinya sih...
Seri Troublemaker adalah love letter untuk Like A Dragon
Inspirasi dari era PS2 hingga karakter lokal Indonesia
Duo protagonis, tema mimpi, dan fitur mini game yang unik
1. Seperti Naga dari Era PS2!
Memulai wawancara yang diadakan di acara Media Preview Troublemaker 2: Beyond Dream, pertemuan pertama Nanda dengan inspirasinya, Like A Dragon jauh hingga ke era PS2. "Nah ini lucunya," mulai Nanda, "Waktu itu aku masih bocah, ya mainnya seru tapi nggak tahu ceritanya tentang apa sebenarnya, jadi tahunya ini lucu. Kaya tiba-tiba ngambil sepeda lah. Setelah aku sudah makin gede, kalau tidak salah SMP, aku main Yakuza 3 baru paham ada ceritanya."
"Terus, kan pas ketiga baru paham ada ceritanya. Ada yang paling ngebekas gak sampai sekarang?"
"Justru Yakuza 5, sih," jawabnya lugas, "Yang 1, 2, 3, 4 itu kaya sekadar 'Preman Pensiun'. Nah Yakuza 5, tiba-tiba Idol, tiba-tiba game yang out of nowhere, semuanya ada di situ. Itu kaya game-ku banget, lah. Semuanya kaya ada di situ. Lo dapat serunya, lo dapat ceritanya, lo dapat lucu-lucuannya. Ini memang game buatku banget, sih."
Apalagi ketika hanya di Yakuza 5, kita bermain sebagai Haruka Sawamura yang hampir tidak ada baku hantamnya, namun malah adu joget antar saingan per-idol-an. Nandapun menegaskan yang membuatnya spesial dari game unik seperti ini adalah sisi "action yang ada celetukan-celetukannya."
2. Jepangnya Jepang, Indonesianya Indo!
Soal inspirasi besar seri Like A Dragon yang diusung Troublemaker, Nanda juga menuturkan bahwa sudah banyak esensinya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Troublemaker. "Dari narasi kaya 5 menit lo serius nih, momennya. Terus ke mana tiba-tiba side story, tiba-tiba ada celetukan terus di aktivitasnya ada alurnya sendiri. Side story-nya pun ada alurnya yang panjang, ada yang nyambung, ada mini game visual novel itu juga punya alur sendiri, ada dua ending!"
"Cuma, ada gak sih momen di mana kalian terlalu terinspirasi, gitu? Jadi gimana sih nge-filternya biar tetap ori kalian?"
Kembali, Nanda menyorot sisi narasinya. "Yakuza sudah di-state sama produsernya kalau game ini tentang middle-aged man (lelaki paruh baya). Semua berpusat di bapak-bapak. Nah, Troublemaker tentang remaja. Jadi semua cerita semua joke-nya tentang remaja. Jadi sampai mati tetap remaja. Itu yang bakal beda"
Dari sisi menjaganya agar tetap berpijak pada tema lokal, Nanda menjawab dengan pendekatan yang juga dilakukan oleh Like A Dragon sampai Infinite Wealth, yang meskipun pindah ke Hawaii tetap mengangkat sisi Jepangnya. "Nah, Indonesia-nya pun meskipun sekadar setting tapi ketika orang lain tetap menganggap ini Indonesia itu yang kita jual."
3. Budi dan Jordan
Sejak Demo, kehadiran Jordan dan Budi yang berjalan secara paralel sebagai duo protagonis di sekuel ini menjadi salah satu hal yang paling bikin garuk-garuk kepala penasaran. Terlebih lagi ketika Budi terasa ingin dibuat menjadi Kazuma Kiryu versi lokal.
Nanda juga menarik paralel dari sana, "Kiryu bisa dibilang sih walau bapak-bapak tapi masih naif banget. Doi nolong orang pun kayak 'kenapa enggak?'. Nah, sebenarnya itu juga kita bangun dalam Budi yang menolong temannya karena itu yang dia rasa benar tanpa mikir panjang risikonya. Sekadar 'aku pengen nolong teman'. Si Budi orang yang masih 'naif' jadi bukan tidak punya tujuan hidup tapi kalau hidup mengarah ke mana, dia ya udah ikutin aja."
Di sisi lain, Nandapun menjelaskan Jordan dengan Budi sebagai perbandingannya. "Nah, itu berbanding terbalik sama si Jordan. Jordan orangnya ambisius, punya mimpi, pokoknya ini tujuan hidupnya. Jadi kayak dinamika cerita itu yang kita mainkan di Troublemaker 2. Jadi, walau ceritanya paralel, dua cerita berbeda, tapi akhirnya nyambung di tema kita, Narkoba."
4. Tentang tema dan tokohnya!
Dunia dalam Troublemaker pun tidak berpusat hanya pada Budi dan Jordan, namun direpresentasikan oleh segenap tokoh-tokoh yang hidup di dalamnya. "Kita kan karakternya banyak. Bahkan yang kita pampang di wall ini aja ada delapan, banyak malah," tunjuk Nanda.
"Karena masing-masing secara cerita ini setelah lulus sekolah, kan? Jadi kita pengen kayak gambarin setelah lulus sekolah apa tipe-tipe manusianya. Ada yang lanjut kuliah, ada yang langsung kerja dan sebagainya. Kita pengin cerita tentang setelah lo menginjak usia mau dewasa apa perjalanan selanjutnya. Makanya temanya juga selain narkoba adalah mimpi."
Nanda pun membagikan pertanyaan kunci dalam tema 'Mimpi' tersebut: Jadi mimpi buat masing-masing orang ini apa? "Nah, nanti di Troublemaker 2 walau ceritanya 'banyak', tapi nanti bakal tetap kesampaian kok."
5. Belum ada yang kayak gini
Fitur-fitur mini game dalam Troublemaker 2 yang terasa diimpor dari Like A Dragon pun juga tidak hanya jadi homage, tapi juga relevan dengan dunia yang dibangun oleh Gamecom Team dalam game ini. Nanda juga menjelaskan sisi mini game karaoke-nya yang cocok dengan sisi nge-band bahkan tidak berhenti sampai di situ, tapi bahkan menerima lapisan lebih banyak hingga memperkenalkan elemen dekorasi di studio band-nya. "Nah, di mini game nge-band pun ada Side Story-nya juga," sebut Nanda sambil tertawa.
Inipun masih belum menghitung beragam mini game lainnya seperti Visual Novel dan Babol Catcher yang dengan bangga memakai DNA Like A Dragon-nya sebagai lencana sebuah game yang juga serba ada. "Kita juga pengen bikin game yang kayak gitu. Ini juga karena kita suka game yang kayak gitu, kita gak nemu alternatif buat game seperti itu."
Menarik contoh dari FPS penuh aksi seperti Call of Duty maupun balapan seperti Forza yang punya alternatif, Nanda berpikir-pikir lagi, "Tapi Like A Dragon, aku gak nemu. Jadinya kayak 'eh, aku pengen juga bikin yang kayak gitu.'"
6. Masih terasa unreal
Menciptakan game yang lahir sebagai love letter untuk inspirasinya, tentu saja kita bakal kepo dengan perasaan Nanda sebagai seorang kreator game.
Nanda menjawab dengan pengalamannya saat di peluncuran Like a Dragon: Pirate Yakuza in Hawaii. "Yang di PIK. Waktu event tanda tangan 'kan aku diundang. Aku juga udah nyiapin kalimat yang ingin diomongin ke produsernya (Hiroyuki Sakamoto). Waktu udah baris, ternyata doi juga udah nyapa aku! Ternyata doi juga udah notice, dan notice kita sebagai yang bikin Troublemaker!"
Pengalaman inipun semakin menarik dengan kenyataan bahwa di media sosial pihak Like A Dragon pun sudah mengikuti akun Gamecom Team maupun media sosialnya Nanda sendiri. "Mereka juga udah notice game kita, ya gimana kita gak makin semangat bikinnya?"
Dari bertemu pahlawan sendiri hingga menyelenggarakan acara Media Preview untuk Troublemaker 2: Beyond Dream pun masih terasa unreal bagi Nanda. "Setelah 5 tahun nih, akhirnya kita bisa bikin. Dulu udah kebayang kita punya event sesuatu dan akhirnya kecapai."
7. Buat yang nyoba saat rilis...
"Kalo lo suka Troublemaker pertama, aku jamin lo bakal suka Troublemaker 2. Nah, kalau belum cocok atau belum sempat coba yang pertama, ini masih terbuka banget buat dicobain. Kenapa? Karena masih bisa dinikmati tanpa main yang pertama. Masih cerita baru, temanya baru, masih open banget."
Nanda juga menyebutkan ada fitur recap, "jadi kita nyeritain yang pertama bagaimana kisahnya ada yang kedua, jadi terbuka buat semua."
Apa pendapatmu tentang Troublemaker 2: Beyond Dream dan inspirasi gede Nanda dari Like A Dragon? Bagikan lewat kolom komentar!