Ini pertama kalinya saya benar-benar memegang SMG, dan sensasinya langsung terasa, dari berat senjata, posisi stock di bahu, hingga getaran laras saat peluru ditembakkan.
Instruktur dengan sabar membimbing saya: bagaimana menempatkan stock agar stabil, mengatur tangan dan siku untuk kontrol recoil maksimal, serta memberi tips menembak dengan tepat. Setelah briefing singkat, saya diberi kesempatan menembak lima target kecil yang berjajar di jarak menantang. MPX yang saya gunakan dilengkapi scope, dan kombinasi ini benar-benar mengubah pengalaman menembak.
Begitu pelatuk saya tekan, kecepatan tembakan dan kestabilan senjata membuat setiap tembakan terasa presisi. Sensasinya berbeda dari pistol: lebih bertenaga, tapi tetap terkontrol. Bahkan sebagai pemula, saya berhasil menembak lima target dengan lima peluru tepat sasaran.
Recoil MPX ternyata sangat ramah bagi pemula. Selama stock diposisikan dengan benar, mode tembakan hati-hati satu-satu tidak membuat senjata bergerak liar. Hal ini membuat membidik target berikutnya terasa mudah dan natural.
Setelah meresapi pengalaman itu, saya menyadari bahwa menembak dengan MPX seperti bermain video game, hanya saja dengan bonus recoil nyata. Cukup bidik melalui scope, tarik pelatuk dengan lembut, dan peluru meluncur tepat sasaran di jarak 20 meter, tanpa turun atau melenceng.
Jika seorang amatir seperti saya saja bisa menembak lima target dari jarak 20 meter dengan sempurna, bayangkan kemampuan prajurit Korpasgat atau pasukan profesional lain yang sudah terlatih.
Momen itu memberi perspektif baru bagi saya: bagaimana teknologi, desain ergonomis, dan bantuan optik membuat senjata yang awalnya terasa rumit, bisa dikuasai bahkan oleh pemula.