Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baru-baru ini, jagat internet Indonesia dihebohkan dengan sebuah game berjudul Pukul Guru Anda yang dapat diakses melalui situs web secara online. Game ini mendapat sorotan setelah adanya kasus pemukulan guru oleh muridnya yang mengakibatkan guru tersebut meninggal dunia.
Ketika game ini tersorot, beberapa mengatakan bahwa “dari dulu juga banyak game seperti itu”. Ya betul, dari dulu memang banyak game flash dengan tema kekerasan kepada pihak-pihak berotoritas, contohnya adalah kepada bos. Tapi apakah “sudah ada dari dulu” bisa menjadi alasan yang kuat untuk sebuah game kekerasan brutal seperti Pukul Guru Anda bisa terdistribusi bebas tanpa pengekangan? Tidak juga.
Pukul Guru Anda dibuat oleh situs box10.com, yang diterjemahkan oleh situs game Poki dan dipublikasikan ulang di situs mereka.
Game Pukul Guru Anda adalah sebuah game yang super simpel. Di sini kamu bisa memilih benda yang digunakan untuk membunuh guru yang sedang memanggil karaktermu di kantornya.
Ya betul, bukan pukul doang, tapi dibunuh.
Semakin banyak benda yang bisa kamu temukan untuk membunuh sang guru, maka skor yang didapat semakin besar. Ada total sepuluh benda yang bisa kamu gunakan untuk membunuh guru tersebut di situs Poki.
Ketika sebuah benda yang berpendar merah diklik, maka game akan menunjukkan animasi di mana si murid membunuh gurunya dengan alat tersebut. Animasi yang ditunjukkan sangat sadis, dengan adegan penuh darah dan kekerasan. Si murid pun melakukannya dengan ekspresi muka yang puas tanpa penyesalan akan perbuatannya.
Lalu kenapa Pukul Guru Anda harus kamu kecam?
Sistem rating membantu pemain dan orang tua untuk menentukan apakah sebuah game cocok dimainkan untuk umur tertentu atau tidak. Rating juga akan menentukan cara distribusi dari sebuah game, terutama di platform-platform besar seperti PS Store atau Steam.
Dengan tidak melalui sistem rating, sebuah game tidak dapat diketahui kontennya aman untuk dikonsumsi anak-anak atau tidak. Tidak diketahui pula apakah game tersebut memiliki konten yang melecehkan gender atau SARA.
Game sering menjadi kambing hitam akan kelakuan negatif anak-anak atau remaja, bahkan hingga orang dewasa. Seperti hiburan lainnya, game tidak luput dari efek negatif. Bermain game berlebihan tentu sama negatifnya dengan nonton televisi saja seharian, atau makan kebanyakan.
Game Pukul Guru Anda terungkap di media massa setelah adanya kasus pembunuhan guru oleh murid. Momen ini membuka kesempatan besar bagi mereka yang membenci game untuk semakin menekannya. Padahal entah ada korelasinya atau tidak, kita tidak tahu.
Masyarakat pun menjadi semakin paranoid dengan game, terutama orang tua.
Masih mending kalau bagus, game Pukul Guru Anda sangatlah sederhana. Ia tidak memiliki latar belakang yang solid tentang kenapa si murid ingin melampiaskan amarahnya kepada sang guru.
Game sadis lain seperti GTA 5 misalnya, memiliki penokohan yang baik mengenai alasan sang tokoh melakukan berbagai tindakan kriminal. Dan seperti yang sudah disebutkan di atas, game ini memiliki rating dan hanya dapat diakses melalui sistem distribusi resmi, sehingga orang tua bisa memonitor.
Lalu apa solusinya?
Harapan kami, pemerintah melalui Kemkominfo bertindak secara bijaksana akan kasus ini. Tindakan memblokir diharapkan menjadi jalan terakhir, dengan lebih mengedepankan mediasi dengan situs yang mendistribusikan game tersebut.
Alasannya, supaya pemerintah bisa mengerti lebih dalam akan sistem distribusi game via web. Pemerintah juga bisa menjalin kerja sama yang lebih dalam, sehingga bisa mencegah game sejenis tersebar sambil menggandeng distributornya. Jadi pemerintah pun tidak perlu kucing-kucingan dengan distributor. Kalau mereka bandel, ya monggo saja diblok pak. Situsnya sekalian.
Harapan kami selanjutnya adalah Kemkominfo mengeksekusi IGRS (Indonesia Game Rating System) secepatnya. Hal ini akan memudahkan pemerintah untuk meregulasi game yang didistribusikan di Indonesia.
Sebuah catatan penting, dalam mengeksekusi IGRS, Kemkominfo harus terus bekerja sama dengan para developer dan publisher game Indonesia. Seperti yang telah mereka lakukan selama perancangannya.
Jadi, kapan nih IGRS benar-benar ditegakkan?
Diedit oleh Doni Jaelani