Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Slowpoke Fahmi returns! Kalau di tulisan saya yang sebelumnya membahas mengenai salah satu game PSN paling laris tahun 2012, maka sekarang saya juga akan membahas sebuah game PSN yang dirilis pada tahun yang sama. Jika kamu merasa Journey yang kemarin saya bahas adalah game yang cukup eksperimental dan aneh, maka siap-siap untuk dikejutkan dengan game yang satu ini, The Unfinished Swan. The Unfinished Swan adalah sebuah game buatan developer Giant Sparrow dengan sudut pandang First Person dimana pemain akan mengendalikan seorang anak kecil yang sedang mengejar sosok seekor angsa. Penjelasan awal terlihat simpel bukan, tapi siap-siap dikejutkan dengan keunikan game ini. Saat saya memulai game ini, saya tidak tahu sama sekali apa yang harus saya lakukan. Layar TV saya hanya menampilkan kekosongan berwarna putih dengan lingkaran hitam kecil di tengahnya. Karena bingung, saya pencet saja seluruh tombol yang ada di DualShock 3 saya, dan tiba-tiba saja karakter saya melemparkan semacam bola tinta berwarna hitam yang meninggalkan bekas cipratan hitam di layar. Saya masih belum terlalu menangkap apa yang harus saya lakukan saat itu, tapi setelah mencoba menggerakan kontroler, barulah saya menyadari bahwa saya bermain sebuah game First Person dengan level yang tak memiliki warna sama sekali selain warna putih. Begitu menyadari hal itu, saya langsung tertawa terbahak-bahak sendiri di depan TV (yang membuat orang rumah saya khawatir saya sudah stress sepertinya) karena kejeniusan siapapun yang mendesign game ini. Setelah memahami mekanik dari game ini, saya pun memulai mencari jalan di dunia serba putih dengan bantuan tinta berwarna hitam. Kalau hanya mendengar dari penjelasan saya saja, mungkin game ini terdengar seperti game yang malas untuk menampilkan grafik yang bagus, tapi jika kamu memainkannya sendiri dan melihat objek-objek yang ada di dunia gamenya dalam bungkusan warna hitam dan putih yang abstrak, akan terlihat indahnya kualitas rendering dari game ini. Keterbatasan warna juga membuat saya harus menggunakan imajinasi untuk membayangkan bagaimana wujud keseluruhan dari level yang sedang saya mainkan, kalau diperumpamakan rasanya seperti membaca novel dimana imajinasi kita harus selalu aktif untuk memahami bagaimana bentuk dari dunia fiksi yang sedang kita nikmati. Grafik yang indah dan gameplay yang simpel tapi unik bukanlah satu-satunya (atau dua) hal yang bisa dibanggakan dari game ini, The Unfinished Swan juga memiliki musik yang sangat indah. Alunan musik karya Joel Corelitz yang ada dalam game ini dijamin dapat membuat kamu betah memainkan game ini dalam waktu lama. Selain musik, cerita dari game ini juga simpel dan menarik layaknya buku cerita anak-anak. Bukan saja ceritanya yang mirip seperti dongeng untuk anak-anak, tapi cara game ini menyampaikan ceritanya pun sudah seperti sebuah buku dongeng anak-anak.