Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Google Stadia baru saja rilis di pasaran. Gamer di Amerika dan beberapa negara Eropa sudah bisa menjajal layanan cloud gaming dari Google ini. Hanya dengan komputer atau ponsel yang tersambung ke internet, para gamer bisa menikmati pengalaman main game berkualitas tinggi dalam resolusi HD hingga 4K secara streaming.
Namun, peluncuran Google Stadia dirundung beberapa masalah yang membuat banyak orang skeptis dengan upaya Google memasuki pasar cloud gaming. Apa saja masalah yang dihadapi Google Stadia?
1. Google Stadia minim fitur yang dijanjikan
Saat diperkenalkan, Google menjanjikan beberapa fitur yang bakal meyertai Stadia. Misalnya resolusi game 4K, Stream Connect, State Share (berbagi save file), Crowd Play (gabung sesi multiplayer lewat streaming Youtube), Family Sharing, integrasi Google Assistant, Achievement, dan lain-lain.
Sayangnya, fitur-fitur tersebut tidak bisa digunakan saat Google Stadia diluncurkan. Google mengatakan fitur-fitur yang sebelumnya dijanjikan baru akan hadir di lain waktu. Misalnya resolusi 4K, State Share, Crowd Play dan Family Sharing baru akan datang di tahun 2020; sementara Stream Connect baru akan rampung di akhir tahun ini.
Hal ini tentu cukup mengkhawatirkan karena Google Stadia terkesan sebagai produk yang setengah jadi. Kita bisa belajar banyak dari kasus-kasus yang cukup mirip, misalnya Epic Games Launcher yang saat rilis tidak memiliki fitur review, cloud save, troubleshooting, dan lain-lain. Jika ingin meluncurkan produk atau layanan yang oke, pastikan seluruh fitur-fitur yang dijanjikan sudah rampung.
2. Biaya Google Stadia tak sebanding dengan koleksi game
Google Stadia sendiri bukan sebuah layanan cloud gaming berbasis subscription. Setiap game-nya harus dibeli secara terpisah dengan harga bervariasi. Meski demikian, Google Stadia juga punya layanan Stadia Pro yang memungkinkan streaming dalam resolusi 4K, tata suara surround 5.1, hingga beberapa game gratis eksklusif Stadia Pro.
Masalahnya, rata-rata game yang bisa dibeli di Stadia adalah game-game lama yang biasa dimainkan secara normal. Sementara itu game gratis dari Stadia Pro hanya Destiny 2 dan Samurai Showdown; lagi-lagi game lama yang bisa dimainkan tanpa streaming. Hal ini justru membuat orang merasa enggan mencoba Stadia karena mereka tidak mau membeli game yang sama untuk kedua kalinya. Kalau bisa dimainkan dengan normal, kenapa harus streaming?
3. Koneksi internet pengaruhi performa Google Stadia
Yang terakhir adalah masalah streaming itu sendiri. Tak perlu meragukan Google yang punya infrastruktur web canggih dan bisa diandalkan. Beberapa reviewer dan media luar yang mencoba Stadia mengaku cukup puas dengan pengalaman bermain. Namun yang jadi masalah bukan pada infrastruktur Google, namun dari koneksi internet.
Kebutuhan minimal untuk streaming Google Stadia adalah kecepatan internet 10 Mbps untuk streaming 720p dengan suara stereo. Google merekomendasikan kecepatan internet 35 Mbps untuk streaming 4K dengan suara surround 5.1.
Masalahnya meskipun kecepatan internet di luar negeri sudah melampaui rekomendasi Google, kenyataan di lapangan berkata lain. Sebagian orang mengalami stuttering dan lag saat mencoba Stadia. Baik di game ringan seperti Gylt atau game seintensif Red Dead Redemption 2, stuttering tetap terasa. Maka untuk memainkan Google Stadia, koneksi internet yang cepat DAN stabil sangat diperlukan.
4. Masa depan Google Stadia
Cloud gaming dan streaming merupakan teknologi yang masih butuh waktu untuk disempurnakan. Google Stadia adalah contohnya. Meskipun Google sudah siap secara fisik, masyarakat biasa dengan kebutuhan internet yang berbeda-beda bakal berkata lain. Ditambah dengan kesalahan Google yang mengalpakan beberapa fitur utama serta miss dalam menentukan model bisnis, membuat Google Stadia tertatih-tatih di minggu-minggu awalnya.
Dengan berjalan mulusnya masa uji coba Project xCloud dari Microsoft, Google Stadia harus segera bangkit untuk mengejar ketertinggalannya. Google memang masih bakal terus mendukung Stadia untuk waktu yang akan datang, namun kita tidak tahu apakah Google akan benar-benar mencabut dukungannya atau tidak. Jika pada akhirnya demikian, maka Stadia akan bergabung dengan produk Google lain seperti Google+ yang gagal mengubah pasar dan lanskap internet.
Bagaimana menurut kamu sendiri? Apakah Google Stadia masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri?