TUTUP

Menunggu 14 Tahun... Hanya Untuk Ini?

Salah satu fanchise klasik FPS yang paling dikenal. Seri terbaru ini dikerjakan selama 14 tahun oleh berbagai developer, bagaimana hasilnya?

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah game FPS? Jika mengacu pada Duke Nukem Forever maka jawabannya adalah 14 tahun. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui bahwa game FPS yang sudah dikembangkan selama 14 tahun ternyata tidak sesuai dengan harapan dan bisa dinilai sebagai seonggok sampah? Jika sekali lagi mengacu pada Duke Nukem Forever maka jawabannya adalah kurang dari 14 menit. Yap, game ini begitu mengerikannya, hanya dalam 15 menit pertama saja dijamin kamu tidak akan mau menyentuhnya lagi. Sayangnya sebagai seorang reviewer saya bertanggung jawab untuk memainkannya lebih lanjut. Oleh dari itu mulailah 5-6 jam paling mengerikan dalam karir saya sebagai jurnalis game, yah pada akhirnya saya hanya menyelesaikan sekitar 50% dari Duke Nukem Forever. Jadi kalau ternyata sisa 50% dari game ini benar-benar keren dan bisa disejajarkan dengan game-game FPS modern lainnya maka saya patut disalahkan (buat yang belum sadar, ini adalah sarkasme).

Ok langsung saja kita mulai dari hal paling mendasar yang membuat Duke Nukem Forever menjadi game yang ”borever” (Boring + Forever), grafis. Memang versi PC memiliki grafis yang jauh lebih baik dibanding versi Xbox 360 maupun PS3, tapi untuk standard game saat ini, Duke Nukem Forever bisa dibilang ketinggalan jaman. Entah apa yang digunakan untuk grafis enginenya, yang pasti banyak terdapat inkonsistensi di grafis game ini. Mulai dari berbagai benda yang tidak memiliki bayangan, karakter yang terasa pixelated dan tidak detail sama sekali, sampai dengan efek pencahayaan yang kadang ada dan kadang tidak. Intinya, kekacauan. Belum lagi, versi konsol memiliki waktu loading time yang cukup lama.

Terus terang saya tidak masalah dengan keke­rasan yang berlebih, adegan seksual, maupun sumpah serapah dalam sebuah game. Ba­gaimanapun juga game-game seperti The Witcher, GTA, Bulletstorm, Mad World, dan banyak lainnya juga sering menggumbar ketiga hal tersebut, bahkan dengan proporsi yang jauh lebih besar daripada DNF.

Yang tidak saya sukai dari DNF adalah humor murahan, dan ber­bagai hal lain yang saya kira tidak pantas di­tun­jukkan di sebuah game. Ba­yang­kan saja Duke bahkan mam­pu ber­main-main dengan (maaf) tinja, yup benar, tinja. Entah apa tujuan para developer me­la­kukan hal tersebut. Tidak ketinggalan juga adegan sex incest, dan event dimana Duke mengencingi salah satu bos. Lebih parah lagi, berbagai lelucon dan referensi yang dilontarkan Duke terasa kuno dan berkesan terlambat 10 tahun, memangnya lelucon mengenai Mary-Kate Olson masih ngetrend ya?