Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kalau kalian telah membaca artikel saya sebelumnya mengenai Hero Bank (baca: TGS 2014: Hero Bank 2 Tampil Dengan Banyak Hutang Lagi!), pasti ingat tulisan saya yang sedikit menyinggung mengenai bagaimana bisnis perkembangan media campuran (mix-media) di Jepang. Kalau kalian memang mengikuti perkembangan industri mix-media ini (campuran antara game, manga, anime, dan sejenisnya), pasti sedikit tahu mengenai judul-judul seperti Gyrozetter (game mengenai mobil yang berubah menjadi robot), Gaist Crusher (game action dimana kalian bertarung dengan monster-monster mesin), dan Hero Bank (game dimana kalian berpartisipasi dalam Hero Battles untuk memperoleh uang). Ketiganya ini merupakan mix-media yang bisa dibilang belum berhasil menembus kesuksesan yang ditargetkan. Proyek Gyrozetter akhirnya dihentikan oleh Square Enix. Proyek yang diawali dari sebuah game arcade lalu diikuti dengan anime dan RPG untuk Nintendo 3DS ini tidak berhasil meraih perhatian dari muda-mudi yang mereka targetkan. Bisa dibilang franchise atau waralaba ini tidak akan hadir di barat, kalau kalian di Indonesia masih mengharapkan versi lokalisasinya. Gaist Crusher juga tidak jauh berbeda. Penjualan game milik Capcom ini sangat rendah dan animenya juga tidak banyak yang membicarakannya. Bagaimana dengan Hero Bank? Waralaba ini memang bisa dibilang lebih berhasil dari kedua sebelumnya, namun masih jauh kalau dibanding dengan Yo-kai Watch milik Level-5 yang bisa menyaingi Pokemon. Hero Bank pertama setelah tiga minggu rilis dan dibantu dengan anime-nya, hanya membukukan 32,791 penjualan. Bandingkan dengan Yo-kai Watch 2 yang belum sebulan sudah terjual 2 juta lebih game-nya, itu belum termasuk yang wujud digital download. Sangat menarik membicarakan bisnis media campuran seperti ini, menurut saya. Nah baru-baru ini salah satu media online terkemuka melakukan wawancara dengan Keiji Inafune, sang kreator Megaman dan Mighty No.9. Salah satu topik pembicaraannya masih seputar alasan mengapa ada bisnis media campuran yang gagal dan ada pula yang berhasil. Keiji Inafune ini memaparkan sedikit pandangannya disela kesibukannya mengembangkan game Mighty No. 9 yang juga telah merambah film animasi CG hampir diwaktu yang bersamaan. "Untuk menjalankan sebuah strategi media campuran yang baik, kalian membutuhkan keberanian, ketangguhan, keteguhan, keyakinan, apapun itu, karena kalian tidak hanya dihadapkan pada satu konten saja, konten ini harus kalian bawa ke berbagai platform-- seperti anime, manga, action figures, dan kalian melakukannya secara paralel," mulai Inafune menjelaskan apa resep saat dihadapkan dengan bisnis media campuran. Ia juga menambahkan pula bahwa teknik tradisional yang sering dipakai di perusahaan adalah merilis satu dahulu untuk mengetes pasar, kalau sukses baru mengeluarkan produk media lainnya. Tipe publisher jenis lama ini juga melakukan banyak cek dan tes untuk mengurangi resiko daripada harus mengambilnya langsung. Pernyataan ini senada dengan mantan presiden Square Enix, Yoichi Wada, saat menjelaskan mengapa Gyrozetter tidak berhasil di Jepang. Ia menjelaskan kepada pemilik saham bahwa akibat anime-nya yang rilis setelah arcade game-nya juga keluar, Square Enix tidak bisa mempromosikan secara silang diantara keduanya. Timing inilah yang dirasa sangat penting, dan Inafune merasakan pula bahwa Level-5 merupakan salah satu yang ahli dalam menemukan waktu dan timing yang tepat itu, terbukti dari kesuksesan waralaba mereka, seperti Layton, Inazuma Eleven, dan Yo-kai Watch. Inafune menganggap Level-5 benar-benar total dalam mendedikasikan diri mereka dalam bisnis madia campuran ini. "Level-5 merupakan perusahaan yang sembrono, nekat dalam artian yang baik, yakin untuk menjajal tantangan dari bisnis multimedia ini dan membuat sesuatu yang berhasil. Hanya segelintir publisher dan developer yang berhasil mengatasi tantangan ini," tambahnya.