TUTUP

Kritikan Tajam dari Para Pengemar Game "World of Warcraft"

Bersamaan hari jadinya World of Warcraft yang ke 10, Activision Blizzard menjanjikan untuk mengatasi beberapa aspek primitif sosial dari gamenya . Mike Morhaime, CEO dari Blizzard Entertainment, menuliskan sebuah sebuah surat yang ditujukan untuk seseorang penggemar gamenya yang diterbitkan minggu lalu.

World of Warcraft adalah game yang menghadirkan berbagai macam bentuk makhluk seperti  manusia, Orc, elf dan gnome fraternizing dan bertempur pada medan perang digital. Tapi makhluk dalam video game dunia fantasi tampaknya semua memiliki satu kesamaan khususnya bentuk karakter wanitanya, yang selalu digambarkan dengan memakai pakaian yang ketat. Bersamaan hari jadinya World of Warcraft yang ke 10, Activision Blizzard menjanjikan untuk mengatasi beberapa aspek primitif sosial dari gamenya . Mike Morhaime, CEO dari  Blizzard Entertainment, menuliskan sebuah surat ditujukan untuk seorang penggemar gamenya yang diterbitkan minggu lalu. "Karyawan Blizzard membentuk kelompok yang luas dan beragam yang sangat peduli tentang pengalaman kita menciptakan untuk pemain kami," tulis Morhaime. "Kami menantang diri kita sendiri untuk menggambarkan pendapat yang beragam, baik itu dari dalam maupun dari luar perusahaan dan  menciptakan lebih banyak heroes serta content yang berbeda. Kami juga aktif melihat perkembangan cerita dan proses lainnya untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang kita berikan sepenuhnya tergambarkan. " Blizzard mengkonfirmasi keaslian surat yang dibuatnya, akan tetapi mereka menolak untuk membuat Morhaime bersedia diwawancarai. "Diversity" adalah teriakan perang dari surat resmi CEO. Dia menanggapi beberapa kritikan yang langsung ditujukan untuk World of Warcraft. Game yang telah menarik lebih dari 100 juta pemain dalam dekade terakhir, membuat karya Blizzard menjadi game terpopuler. Seorang wanita menyebut dirinya sebagai  Starcunning berkata, “saya berhenti bermain game PC online karena bagaimana karakter perempuan yang disajikan dan komentar meremehkan dari karyawan Blizzard ketika dihadapkan dengan masalah ini.” Blizzard’s memang berupaya untuk menciptakan berbagai macam bentuk variasi dari karakter wanita, yang memiliki potensi untuk mengambarkan lebih banyak lagi wanita kedalam gamenya. Lara Arnason , seorang pemain World of Warcraft yang menulis sebuah thesis Ph.D tentang video game di University of Edinburgh, mengatakan “karakter-karakter yang di disain Blizzard’s disesuaikan dengan gambaran yang maskulin. Para lelaki didalamnya terlihat seperti Arnold Schwarzenegger, dengan wanita yang ada disekelilingnya mengunakan rok mini. Yang apabila dilihat dari sudut pandang praktis, bikini armor disajikan untuk para prajurit wanita, ini sangat  tidak effektif apabila digunakan didalam pertempuran.” “Ketika kalian bermain video game, kalian membuat sebuah avatar dan kamu ingin menjadi seperti avatar itu. Sehingga menjadikan sebuah superhero fantasi yang kamu inginkan, “ kata Arnason ketika diwawancarai. Dustin Browder, seorang game director di Blizzard, menepis  kritikan mengenai desain kostum yang minim di sebuah wawancara dengan sebuah blog, seharusnya tanggapan orang-orang tidak memandang kepada company game nya. Namun tidak lama dari pernyataan yang telah dia keluarkan, pada keesokannya dia meminta maaf atas komentar-komentar yang terposting di website Blizzard. Pada akhirnya Browder membenarkan bahwa Blizzard lebih cenderung untuk merancang karakter wanita yang kebanyakan berdada besar dengan memakai rok pendek. Saya pikir hal yang seperti ini dapat menyinggung beberapa wanita, katanya. “Yang kami butuhkan bukanlah membuat karakter-karakter wanita ciptaan kami dengan memakai baju pelindung agar terlihat seperti Xena,” kata Browder di acara MIT (Massachusetts Institute of Technology). Dia juga menambahkan, “ini adalah sebuah perjuangan untuk kita karena perjuangan dalam tempat kerja kita tidak seimbang, dan itu bukanlah karena kami tidak ingin banyak developer wanita untuk ikut berkecimpung didalamnya.” “Kurangnya perempuan dalam developer game adalah masalah nyata, seperti di industri teknologi yang lebih luas. Di Silicon Valley saat ini bergulat dengan masalah yang sama, akan tetapi entah bagaimana disana dapat berhasil dengan membuat produk karakter pria dan wanita. Keragaman di tempat kerja bukanlah alasan untuk para game desainer,” tutur Browder. ”Ini akan menjadi sebuah proses yang berkelanjutan untuk kita. Ada kemungkinan bahwa kita akan membuat kesalahan lagi di masa mendatang, tetapi kami akan kembali untuk mendengar, belajar dan tumbuh,” pungkasnya. Semoga saja dengan adanya masukan dari para pengemarnya, World of warcraft bisa dapat terus meningkatkan pelayan serta kualitas dalam memanjakan para pengemar setianya.