Terlepas sulitnya proses kreatif mencipta video game, developer harus sadar bahwa ada elemen atau aspek dalam game yang termasuk ke dalam sebuah klise.
Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Sumber: Pinterest[/caption]
Terlepas dari sulitnya proses kreatif mencipta video game, developer harus sadar bahwa ada beberapa elemen atau aspek khusus dalam video game yang terlampau sering digunakan sehingga berujung menjadi sebuah klise yang membosankan.
[duniaku_baca_juga] Developer
video game senantiasa menghadirkan sensasi dan pengalaman tak terlupakan bagi para pemain
game mereka dengan melibatkan daya kreativitas dan inovasi terbaik yang bisa mereka suguhkan. Mereka selalu memastikan agar setiap jengkal langkah, setiap senjata yang tersedia, dan setiap musuh yang dihadapi oleh
gamer dalam
game besutan mereka sudah dirancang semaksimal mungkin dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Akan tetapi, pernahkah kamu mengalami semacam perasaan
déjà vu ketika memainkan suatu game? Perasaan yang menggelayut seolah kamu sudah pernah atau bahkan sering menemukan hal dalam
game tersebut yang sama dengan yang ada dalam suatu
game yang pernah kamu mainkan di masa lalu? Santai, kalau kamu sering merasakannya, itu bukan berarti kamu mesti memeriksakan diri ke dokter psikiater terdekat kok. [duniaku_adsense] Meski belum pernah merasakan beratnya menjadi pencipta
game, tapi kita tentu mengerti bahwasanya mustahil untuk menciptakan sesuatu yang semua aspek dan elemennya benar-benar baru dan belum pernah dilakukan oleh kreator
video game yang lain. Hanya saja, ada beberapa teknik dan aspek tertentu yang rasanya terlalu repetitif hingga menjadi semacam klise yang menjemukan. Seperti ketujuh klise di bawah ini yang kami yakin betul, kamu pasti sering sekali menemukannya pada hampir setiap judul
game yang pernah kamu mainkan. [page_break no="1" title="Barel merah yang jadi penyelamat amunisi"]
Kadang, bahagia itu sederhana. Seperti menemukan sebuah barel merah dekat segerombolan zombie.[/caption] Barel yang meledak menjadi salah satu klise yang digunakan oleh para developer dalam sejarah
video game, mulai dari yang bergenre
adventure hingga
survival-horror. Kami akui, memang seru menyaksikan kumpulan bandit atau zombie terpental berhamburan oleh ledakan dari sebuah barel. Hal ini juga berdampak pada suasana permainan yang semakin seru dan meriah. Dengan adanya barel ini, developer juga secara tidak langsung memberi kita kesempatan untuk menghemat persediaan peluru yang kita punya. Itupun jika tembakan kita tak meleset. [read_more link="https://www.duniaku.net/2017/05/18/game-terbaik-shinji-mikami/" title="Shinji Mikami Adalah Legenda, 6 Game ini Buktinya"] Hanya saja, rasanya sulit dinalar melihat barel yang diletakkan begitu saja di markas musuh seolah benda tersebut telah mereka persiapkan untuk mempermudah kita menghabisi mereka semua. Dan melihat perkembangan game saat ini, sepertinya tren ini belum akan hilang dalam waktu dekat. Biar begitu, tak apalah. Toh, kita pun tak keberatan dengan klise yang satu ini. [page_break no="2" title="Menyelamatkan ratu, atau wanita cantik, atau, ehm, wanita seksi"]
Tebak, mana yang namanya Zelda?[/caption] Sudah sejak dulu Link memulai kampanye menyelematkan sang ratu, Zelda, dalam petualangannya. Atau
game legendaris seperti
Mario sekalipun yang beraksi mempertaruhkan nyawa hanya untuk menyelamatkan si Ratu Peach. Skenario ini cukup populer dan rupanya banyak diadopsi oleh para pengembang
game lain. Bukannya ingin bersikap seksis, tapi memangnya tak ada sosok lain yang lebih pantas disandera atau diculik oleh penjahat atau monster selain seorang wanita muda? Bagaimana dengan sosok pangeran atau cobalah dengan hal lebih sederhana, seperti saudara laki-lakinya mungkin? Atau culik saja seorang kakek tua tanpa alasan khusus dan tunggu hingga cucunya, yang seorang ahli bela diri, menghajar semua anak buah sang musuh utama dan menjemputnya. Yup,
Jackie Chan Stunt Master. Percayalah, itu jauh lebih baik ketimbang harus menyelematkan seorang putri presiden Amerika Serikat yang sepanjang perjalanan bertingkah sangat menyebalkan dan merepotkan.
Klise yang paling sering kamu temukan mungkin ada di halaman selanjutnya!
[page_break no="3" title="Titik lemah bos utama"]
Aturannya begini, pokoknya temukan bagian paling terang pada tubuhnya. Itulah titik terlemahnya.[/caption] [duniaku_baca_juga] Usai menyelesaikan satu perjalanan panjang menghabisi para monster luar angkasa, senyum semringah kita langsung pudar ketika melihat bos raksasa di depan mata.
“Oh, tidak, ukurannya begitu besar. Mustahil kita mengalahkannya dengan senjata yang kita punya”.
Tapi, jangan putus asa dulu. Tunggu sampai rekan
artificial inteligence kita memberitahukan di mana titik lemahnya. Atau untuk
game tertentu, tunggu saja sampai makhluk besar itu dengan idiotnya menunjukkan kepada kita secara langsung titik lemah mereka yang bisa kita serang bahkan dengan senjata paling sederhana sekalipun. Hal ini sangat membantu sebetulnya, tapi rasanya terlalu komikal dan tak masuk akal apabila seekor makhluk raksasa dengan penampilan menyeramkan serta berbalut cangkang dari baja, misalnya, secara ajaib berbaik hati menyediakan “titik sasaran serang” bagi kita untuk menumpasnya lebih cepat. [page_break no="4" title="Zombie yang ada di mana-mana, secara harfiah"]
Yup, si Lara juga sekarang ketularan zombie.[/caption]
[duniaku_adsense]
Zombie lagi zombie lagi. Fiuhh...
Kami yakin bahkan penggemar paling sepuh dari makhluk yang sudah menjelma menjadi ikon budaya ini sekalipun sudah muak melihat mayat hidup ini berkeliaran di
video game. Komoditas yang memang tak pernah gagal jadi jualan dalam industri yang menggiurkan ini. Entah itu dalam game yang memang memplotnya sebagai musuh utama seperti
Left 4 Dead,
Resident Evil, atau
The Walking Dead. Hingga
game non-zombie, semisal
Call of Duty atau
Counter Strike yang menyertakan keseruan menghabisi zombie dalam bentuk mode sampingan atau juga DLC. Namun, kerapnya penggunaan zombie sebagai tema keseruan sebuah
video game sudah dianggap melampaui batas kewajaran. Orang sudah bosan dan jenuh dengan pemikiran si kreator yang seolah terkungkung dalam konsep arus utama semacam ini. Kecuali jika developer punya formula khusus dalam meracik sebuah
game bertema zombie, dengan mekanik permainan, cerita utama, senjata, hingga penampilan zombie yang berbeda atau gabungan semua elemen itu, yang membuat gagasan
game menyangkut zombie ini jadi tampak lebih baru dan segar. [page_break no="5" title="Wanita seksi yang mengundang berahi"]
Ya, suka tidak suka, inilah fakta yang terjadi dalam industri
video game. Selain zombie, wanita seksi jadi 'objek' yang diandalkan developer dalam menambah daya jual
game mereka di pasaran. Salah satu gender
dari 72 gender ini seringkali diciptakan dengan proporsi tubuh yang tidak realistis. Khususnya, terjadi “penggelembungan” pada bagian tubuh tertentu, seperti, ehm,
oppai, misalnya. Karakter wanita tak henti-hentinya menjadi objek fantasi seksual.
Soul Calibur atau
Dead or Alive menjadi dua judul yang paling merepresentasikan kekhawatiran ini. Tapi, selain dalam
video game, fenomena ini memang sudah mengakar kuat dalam hampir semua industri media yang ada. Tentu, Noctis adalah karakter pria yang tampan dan keren dengan rambut ala vokalis Kangen Band atau Jin si pria kekar dengan kekuatan iblis yang begitu menghipnotis. Tapi,
gamer, yang kebanyakan didominasi kaum adam ini, pastinya akan lebih tertarik melihat paha mulus Chun Li, Quiet si sniper berbikini, atau berpetualang bersama 2B.
Klik untuk dua klise terakhir!
[page_break no="6" title="Menyentuh duri dan voila! Karakter langsung tewas seketika"]
Sonic lagi debus nih.[/caption] Benar, bahwa jatuh ke dasar jurang dengan duri-duri tajam yang berjejer rapat adalah hal yang menyakitkan dan secara instan dapat menyebabkan kematian. Logika seperti itu bisa diterima dan berlaku secara universal dalam dunia
video game. Tapi, apakah masuk akal jika karakter kita juga tewas hanya karena menyentuh secuil duri tersebut? Contohnya ada dalam
Megaman X6. Dalam misimu untuk menyelematkan bumi, kamu melewati sebuah gua dan tertarik untuk mengambil benda spesial yang ada di salah satu sudutnya. [duniaku_baca_juga] Tapi, ah, sial! Jalan menuju ke sana dipenuhi duri di bagian atas dan bawah jalurnya. Lantas, kamu secara logis langsung berpikir,
“Ah, masa bodoh, karakterku kan seorang manusia di abad ke-22 dengan kecerdasan dan ketangguhan seperti robot. Belum lagi armor canggih yang melingkupi sekujur tubuhnya. Duri sekecil itu mana bisa melukainya”. Pemikiran yang benar dan sebetulnya masuk akal. Tapi, benarkah demikian?
SALAH! Karena tetiba karaktermu tewas begitu saja ketika kamu menyentuh bagian duri itu. Padahal cuma menyentuh dan itu juga hanya bagian pangkalnya saja, lho. Kalau sudah begitu, kita cuma bisa bergumam
“What the F…..???” [page_break no="7" title="Mengalakan boss yang kembali bangkit dari kematian"]
Dark Souls, game yang khusus didesain buat jiwa-jiwa yang gelap.[/caption] Apa sih yang lebih menyebalkan ketimbang sudah bersusah-payah mengalahkan raja terakhir untuk kemudian menyaksikannya bertransformasi menjadi monster yang jauh lebih ganas lagi? [duniaku_adsense] Konon, dalam sebuah film, ada sebuah aturan tak baku yang menyebutkan bahwa seorang penjahat utama wajib “bangkit” dari kematiannya untuk membunuh orang kesayangan sang protagonis atau memberinya kesempatan untuk melakukan satu aksi final ultra-heroik. Namun, dalam
video game rasanya hal ini jadi menyebalkan karena kita dituntut untuk kembali berusaha mengalahkan musuh tersebut, dengan strategi dan usaha yang yang tak jarang harus lebih teliti dan hati-hati. Oke, klise seperti ini memang terkadang diharapkan oleh beberapa
gamer yang tak ingin begitu saja mengakhiri keseruan. Tapi, bagaimana seandainya ketika sang bos telah bermutasi ke bentuk yang lebih baru, lalu kita sudah kehabisan peluru atau tenaga untuk mengalahkannya? Mana
potion atau
med-kit sudah habis pula? Terus kita lupa menyimpan data permainan? Terus kalau kita mati, sistem memaksa kita kembali ke awal untuk mengalahkan bos tersebut dalam bentuk pra-transformasinya? Lengkap sudah penderitaan
gamer.
Itulah beberapa klise menyebalkan dan membosankan yang sebaiknya harus segera dihilangkan atau setidaknya diminimalisir oleh para developer
video game. Dari ketujuh klise tersebut, mana yang menurutmu paling menguras emosi? Apa? Menurutmu masih ada klise yang lebih menyebalkan? Silakan sumbang pendapat kamu sepuasnya dalam sesi komentar!
Diedit oleh Fachrul Razi