Follow Duniaku untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Perkembangan smartphone dan tablet beberapa tahun belakangan, jelas membuat industri konsol dan PC terancam. Gadget mobile tersebut menguasai ceruk yang sangat luas, jauh lebih besar dari jumlah konsol old-gen dan new-gen yang beredar di pasaran. Berdasarkan laporan dari Gartner dengan judul “Market Share Analysis: Mobile Phones, Worldwide, 4Q13 and 2013”, sepanjang 2013 ada 968 juta unit smartphone yang terjual, meningkat 42.3% dari tahun 2012. Di sisi lain, juga dari laporan Gartner, penjualan tablet sepanjang tahun 2013 mencapai 195 juta unit, menunjukkan tren yang meningkat dibandingkan tahun 2012 yang hanya mencapai 114 juta unit saja. Total 1 trilyun gadget mobile yang beredar tersebut adalah pangsa pasar yang sangat besar bagi pengembang aplikasi dan game mobile. Namun untuk developer game konsol, sejauh ini mereka hanya memanfaatkan besarnya pengguna gadget mobile itu untuk aplikasi pendukung (Companion App) versi game konsolnya saja dan menjadikan gadget mobile sebagai layar kedua. Second screen atau layar kedua sudah sering kita angkat, dan menjadi cara developer dan puiblisher game memanfaatkan gadget mobile, yang kemungkinan besar juga dimiliki oleh gamer hardcore, apalagi gamer casual, agar mereka juga bisa menggunakan perangkat tersebut untuk berinteraksi dengan game konsol yang saat ini dimainkan. Beberapa game konsol yang juga memiliki aplikasi second screen-nya seperti Metal Gear Solid V: Ground Zeroes, dengan fitur seperti sudut pandang bird’s eye dari map dalam game untuk mempermudah merencanakan gerak langkah karakter, hingga mengatur base dan troop a la Metal Gear Solid: Peace Walker dalam mode Mother Base; game lainnya, Battlefield 4, aplikasi second screen-nya yang berjudul Battlefield 4 Commander memberi opsi sebagai Commander untuk mengatur pasukan, dan memenangkan peperangan melalui otak, bukan sekadar adu kekuatan otot saja; atau companion app-nya Call of Duty Ghost yang memungkinkan kita mengatur clan dari mana saja. Game terbaru Ubisoft, game shooter open-world The Division, juga disebutkan akan mendapatkan layar kedua untuk memberi kita opsi mengatur drone yang bisa bekerjasama secara realtime dengan pemain lain di konsol. Game lainnya yang mendukung second screen antara lain: Watch Dogs, Assassin's Creed IV Black Flag, Knack, NBA2K14, Madden 25, DC Universe Online, Dead Rising 3, Ryse: Son of Rome, The Division, hingga Just Dance 2014. Konsep second screen tersebut sebenarnya sangat menarik, dan tren yang mulai terangkat beberapa tahun belakangan ini akan menjadi kreatif ketika developer mampu menghadirkan solusi interaksi mobile dan konsol yang berbeda dari yang ditawarkan game lain. Namun kenyataannya, tidak semua game memberikan fasilitas layar kedua, dan akhirnya sekadar menjadi fitur sampingan saja yang untung-untungan ada dan sempat dibuat, daripada fitur yang seharusnya menawarkan pengalaman baru dalam bermain game. Memang konsep ini memiliki batasan, gamer konsol harus memiliki gadget mobile sendiri. Namun dewasa ini, penulis yakin mayoritas gamer menggunakan smartphone atau tablet, yang harganya bahkan lebih mahal dari konsol yang mereka gunakan, dan intensitas berganti model gadget tersebut juga lebih cepat daripada berganti konsol game. Tinggal bagaimana developer melihat gadget tersebut, apakah bisa menjadi bagian integral mekanis gameplay game mereka, atau sekadar perangkat opsional. Jika yang kedua, maka kecil kemungkinan mereka mau menginvesstasikan lebih banyak resource untuk mengembangkannya. Namun penulis yakin, dengan perkembangan teknologi gadget mobile yang sangat cepat, bahkan saat ini pun diklaim kemampuan mengolah grafisnya sudah bisa setara dengan konsol last-gen, second screen atau layar kedua tersebut perlahan akan mendapat tempat sebagai bagian penting dalam permainan.