TUTUP

Apes! Ini 5 Developer yang Gagal Membangkitkan Franchise Besar

Developer ini bagus! Tapi mereka dianggap gagal mengelola franchise ini.

Apa jadinya bila kalian mendapatkan kepercayaan dari pemegang lisensi untuk membangkitkan kembali sebuah hal yang telah lama mati atau sebuah hal yang popularitasnya menurun. Kepercayaan yang diberikan tidak main-main, ibarat kertas kosong, kalian boleh melakukan apapun, merombak segalanya, dan menjadikan hal yang telah lama mati atau popularitasnya menurun itu menjadi sesuatu yang baru. Bila kalian menjawab mudah, sepertinya kalian harus segera mengoreksi hal tersebut.

Diberikan kebebasan untuk berekspresi, apalagi dengan hal yang telah diketahui oleh banyak orang bukanlah hal mudah. Meski mati atau popularitasnya menurun, hal itu tetap akan ada di benak orang-orang. Apalagi bila dulunya sesuatu hal itu adalah masterpiece. Ya, itulah yang terjadi di dunia beberapa tahun lalu.

Ada beberapa developer yang dipercayakan untuk membangkitkan sebuah franchise besar yang telah meredup atau mati. Harapannya, franchise itu bisa bangkit lagi ke pasaran dan kembali menjadi primadona. Tapi sayang seribu sayang, meski menangani franchise besar, jaminan kesuksesas belum tentu mereka dapatkan. Bahkan ada beberapa developer yang gagal membangkitkan franchise besar. Padahal bila menilik track record, beberapa developer ini bukanlah developer yang buruk.

Sepertinya tanpa basa-basi lagi, bagaimana langsung kita bahas mengenai developer yang gagal membangkitkan franchise besar!

Di tahun 2013, gamer kedatangan versi terbaru dari sebuah franchise game action ternama. Judulnya adalah DmC atau Devil May Cry (no number, only Devil May Cry). Seperti yang telah kita ketahui, seri Devil May Cry terakhir yang dirilis oleh Capcom adalah Devil May Cry 4 di tahun 2008. Tidak adanya judul Devil May Cry baru setelah 4 menunjukkan kalau penjualan game yang itu kurang sesuai harapan.

Tapi sayangnya, game ini justru dibenci.

Bahkan reputasi Ninja Theory sebagai pencipta game hack and slash terbaik juga tidak laku karena eksperimen yang mereka lakukan. Mereka mengubah seluruh desain sang jagoan utama, Dante! Itulah dosa yang membuat judul ini akhirnya malah terjerembab dan dimaki oleh para gamer. Dante yang kita kenal sebelumnya adalah pria nakal, slebor, dan berambut putih. Di seri DmC 2013, penampilannya diubah menjadi berambut hitam pendek dan memiliki wajah yang tidak seperti Dante yang kita kenal.

Kadung kesal, meskipun game ini punya aksi yang jauh lebih masif dari seri orisinalnya, tapi sepertinya gamer tidak peduli akan hal itu. Karena mereka hanya ingin Dante yang mereka kenal di game tersebut dan tak berlebihan rasanya menjadikan Ninja Theory sebagai developer yang gagal membangkitkan franchise besar. Untungnya Ninja Theory berhasil memperbaiki nama mereka setelah membuat sebuah game fenomenal, Hell Blade Senua's Sacrifice di tahun 2017.

Melihat Devil May Cry 4 (yang tokoh utamanya Nero) dan DmC (yang tokoh utamanya Dante seperti di atas) kurang sukses, mungkin pengembang berikutnya judul Devil May Cry bisa mencoba mengedepankan Dante seperti yang kita kenal saja.

Remedy Entertainment sukses menyajikan kisah aksi ala film Hong Kong dengan cerita kelam laksana film detektif noir lewat Max Payne.

Max Payne 2 menyajikan kisah yang kelam dan gameplay yang masih asyik. Cerita pun masih memiliki kemungkinan dikembangkan.

Tapi sayangnya, Max Payne 3 ini sedikit aneh. Kenapa aneh? Karena Rockstar benar-benar mengubah segalanya. Tidak ada Max tampan yang kita kenal di seri ini. Max menjadi pelontos, bergaya aneh dengan baju pantai, serta gendut. Memang harus diakui gameplay game yang satu ini adalah salah satu yang terbaik. Tapi bila menilik dari purna jual, Max Payne 3 tidak lebih baik dari L.A Noire.

Ada siapa lagi ya yang dianggap sebagai developer yang gagal membangkitkan franchise besar? Yuk lanjut ke halaman selanjutnya.

Di era PlayStation 1, game Tony Hawk's Pro Skater adalah sebuah masterpiece. Gaya punk rock yang mencerminkan para ahli skater benar-benar ditampilkan dengan luar biasa. Aksi demi aksi dari yang simpel sampai yang rumit bisa kita eksekusi dengan sangat gila dan bagi yang pernah memainkan ini di PlayStation 1, pasti kalian bakalan lupa waktu. Tapi semakin canggihnya perkembangan konsol justru membuat namanya tenggelam.

Hal ciamik sempat ditawarkan oleh Robomodo kala mereka berniat untuk mengambil alih franchise yang satu ini. Tapi mirisnya, alih-alih menampilkan hal yang istimewa seperti di PlayStation 1, justru Robomodo malah dianggap gagal. Game ini berjalan tidak baik, bug di mana-mana, bahkan banyak yang mengatakan gamer lebih baik bermain di konsol PlayStation 1 tapi di jarak yang cukup jauh. Yang lebih parah, keinginan agar game ini kembali ke jalurnya mungkin tidak bakal terealisasi dalam waktu dekat.

Pasalnya sang developer utama dari game ini, Neversoft memutuskan untuk bergabung dengan Infinity Ward. Mereka kemungkinan bakal bermasalah dengan lisensi dan hal-hal seperti itu bila ingin membangkitkan kembali game yang satu ini. Tak heran Robomodo menjadi salah satu developer yang gagal membangkitkan franchise besar.

Harus diakui bahwa 343 Industries menjadi salah satu developer yang gagal membangkitkan franchise besar. Halo sendiri sebelumnya merupakan salah satu franchise terbaik. Tapi, franchise ini kemudian gagal untuk bangkit kembali di tangan 343 Industries. Meskipun telah mengambil tema cerita baru sang Master Chief, tapi kenyataannya mereka gagal menunjukkan kembali daya tarik. Bahkan franchise yang satu ini baru bisa rampung di tahun 2017.

Ya, tahun 2017 adalah tahun di mana game ini selesai, padahal sebelumnya game ini telah digembar-gemborkan dari tahun 2013. Sama seperti ketiga game di atas, Halo besutan 343 Industries juga gagal memenuhi ekspektasi publik.

Kita harus akui bahwa Mass Effect Trilogy merupakan salah satu franchise terbaik yang pernah ada. Meski ditutup dengan akhiran yang cukup kontroversial, tapi ketiga seri tersebut patut diacungi jempol. Lebih dari setengah dekade mendiamkan franchise yang satu ini, EA dan Bioware Montreal akhirnya memutuskan untuk membangkitkan franchise ini kembali. Akhirnya game dengan judul Mass Effect: Andromeda pun diumumkan.

Tapi apa yang terjadi? Justru game ini gagal di pasaran. Sederet masalah menghiasi perilisan game ini dan juga ada beberapa konten yang harus dibeli oleh gamer. Jika tidak beli, tentu saja cukup mengganggu! Inilah sebabnya gamer marah dengan seri Mass Effect ini. Bahkan beberapa di antara mereka menganggap bahwa Mass Effect: Andromeda bukanlah seri Mass Effect yang mereka kenal.


Nah, sepertinya itulah lima developer yang gagal membangkitkan franchise besar. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa membangkitkan franchise besar bukanlah hal yang mudah, apalagi bila si developer benar-benar disuruh bebas melakukan eksplorasi. Saya sendiri tidak begitu suka dengan game yang terlalu diekplorasi sehingga akhirnya keluar dari pakemnya.

Sumber: Whatculture

Diedit oleh Doni Jaelani