Kostum Chris Evans Steve Rogers. (Dok. Marvel Studio/Avengers Doomsday)
Jujur saja, teaser ini bikin perasaan yang agak campur aduk.
Apakah saya senang Chris Evans kembali sebagai Steve Rogers? Tentu saja. Evans adalah aktor yang benar-benar menguasai peran itu. Karisma, idealisme, dan moral Steve Rogers selalu terasa meyakinkan di tangannya.
Namun, jika pada akhirnya konflik utama Avengers: Doomsday jadi Steve Rogers berhadapan dengan Doctor Doom yang diperankan Robert Downey Jr., rasanya kita sedang kembali ke pola lama. Formatnya mengingatkan pada dinamika personal ala Captain America: Civil War, ikon lama vs ikon lama, emosi besar bertumpu pada figur yang sudah mapan.
Kesan yang muncul: Marvel seolah belum sepenuhnya percaya bahwa generasi baru Avengers, terutama tim yang dipimpin Sam Wilson, cukup kuat untuk menggendong konflik sebesar ini sendirian.
Padahal, perjalanan Sam sudah dipersiapkan panjang. Dari origin story yang disajikan lewat The Falcon and the Winter Soldier, hingga ancaman skala besar di Captain America: The Brave New World dengan figur seperti Jenderal Ross yang bisa berubah menjadi Red Hulk dan kehadiran The Leader. Namun tetap ada rasa bahwa Anthony Mackie belum benar-benar diberi ruang untuk mengukir jejaknya sendiri sebagai Captain America utama MCU.
Ironisnya, sempat ada hype menarik setelah Thunderbolts: dunia MCU terasa akan memiliki dua Avengers. Satu tim dipimpin Sam Wilson, satu lagi New Avengers yang mengerucut dari Thunderbolts dan dipimpin Yelena Belova. Konsep ini memberi kesan dunia yang berkembang, bukan kembali berputar di orbit lama.
Kini semua kembali ke tangan Anthony Russo dan Joe Russo. Mereka jelas tahu cara menyajikan konflik Avengers berskala besar.
Harapannya sederhana tapi krusial: semoga Avengers: Doomsday tidak terasa seperti “lompat mundur” ke era Avengers: Endgame, dan Fase 4 hingga Fase 5 tidak diperlakukan sekadar sebagai jembatan yang bisa diabaikan begitu saja.a