Saat
End Game
diputar di bioskop, film itu langsung menjadi tolok ukur semua film
superhero
yang pernah dibuat Hollywood. Rasanya tidak ada yang bisa mengalahkan
End Game
atau minimal menyamai seluruh elemen yang ada di dalamnya.

Spider-Man: Far From Home
mengambil pendekatan yang berbeda dengan
End Game. Ketimbang berusaha menjadi bagian dari MCU, Spider-Man: Far From Home
memilih untuk kembali ke akarnya. Yaitu bagaimana seorang Peter Parker berusaha menjalani kehidupannya yang “normal”.
Sejatinya film ini masih menggunakan konflik yang ditimbulkan oleh MCU, tapi kita juga diajak untuk lebih memahami sosok Peter Parker sebagai remaja yang bisa saja
galau
atau mengambil keputusan yang salah.
Penyederhanaan masalah tersebut malah membuat film ini jadi memiliki alur cerita yang enak untuk diikuti. Kamu tidak akan menemukan ledakan besar atau serangan gila-gilaan dari awal film. Karena semuanya akan dimunculkan di saat yang tepat dan menjadi
finale
yang pantas bagi seorang Spider-Man.

Berbicara mengenai perkembangan karakter, kamu akan dibuat terkejut dengan
chemsitry
MJ dan Peter. Keduanya seperti sebuah
puzzle
yang salah ukuran, tapi tetap bisa saling melengkapi. Perkembangan lainnya datang dari sosok Happy (Jon Favreau) yang langsung masuk ke kehidupan Parker dan menjadi rekan penting bagi si pahlawan muda ini.