Banyak yang bilang kalau Morbius adalah sebuah film yang buruk apalagi kalau dilihat dari kualitas CGI yang digunakan. Bagi kami pendapat tersebut sangatlah kurang tepat. Sebab Morbius bukanlah sebuah film yang buruk, hanya saja Matt Sazama dan Burk Sharpless seperti baru belajar menulis cerita.
Hal yang paling mengganggu dalam film Morbius justru datang dari berbagai logika dan alasan yang digunakan oleh Matt Sazama dan Burk Sharpless untuk menyambung cerita dan memberikan latar belakang karakter.
Contoh, Morbius bisa memperbaiki alat transfusi darah yang digunakan Milo. cara memperbaikinya juga sangat sederhana, yaitu dengan mengganti sekring yang putus dengan per pulpen. Hal ini menyebabkan Nicholas mengirim Morbius ke sekolahan orang-orang berbakat. Oh, wow! Hanya karena ada satu insiden, seorang dokter langsung mengirimkan anak angkatnya ke sekolahan terkemuka.
Pada bagian lainnya diperlihatkan kalau Milo bisa mengetahui di bagian mana Morbius menyuntikan serum eksperimentalnya, sehingga dia bisa ikut berubah menjadi Vampire. Padahal Milo tidak pernah melihat proses penyuntikan tersebut dan dia hanya memiliki waktu satu malam untuk menjalani prosedur penyuntikan yang cukup berbahaya.
Menjelang akhir film, kamu juga bakal menemukan kalau kelelawar Costa Rica bisa menyebrangi lautan dan mendarat di gorong-gorong kota Amerika. Padahal mustahil kelelawar bisa terbang sejauh 2887 mil demi mencapai Amerika .
Setelah membaca tulisan di atas jelas kami harus memohon maaf sebesar-besarnya pada spoiler-spoiler yang kami berikan ini. Tapi mau bagaimana lagi, terlalu banyak komponen cerita yang dipaksakan, sehingga meninggalkan kesan kalau sang penulis cerita kebingungan atau malas dalam membuat jalinan cerita yang lebih masuk akal.