Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Duniaku lainnya di IDN App
MV5BODEyZDFkNTktMWJmZS00YzdkLTg0MDItNDliNDk2N2FkMzcwXkEyXkFqcGc@._V1_.jpg
Dok. Marvel Studios (The Fantastic Four: First Steps)

Intinya sih...

  • Fokus pada kehidupan sehari-hari keluarga superhero

  • Akting kuat dari pemain utama yang mendukung narasi film

  • Reboot yang sukses dan penuh harapan untuk generasi baru

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

GENRE: Superhero

ACTORS: Pedro Pascal, Vanessa Kirby, Joseph Quinn

DIRECTOR: Matt Shakman

RELEASE DATE: 23 Juli 2025

RATING: 4/5

Sebagai pembuka resmi fase keenam Marvel Cinematic Universe (MCU), The Fantastic Four: First Steps hadir dengan keberanian dan kehangatan yang jarang ditemukan dalam film-film superhero belakangan ini. Disutradarai oleh Matt Shakman, film ini menjadi reboot kedua dari tim pahlawan legendaris Marvel, namun dengan pendekatan yang jauh lebih percaya diri: tanpa mengulang kisah asal-usul mereka, dan langsung membawa penonton ke dunia di mana Fantastic Four sudah menjadi bagian keseharian.

Dengan gaya visual retro-futuristik ala tahun 1960-an yang memikat dan jajaran pemain utama bertabur bintang. Pedro Pascal, Vanessa Kirby, Ebon Moss-Bachrach, dan Joseph Quinn, film ini mengukuhkan identitas barunya dalam lanskap MCU yang mulai terasa padat.

First Steps memilih untuk menyuguhkan sebuah krisis tunggal namun monumental: kedatangan Galactus, sang pemakan planet, yang membawa ancaman kehancuran bagi Bumi. Sosok Galactus diperankan dengan wibawa mencekam oleh Ralph Ineson, lengkap dengan desain suara dan visual yang menggambarkan ancaman kosmik dalam skala luar biasa.

Namun yang membuat film ini istimewa bukan hanya skala ancamannya, melainkan pendekatannya yang lebih intim terhadap hubungan para karakter. Alih-alih menciptakan konflik internal atau drama berlapis-lapis, Matt Shakman memilih untuk menampilkan Fantastic Four sebagai sebuah keluarga superhero yang sudah solid dan matang, namun tetap rentan terhadap kehilangan dan ketakutan, elemen yang membuat mereka terasa manusiawi.

1. Keseharian Sang Keluarga Superhero

Dok. Marvel Studios (The Fantastic Four: First Steps)

Kehidupan keempat anggota tim digambarkan sudah menyatu dengan dunia. Reed Richards (Pedro Pascal) kini rutin mengisi kuliah di kampus-kampus; Sue Storm (Vanessa Kirby) memimpin lembaga perdamaian internasional; Johnny Storm (Joseph Quinn) tampil sebagai tokoh flamboyan tapi yang tidak terjebak dengan sentimen playboy yang generik; dan Ben Grimm (Ebon Moss-Bachrach), si Thing, telah berdamai dengan wujudnya dan diterima sepenuhnya oleh masyarakat. Namun ketika Shalla-Bal, utusan dari Galactus ,muncul di langit Manhattan membawa pesan kehancuran, harmoni itu goyah. Dari sinilah First Steps mengeksekusi narasi yang menegangkan sekaligus menyentuh, tanpa perlu mengandalkan kejar-kejaran multiverse atau cameo berlebihan.

Yang membuat The Fantastic Four: First Steps menonjol adalah fokusnya yang jelas dan keberaniannya untuk berdiri sendiri dari keruwetan narasi MCU sebelumnya. Film ini tetap menyisipkan petunjuk-petunjuk kecil soal eksistensi dunia Marvel yang lebih luas, seperti kemungkinan adanya dunia pararel, namun tidak menjadikannya inti cerita. Hal ini membuat film jadi mudah diikuti, bahkan bagi penonton yang tidak familiar dengan MCU secara keseluruhan. Film ini memberikan rasa segar: superhero yang tidak harus menyelamatkan timeline, melainkan sekadar menyelamatkan rumah dan satu sama lain.

2. Akting Kuat untuk Sang Keluarga Superhero

Dok. Marvel Studios (The Fantastic Four: First Steps)

Dari sisi akting, performa keempat tokoh utama benar-benar menjadi tulang punggung narasi. Pedro Pascal menampilkan Reed Richards sebagai sosok ilmuwan yang tidak hanya jenius secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional. Ia bukan pemimpin yang berteriak, melainkan yang membimbing dalam diam. Vanessa Kirby memberikan lapisan empati yang dalam pada Sue Storm, menjadikannya bukan sekadar pahlawan perempuan, tapi juga figur yang menjaga keseimbangan emosi dalam tim.

Sementara itu, Ebon Moss-Bachrach, meski tersembunyi di balik efek CGI sebagai Ben Grimm, menghadirkan salah satu penampilan paling menyentuh: tokoh besar yang lembut, tabah, dan penuh rasa tanggung jawab. Joseph Quinn sebagai Johnny Storm adalah kejutan menyenangkan: karismatik, jenaka, namun tidak berlebihan, sebuah Human Torch baru yang matang dan bisa diandalkan.

Dari segi teknis, First Steps tampil memukau. Tata artistik yang memadukan elemen retro 60-an dengan desain teknologi futuristik terasa unik, mengingatkan kita pada era komik klasik Jack Kirby tapi dalam balutan sinema modern. Musik latar karya komposer Michael Giacchino turut memperkuat atmosfer emosional film ini, sementara penulisan naskah yang solid menjaga ritme cerita tetap fokus dan tidak melebar ke mana-mana. CGI digunakan dengan bijak, tanpa terjebak dalam visual bombastis semata, cukup untuk membangun skala kosmik, namun tidak menghilangkan kedekatan karakter dengan penonton.

3. Reboot Penuh Harapan yang Layak Dinantikan

Dok. Marvel Studios (The Fantastic Four: First Steps)

Sebagai sebuah reboot, The Fantastic Four: First Steps adalah keberhasilan total. Ia bukan hanya menghidupkan kembali karakter-karakter yang sebelumnya sempat gagal menancapkan kuku di layar lebar, tapi juga memperkenalkan mereka kepada generasi baru dengan cara yang elegan, manusiawi, dan penuh harapan. Film ini mengingatkan kita bahwa esensi dari superhero bukanlah kekuatan super, melainkan hubungan dan pengorbanan antar manusia.

Bagi penggemar lama MCU maupun penonton baru, film ini bisa menjadi pintu masuk yang ideal ke dalam semesta Marvel berikutnya. Tidak hanya karena kisahnya yang utuh dan berdiri sendiri, tetapi juga karena pesan yang dibawanya begitu relevan: bahwa bahkan di tengah kehancuran, keluarga dan cinta tetap bisa menjadi kekuatan paling besar. Jika First Steps adalah langkah awal bagi fase baru MCU, maka kita punya banyak alasan untuk menantikan langkah-langkah berikutnya dengan penuh semangat.

Editorial Team